Penyamaran

962 120 1
                                    

Holla guyss, maap nih baru up, gw td pgi lg gk mood bwt nulis..
Makanya ksh gw semangat dung, dg cara vote+comment yg banyak yaa..
Ydh gt aja, happy reading💞

===============================

Kini Vio telah kembali pulih seperti semula. Dia mulai berlatih menggunakan senjata dewa milik Ares, seperti yang dijanjikan pria itu sebelumnya. Vio berlatih menggunakan pedang pusaka merah yang biasanya digunakan Ares untuk berperang.

"Pedang ini sangat menakjubkan," gumamnya kagum.

Matanya tak henti-hentinya melihat dengan detail ukiran pedang yang berada di genggamannya ini.

"Kira-kira terbuat dari apa ya?" monolognya.

"Itu terbuat dari api neraka." Tiba-tiba saja suara seorang pria menginstrupsinya.

Vio pun membalikkan badannya dan bertemu tatap dengan sang pemilik pedang yang ia bawa, yaitu Ares.

"Benarkah?" tanya Vio tidak percaya.

"Kau bisa membuktikannya sendiri."

Vio mengernyitkan dahinya bingung. "Caranya?"

"Peganglah mata pedangnya dan rasakan apa yang terjadi setelahnya."

Vio melakukan apa yang dikatakan Ares. Dengan ragu-ragu ia memegang mata pedangnya.

"Aww."

Ares dengan cepat menarik jari Vio dan memasukkannya ke dalam mulutnya. Vio yang diperlakukan seperti itu hanya diam seperti patung.

"Apa masih sakit?"

Pertanyaan dari Ares membuat Vio tersentak dari lamunannya. "Su..sudah tidak apa-apa," jawabnya dengan terbata-bata.

Ares melepaskan jari Vio yang ia genggam. "Maafkan aku."

Vio tersenyum tipis. "Tidak apa-apa, itu juga salahku karena tidak hati-hati."

Ares menganggukkan kepalanya. "Baiklah, kau bisa melanjutkan latihanmu."

"Ya," balas Vio singkat dan mulai berlatih kembali.

Sedangkan Ares, dia hanya mengamati Vio dari pinggir lapangan. Vio menggunakan teknik berpedang yang pernah ia pelajari waktu kecil dulu saat bersama kakaknya. Walaupun Vio kecil tidak diperbolehkan untuk memakai pedang asli.

Tanpa disadarinya, permainan pedang Vio menjadi tidak terkendali. Dia menyabetkan pedang di tangannya dengan membabi buta. Air matanya pun perlahan keluar tanpa diminta.

"Kakak aku sangat merindukanmu," batin Vio sedih bercampur amarah.

Kening Ares berkerut saat melihat perempuan di hadapannya ini. Dia bermain pedang dengan menitihkan air mata.

"Cukup!"

Namun sepertinya Vio tidak mendengarkan ucapan Ares. Gerakannya menjadi semakin tidak terkendali. Ares khawatir, karena ia takut jika Vio kenapa-napa. Pedang yang dipakainya bukanlah sembarang pedang, itu adalah pedang yang selalu ia gunakan untuk berperang.

Banyak sekali nyawa melayang di tangan pedang itu. Entah nyawa seorang manusia, hewan maupun dewa sekaligus.

"Berhenti!"

Kekhawatiran Ares terjadi saat pedang di tangan Vio mulai mengeluarkan cahaya berwarna merah. Gerakan Vio pun sudah tidak seperti tadi lagi, bahkan kini dia telah berhenti.

Ares was-was saat Vio memegang mata pedang miliknya. Tiba-tiba saja cahaya berwarna putih muncul dari mata pedang yang dipegang Vio. Ares yang melihat itu pun membelalakkan matanya terkejut.

LOST IN THE PAST [ TAMAT ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang