20. Hati yang kembali patah

333 17 51
                                    

Please don't copy this story

Bismillahirrahmanirrahim...

Selamat membaca... 💐

*
*
*
Mengaku kuat, namun nyatanya hancur berkeping. Mengaku baik-baik saja, namun nyatanya kembali menoreh luka. Begitulah hati seorang perempuan bekerja.

-PELANGI-
By ©Jannah_sha
______________________________________

Aisyah tersenyum melihat wajah Khumair yang tampak bahagia. Bulan berganti begitu cepat, rasanya baru beberapa bulan kemarin dia menghadiri acara pernikahan sahabatnya itu, tapi kini perut gadis itu sudah tampak membuncit. Tiga bulan usia kandungan Khumair, dan saat ini Khumair sedang sering-seringnya mengalami yang namanya morning sickness. Sudah beberapakali sahabatnya itu mondar-mandir ke toilet.

"Rasanya sakit ya, Khumair?" Tanyanya sambil mengusap punggung sahabatnya.

Khumair menggelengkan kepala. "Sakitnya enggak, cuma mualnya aja yang bikin capek. Aku gak bisa izin, Syah. Dead Line bentar lagi."

Setelah berhenti dari jabatan kepala editor, Aisyah memang jarang berkunjung ke kantor. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya di apartemen. Hari ini kebetulan dia ada janji temu dengan partner Khumair untuk membahas lay out novel terbarunya. Harusnya Rio yang menjabat sebagai general manajer di Ubaidillah itu menyuruh isterinya istirahat saja. Toh, penghasilan Rio lebih dari cukup. Tapi sayang, Khumair yang sebenarnya tidak mau resign dari pekerjaannya. Dia bilang, tanggung karena kontrak kerjanya dua bulan lagi berakhir. Jadi dia menunggu sampai kontrak kerjanya habis untuk menghindari keruwetan di bagian HRD.

Risya yang baru saja selesai menggandakan berkas, dia membawa susu segar hangat untuk Khumair. Perempuan itu menenggak separuh gelas, kemudian angin dari kerongkongannya keluar. Bersamaan dengan itu dia mengucap lafaz hamdalah. Sepertinya hal tersebut yang membuatnya mual-mual tadi. Aisyah dan Risya lega ketika Khumair sudah merasa lebih baik.

Aisyah menatap perut Khumair dengan sendu. Mengapa hanya dirinya yang susah sekali mendapatkan anugerah terindah tersebut. Ini sudah tahun kedua dia menikah, namun kehadiran sang buah hati tak kunjung datang. Dia pernah berpikir kalau dirinya infertil atau bisa jadi suaminya. Tapi hasil dari pemeriksaan lab, keduanya tampak sehat dan baik-baik saja. Hanya saja rahimnya memang kurang subur. Dokter telah memberinya resep penyubur mulai dari yang kualitas biasa hingga yang berharga cukup fantastis. Mereka juga sudah melakukan proses bayi tabung sebanyak dua kali, tapi hasilnya masih tetap nihil.

"Syah?" Panggil Risya ketika melihatnya diam dan melamun.

"Ya?"

"Aku yakin, tidak lama lagi kamu akan merasakannya juga. Bersabarlah, mungkin ini memang masih belum waktunya." Lanjut sahabatnya itu mengerti akan jalan pikirannya.

Aisyah tersenyum tipis. "It's okay, Ris. Doakan ya, semoga tahun ini aku diberi kepercayaan sama Allah." Katanya.

"Aamiin...," Sahut kedua sahabatnya.

Di ambang pintu, seorang laki-laki tengah berdiri sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Matanya ikut berkaca-kaca mendengar pembicaraan mereka. Dia pikir dengan membiarkan Aisyah menikah dengan pria pilihannya sendiri akan membuat wanita itu bahagia. Namun kenyataan tak sesuai dengan harapannya. Justru ujian kian terasa berat membelenggu hidup wanita yang pernah singgah di hatinya dua tahun silam tersebut.

Khumair yang menyadari kehadirannya, perempuan itu melambaikan tangan ke arahnya agar bergabung bersama mereka. Laki-laki itu melangkahkan kaki menghampiri mereka. Risya tampak canggung, Aisyah bisa merasakannya. Entah, sampai detik ini dia masih penasaran dengan tingkah aneh salah satu sahabatnya tersebut. Bertanya pun percuma, pasti gadis itu akan mengatakan bahwa dia baik-baik saja.

PELANGI- Finish (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang