BAB 13. Goyah

227 24 15
                                    

⚠️Don't copy this story⚠️

Sekadar mengingatkan, jangan lupa baca basmalah sebelum membaca. Semoga ada kebermanfaatan yang bisa diambil hikmahnya.

Selamat membaca...💐

Rasa percaya hadir saat mata dan hati mampu bekerjasama menganalisis kebenaran. Tanpa mata hati takkan menemukan fakta, tanpa hati mata hanya akan salah paham.

-PELANGI-
from story Wattpad
By: ©Jannah_sha
____________________________________

AISYAH menatap Mirza dan Nico dengan kikuk ketika kedua pria itu menatapnya dengan tegang. Gadis itu memang sempat mendengar lamat-lamat pembicaraan mereka, tapi bukan Aisyah jika dia langsung menafsirkan sesuatu yang tidak ia ketahui kebenarannya.

"Sa-saya mau ambil kunci mobil kantor, ketinggalan di dalam," ujarnya kemudian melenggang pergi masuk ke dalam ruang kerjanya.

Mirza tersenyum tipis melihat raut tegang wajah Nico. Dia merasa seperti memiliki kartu as kelemahan atasannya tersebut. Beberapa teman dekat dari Aisyah seperti Khumair pernah bertanya kepada gadis itu, kenapa Mirza seperti tidak respect sama sekali dengan atasannya? Begitupula dengan Nico, laki-laki itu menyadari bahwa karyawannya tersebut tidak menyukainya tapi mengapa justru dia mempertahankannya dibandingkan dengan memecatnya? Saat itu Aisyah tersenyum masam, tidak mungkin dia mengatakan kalau atasan yang merupakan calon suaminya tersebut dan Mirza yang merupakan sahabat baiknya itu berselisih karena dirinya. Jika mereka mau berpikir kritis, bisa saja mereka menyadari apa yang sebenarnya terjadi di antara Mirza dan Nico. Sayangnya mereka disibukkan dengan beberapa pekerjaan yang deadline-nya tidak bisa diganggu gugat. Dan jika saja pasukan bergincu yang membencinya itu tahu, entah akan se ricuh apa Mediatama dan Ubaidillah nanti.

"Sepertinya sudah tidak ada yang ingin anda sampaikan lagi, saudara Mirza. Kalau begitu saya pamit, Assalamu'alaikum," pamit Nico, kemudian secepat kilat dia melenggang pergi dari hadapan Mirza.

Tidak lama setelah Nico pergi, Aisyah yang berhasil menemukan kunci mobil milik kantornya itu keluar dari ruangannya.

"Syah?" Cegat Mirza ketika gadis itu baru beberapa kali melangkahkan kakinya.

Yang merasa namanya dipanggil, dia menolehkan pandangannya ke arah sumber suara. "Iya, Kak Mirza?" Jawabnya.

Mirza melangkahkan kakinya mendekat ke tempat Aisyah berdiri. "Kamu mendengar semua percakapan kami kan?" Terangnya.

Aisyah mengembuskan nafas lesu, dia lelah dengan sikap Mirza. Melihat dirinya yang hanya diam saja, laki-laki di hadapannya itu ikut mengembuskan nafas lesu. Sepertinya pria itu mengetahui jawabannya.

"Syah, kamu tahu kan dia bagaimana? Dia banyak menyembunyikan sesuatu darimu. Dan kamu tetap akan melanjutkan keputusanmu menerima pinangannya?" Cerca Mirza.

"Bukan aku yang menggerakkan hatiku, Kak. Tapi Allah yang menggerakkannya. Kakak tahu jawabanku seperti apa. Terimakasih selama ini kak Mirza begitu peduli kepadaku, tapi aku punya alasanku sendiri. Aku berharap kak Mirza bisa menghargai keputusanku, Assalamu'alaikum," tukas Aisyah kemudian berlalu pergi.

"Wa'alaikumsalam.." jawab pria itu, dia meremas kepalanya sembari mengacak-acak rambutnya. Apa yang terjadi pada gadis itu? Apa yang membuat gadis itu yakin untuk menerima pinangan lelaki yang selalu membuat kesal hatinya?

Dari kejauhan, di balik dinding pemisah antar koridor, seorang gadis menatap Mirza dengan tatapan yang sendu. Sepertinya dia tengah menahan kecewa.

PELANGI- Finish (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang