⚠️Please don't copy this story⚠️
Bismillahirrahmanirrahim.
Selamat membaca...
*
*
*HARI kembali berganti. Di rumah sakit, Nico mendatangi dokter kandungan Nefisyah. Hari ini hasil lab istri keduanya itu keluar. Aisyah turut menemaninya. Namun sayang, suasananya begitu canggung. Nico masih saja bersikap dingin terhadapnya, bahkan dia bicara seperlunya saja pada Aisyah.
"Kemarin istri anda terkena syok anafilaktik berat. Gejalanya muntah, kepala pening dan tekanan darah menurun. Di samping itu tenggorokannya juga mengalami pembengkakan yang berpengaruh terhadap pernapasannya. Ini memang beresiko, tapi demi keselamatan bayi anda, terpaksa kami harus mengeluarkan bayinya secara caesar. Untuk itu kami perlu persetujuan dari anda selaku walinya," jelas dokter itu panjang lebar.
"Apapun itu yang terpenting nyawa mereka berdua selamat, Dok." Jawab Nico tanpa ragu. Dirinya pamit undur diri setelah menandatangani persetujuan wali pasien.
Tidak lama kemudian beberapa suster perawat membawa Nefisyah menuju ruang bersalin. Dari kejauhan tampak bu Ayana berlari kecil menghampiri Nico. Beliau yang berniat menjenguk putrinya itu bingung, kenapa putrinya itu dibawa ke ruang bersalin?
"Nico? Kenapa Nefisyah masuk ke ruang bersalin? Ini belum waktunya kan?" Tanya bu Ayana dengan cemas. Nafasnya berembus tak beraturan setelah berlari-lari menghampiri menantunya itu.
"Bayinya harus dikeluarkan, Bu. Kata dokter, alerginya Nefisyah mempengaruhi bayinya."
Aisyah yang sedari tadi diam mengikuti langkah Nico, dia mengusap dengan lembut lengan suaminya itu. Kemudian dia mengajak suaminya dan Bu Ayana untuk sarapan bersama di kantin rumah sakit. Namun Nico tak mengindahkannya, suaminya itu pergi begitu saja dari hadapannya. Sedangkan Bu Ayana juga menolak tawarannya. Ibu mana yang bisa makan dengan selera jika putrinya terbaring lemah sendirian di dalam ruang operasi.
"Terimakasih, Nak. Tapi dengan kondisi seperti ini, ibu tidak selera sama sekali. Kamu sendiri sudah makan? Ingat, kamu juga lagi hamil lho, Nak Aisyah." Ujar bu Ayana sambil mengusap lembut perutnya.
Aisyah tersenyum mengangguk, merasa bersyukur ibu mertua kedua suaminya itu berhati baik. Tidak seperti suaminya yang meninggalkannya begitu saja. Aisyah jadi serba salah memposisikan dirinya. Bersabar adalah hal terakhir yang bisa ia lakukan. Pasrah jika memang Nico akan terus memarahinya. Dia merasa bersalah, membuat Nefisyah dalam keadaan yang kritis seperti saat ini.
"Nak, jangan diambil hati ya. Nak Nico itu cuma lagi khawatir saja. Istri yang baik akan pengertiankan sama suaminya?" Hibur Bu Ayana sembari merengkuh tubuh mungil Aisyah kedalam pelukannya. Air mata Aisyah merintik membasahi khimar wanita paruh baya itu.
"Terimakasih, Bu. Saya minta maaf, Nefisyah begini karena saya," Aisyah tersedu.
"Kamu nggak sengaja, Nak. Ini sudah takdir. Setiap rumah tangga itu selalu ada ujiannya. Kamu harus kuat, kamu harus tegar. Istri yang tangguh dia yang bisa bersabar mengatasi masalah rumah tangganya," Bu Ayana melepaskan pelukannya.
"Jadilah kuat, demi dia yang ada di dalam sini," Lanjut Bu Ayana sambil mengarahkan jari telunjuk beliau ke arah perut miliknya. Aisyah menganggukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI- Finish (New Version)
Espiritual⚠ [RBO] karya k-1 Follow dulu ya... Menyesal, itulah yang dirasakan seorang Nur Aisyah. Ketika dia mengetahui kebenaran tentang jati diri dari seorang Nico. Tak seharusnya pria yang telah berstatus resmi menjadi suaminya itu menyembunyikan hal besar...