⚠️Please don't copy this story⚠️
Jangan lupa klik Bintang dan komen Krisan terbaik kalian.Selamat membaca...💐
°•°•°•°•°•°
Ketika kesalahan bertamu, tak sedikit penyesalan senantiasa ikut menyusup. Meninggalkan sejuta rasa, yang mungkin hati pun tak akan sanggup menjamunya.
- PELANGI -
Karya Jannah_sha_______________________________________________
SENJA kembali menapaki bumi. Kilau warna orange bersemu merah menghiasi latar rumah mewah keluarga Ubaidillah. Sebuah mobil Honda Hr-v putih baru saja terparkir di halaman rumah tersebut. Sang pengemudi dengan pakaian Formal dan model rambut gondrong se bahu bilah samping itu memutar kunci kontaknya ke arah kiri kemudian turun dari mobil. Setelah menutup pintu, pria itu memberikan kunci mobilnya kepada seorang tukang kebun yang beberapa saat lalu membukakan pintu gerbang untuknya. Bapak tukang kebun yang berusia empat puluh lima tahun itu mengulas senyum ke arahnya.
"Assalamu'alaikum, Den Nico..," sapa tukang kebun tersebut.
Nico mengembangkan senyumnya. "Wa'alaikumsalam, Pak Mahmud. Bunda mana? Biasanya jam segini masih ngurusin taman," ujarnya.
"Baru saja selesai Den, Ibu lagi ada di dalam sama Mbok Ijah," jawab Mahmud.
Nico menganggukkan kepala. "Oh.., kalau begitu saya ke dalam dulu ya, Pak Mahmud. Mobilnya tolong diparkirkan di sebelah mobil Abi saja, saya nggak akan ke mana-mana malam nanti."
"Baik, Den Nico," jawab Mahmud kemudian bergegas memarkirkan mobil berwarna putih tersebut.
Nico melangkahkan kakinya menuju ruang tengah. Pantulan suara televisi yang menyajikan breaking news membelah sunyi di lorong yang baru saja ia lewati. Kedua tangannya itu sibuk melepaskan ikatan dasi di lehernya. Dari kejauhan, seorang gadis berusia delapan belas tahun berlari ke arahnya kemudian memeluknya. Gadis itu bukanlah istrinya, melainkan adik yang begitu ia sayangi. For your information, Nico belum lah menikah, dia masih perjaka ting - ting. Nico membalas pelukan sang adik yang bertubuh lebih pendek darinya.
"Tumben jam segini dah pulang, Kak?" Tanya gadis itu.
"Pekerjaan kakak lagi longgar, jadi bisa pulang cepet," jawab Nico kemudian meraih punggung tangan bundanya lalu diciumnya dengan ta'zim.
"Ambilkan minum untuk kakakmu, Aira. Biarkan dia istirahat dulu," sahut Asyiah--bunda mereka.
Mbok Ijah, perempuan paruh baya tersebut mengulurkan tangan ke hadapan Nico bermaksud untuk membantunya meletakkan tasnya di ruang kerjanya. Dengan sopan Nico mengulurkan tas yang berlogo huruf L dan V itu ke hadapan perempuan yang telah mengabdikan dua puluh tahun hidupnya untuk mengasuh dan membantu bundanya mengurus rumah. Ijah meraih tas tersebut kemudian melenggang pergi dari hadapan mereka. Nico ganti menerima segelas air dari tangan kanan Aira -adiknya, kemudian mendudukkan tubuhnya di samping sang bunda. Tak selang lama, seorang pria bertubuh tinggi melebihi tubuh Nico ikut bergabung dengan mereka.
Sepuluh menit berlalu, kumandang adzan Maghrib terdengar dari berbagi penjuru komplek rumah Ubaidillah. Membuat mereka menghentikan perbincangan yang baru saja mereka mulai. Dua puluh menit berlalu, Mereka berkumpul di ruang makan keluarga. Rutinitas mereka setelah sholat Maghrib adalah makan bersama. Mbok Ijah dan Pak Mahmud sudah pulang sejak adzan Maghrib yang berkumandang beberapa waktu yang lalu. Nico dan Aira saling berebut ayam goreng krispi buatan Asyiah yang tinggal satu potong. Tidak ada yang mau mengalah di antara mereka, membuat Soleh dan Asyiah saling pandang kemudian menggelengkan kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI- Finish (New Version)
Spiritual⚠ [RBO] karya k-1 Follow dulu ya... Menyesal, itulah yang dirasakan seorang Nur Aisyah. Ketika dia mengetahui kebenaran tentang jati diri dari seorang Nico. Tak seharusnya pria yang telah berstatus resmi menjadi suaminya itu menyembunyikan hal besar...