37. Mari tetap berteman

408 16 98
                                    

⚠️Please don't copy this story⚠️

Bismillahirrahmanirrahim..

Selamat membaca...

*
*
*

"Ris?" Panggil Mirza karena sang istri tak kunjung menanggapi pertanyaan darinya.

Risya mengalihkan pandangannya, dia takut menatap tatapan elang suaminya. Dia menggigit bibir bawah, nasi sudah jadi bubur. Jika ia tak meneruskan kata-katanya, suaminya itu pasti akan penasaran. Namun, jika ia lanjutkan, dia harus siap dengan segala konsekuensinya.

"Sekitar lima tahun yang lalu, sebelum Nefisyah resmi menikah dengan Nico, aku sempat membuatnya celaka." Tutur Risya dengan nada yang bergetar.

Mirza mencoba mengingat-ingat kembali, kejadian yang telah lama berlalu tersebut. Dan ingatannya terhenti di saat dia pernah mendengar Nefisyah terjatuh dengan kening yang menancap pada pecahan cangkir yang ikut terjatuh bersamaan. Saat itu memang Nefisyah tidak ingin memperpanjang masalah. Dia memaafkan orang yang telah sengaja menjegal kakinya. Kedua manik mata Mirza membulat.

"Kau kah orangnya, Risya?" Tanya Mirza, panggilan sayangnya entah hilang ke mana. Risya mengangguk dengan wajah yang ketakutan.

Pikiran Risya salah jika Mirza akan memarahinya. Justru suaminya itu merengkuh tubuhnya ke dalam pelukan. Dia bingung, kenapa yang terjadi malah sebaliknya?

"Kenapa kamu melakukan itu?" Tanya Mirza.

"Aku khilaf, karena dia membuat semua keadaan menjadi kacau. Aisyah dengan Nico dan dia dengan dirimu. Lalu aku seperti angin lalu yang tak ada artinya." Jawab Risya, dia kembali menangis.

"Jujur, aku marah padamu, Risya. Tapi semua itu sudah berlalu, kita telah memilih jalannya masing-masing. Aku memaafkan kamu, Risya. Aku mencintaimu." Sahut Mirza, membuat Risya semakin menangis dibuatnya.

"Dia terkena kanker leukimia, Mirza. Aku merasa bersalah. Aku ingin meminta maaf kepadanya, aku tidak ingin menyesal."

Mirza melepaskan pelukan di tubuh istrinya, dia mengusap bekas air mata di pipi sang istri. "Kamu mau membesuknya? Aku akan menemanimu." Tawar Mirza, Risya dengan segera mengiyakan ajakannya.

***

'Allahumma shoyyiban nafi'an'

Ucap batin Aisyah sembari memandangi hujan yang turun begitu lebat. Kedua netranya itu tak henti memandangi pemandangan hujan yang turun begitu derasnya. Gedung-gedung apartemen dan perkantoran yang menjulang tinggi nampak begitu kokoh meski hujan mengguyurnya dengan deras. Telunjuk Aisyah menyentuh kaca pintu mobil yang berembun, kemudian jemari lentiknya itu membuat lekukan gambar bertuliskan kata Nico ♡ Aisyah.

Netra Nico tak sengaja menangkap kegiatan istrinya yang tengah bermain dengan embun di kaca mobil itu. Kedua sudut bibirnya tertarik ke samping, mengulas senyum yang membuat kedua pipinya jadi berwarna pink. Nico menggeleng-gelengkan kepala, istrinya itu selalu terlihat begitu lucu seperti anak kecil.

"Mas ? Are you okay ?" Tanya Aisyah, heran dengan tingkah suaminya.

"I'am fine, why sayang ?"

PELANGI- Finish (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang