29. Bagan baru, luka baru

337 20 123
                                    

⚠Please don't copy this story⚠

Bismillahirrahmanirrahim.

Selamat membaca...

🕊️🕊️🕊️🕊️

PAGI hari, Nico disibukkan dengan pekerjaan kantor. Kali ini dia sedang berada di perusahaan tambak ikannya. Dia paling sering berada di sana sekarang. Ihsan, sekretarisnya itu tengah sibuk berbincang dengan karyawan lab dan bagian pengelola. Ada beberapa hal pembaruan untuk pengelolaan sistem budidaya ikan nila jenis baru.

Nico yang tengah mengamati perbaikan tambak di bagian paling timur, dia dikejutkan oleh seorang bapak-bapak yang bekerja sambil menangis. Ada apa kiranya? Tanyanya di dalam hati. Dia berniat menghampiri bapak itu.

"Assalamu'alaikum, Bapak. Bisa Saya bicara sebentar?" Dia menyapanya dengan sedikit berteriak.

Bapak berusia mendekati paruh baya itu naik dari dalam tambak, menghampiri sang majikan. "Njih, Den. Ada yang bisa Bapak bantu?" Ujar bapak itu.

"Bapak, sakit? Kenapa menangis?"

Bapak itu tersenyum kecil. "Tidak apa-apa, Den. Saya cuma lagi bingung, istri saya sudah tua tapi lagi hamil. Kata dokter saya harus pilih salah satu diantaranya. Jadi, saya menangis. Bagaimana dokter itu bisa-bisanya menyuruh saya untuk memilih. Mereka berdua sama-sama berarti bagi saya." Jawab bapak itu sambil mengusap sisa air matanya di pipi.

"Adakah yang bisa saya bantu, Pak? Mungkin bapak memerlukan bantuan. Saya tidak bisa membantu memilih, karena semua itu keputusan bapak. Yang jelas, Allah tengah menguji bapak."

Bapak itu kembali tersenyum, namun kali ini senyumnya terlihat ketir. "Aden, tidak merasakan apa yang saya rasa. Mungkin kalau Aden merasakannya, Aden akan tahu bagaimana sulitnya pilihan ini. Hanya Allah yang bisa membantu saya, Den. Bapak minta doanya, ya. Agar kedua-duanya selamat dan sehat. Terimakasih, Aden baik sekali." Tutur bapak itu.

"Kalau begitu, jika bapak perlu apa-apa. Jangan sungkan, saya mohon. Saya akan membantu sebisa saya. Bapak bisa menghubungi bapak Ihsan. Bapak punya nomornya kan?"

Bapak itu mengangguk. "Alhamdulillah, terimakasih, Den. Jazakallah Khoir, semoga Allah ganti dengan yang lebih baik." Balas bapak itu.

"Wa jazakallahu Khairan, Pak."

Nico mempersilahkan bapak itu melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan dirinya kembali masuk ke dalam kantor. Ihsan membukakan pintu untuknya. Sahabatnya itu memberitahunya, kalau ada telpon masuk dari rumah sakit di ponselnya. Nico memang suka terbiasa menitipkan ponselnya pada Ihsan. Terkadang saat keluar mengecek tambak, dia suka menjatuhkan ponselnya tanpa sengaja.

"Pihak rumah sakit menelpon?" Tanyanya, Ihsan dengan cepat menganggukkan kepalanya.

"Kamu angkat?"

"Ya, nggak lah. Mana berani gue."

Nico bergegas menelpon balik nomor rumah sakit itu. "Halo, selamat siang?" Ujar Nico setelah telepon tersambung.

"Dengan Rumah Sakit Ibu dan Anak Melati Husada, ada yang bisa kami bantu?" Jawab dari seberang.

"Saya Nico Ferdiansyah, wali dari Ny. Nur Aisyah. Tadi pihak Rumah Sakit menelpon saya, tapi saya tidak sempat mengangkat. Kira-kira apakah ada hal penting yang perlu disampaikan?"

"Ya, begini bapak Nico, hari ini adalah jadwal Ny. Aisyah kontrol. Tapi sepertinya beliau melewatkannya. Sedangkan dokter kandungan yang menangani beliau ingin menghubunginya secara pribadi, tapi tak kunjung diangkat oleh beliau. Jadi, kami menghubungi wali yang bisa dihubungi."

PELANGI- Finish (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang