"J-jae, ini dimana?" tanya Hani kebingungan campur panik ketika mobil Jaehyun berhenti di perumahan yang asing banget. Perumahannya sepi, terlihat dari beberapa rumah yang masih proses pembangunan dan gak diberi cahaya sama sekali.
"Ayo turun." Jaehyun ngelepas seatbeltnya. Namun, tangannya ditahan oleh Hani.
"Ng-nggak papa aku turun, Jae? Aman gak? Ini dimana? Kalau ada apa-apa gimana?" tanya Hani beruntun.
Jaehyun terkekeh, "santai aja. Kalo sama aku, aman kok."
Hani masih menatap Jaehyun dengan ragu, "kamu cerita disini aja kenapa, Jae? Gak perlu keluar dari mobil kan."
"Tapi ada yang mau aku tunjukin, ayoo turuun," ajak Jaehyun hampir ngerengek.
Hani membuang pikiran-pikiran negatifnya. Dia kemudian membuka pintu mobil dan menutupnya dengan pelan, sesuai sama yang disuruh Jaehyun.
Jaehyun melangkah masuk kedalam sambil berjinjit, seperti melihat keadaan. Lalu mengayunkan tangannya menyuruh Hani berjalan di belakangnya.
"Jae—"
"Ssst," Jaehyun nyuruh Hani diem, dengan isyarat telunjuk di depan bibirnya.
"Kita gak mau memaling kan?" tanya Hani sambil berbisik.
Jaehyun nahan tawa, dia menggelengkan kepalanya. Kemudian dia menarik tangan Hani agar dia berhenti bertanya dan mengikutinya menuju tangga yang tempatnya persis di samping rumah utama.
"Pelan-pelan," inget Jaehyun saat mereka menaiki tangga. Sesekali dia mengedarkan pandangannya. Kayak maling. Sumpah.
Di ujung tangga, ada sebuah pintu. Jaehyun mengeluarkan kunci dari sakunya dan membuka pintu dengan pelan. Lagi-lagi, dia menarik tangan Hani sebelum perempuan itu bertanya lebih banyak.
Sampailah mereka di dalam ruangan yang awalnya gelap, kini terang karena Jaehyun menyalakan lampunya. Mereka keluar menuju balkon yang menampakkan pemandangan kota dengan langit malam yang nampak satu bintangnya.
"Sorry ya, ngajak kamu kesini kaya mau ngajak kamu memaling," kata Jaehyun disertai kekehan.
Hani masih sibuk mengamati sekitar dan berpikir rumah siapa yang mereka datangi ini. Sampai Jaehyun menjawab, "ini basecamp punyaku sama temen-temen."
Hani melotot, "loh?? emangnya boleh aku kesini Jae? Katanya kak Taeyong gaboleh? Gak diprotes orang sekampung ntar, Jae?" tanya Hani menggebu namun berbisik.
Jaehyun menganggukkan kepalanya, "makanya kita jangan berisik. Kayanya ada yang tidur di rumah bawah." balas Jaehyun berbisik.
Hani nurut, dia langsung membekap mulutnya sendiri.
"Sini, sini, ayo duduk." ajak Jaehyun sambil menata alas untuk duduk lesehan di lantai. Mereka duduk berdua, sambil mendongak menatap langit.
"Aku sebenernya bingung mau cerita darimana," Jaehyun memulai pembicaraan. Hani menoleh, "darimana aja, terserah. Aku dengerin semua, kok." jawabnya.
Jaehyun tersenyum simpul. Dia menatap langit kemudian menghela napas sebelum bercerita, "Eum, mungkin sekitar lima atau enam tahun yang lalu? Aku mau masuk SMA waktu itu. Mama sama Papa yang aku tahu hubungannya baik-baik aja selama itu, tiba-tiba mau cerai."
"Dan aku childish banget, masa ngelampiasain emosi bukannya ke Mama sama Papa malah ke orang-orang di sekolah? haha," Jaehyun ketawa garing, niatnya mau mencairkan suasana, tapi malah gagal gara-gara Hani mendengarkannya dengan serius.
Jaehyun berdehem, dia melanjutkan ceritanya, "Karena itu, kepribadianku jadi berubah. Temen-temen yang satu sekolah sama aku dulunya, jadi jauhin aku. Aku emang sadar aku banyak berubah waktu itu, tapi, aku gak peduli. Aku nyalahin kedua orangtuaku karena ngebuat aku jadi nakal. Aku pernah kabur sebulan ke rumah temenku biar dicariin, pernah ikut balapan liar, pernah kecelakaan juga biar narik perhatian Mama sama Papa, bikin masalah sama kakak kelas, banyak lagi."