"Jae, gimana kata Mom sama Dad?" tanya Hani.
Mereka memulai berbicara serius setelah Jaehyun menceritakan semua kesehariannya di Korea.
Jaehyun menghela napas. "Gimana nih, Han?"
"Kenapa, Jae? Nggak boleh ya?" tanya Hani sedikit terkejut.
Ia mengamati ekspresi Jaehyun yang terlihat memelas sambil cemberut. Kemudian, ikut menghela napasnya. "Yaudah, gapapa, Jae. Kalau harus nunggu kamu lulus magister dulu juga gapapa, kok."
"Terus, kamu gimana?" tanya Jaehyun berakting.
"Ya aku jadi guru, dong," jawab Hani. "Lagian, gimanapun juga aku tetap jadi guru 'kan?"
Jaehyun mengangguk-angguk. "Kalau kamu jadi guru muda yang udah nikah, gimana?"
Hani mengernyitkan dahinya. Memikirkan arti dari ucapan Jaehyun. Kemudian, dia menatap Jaehyun dengan pandangan tidak percaya.
"Tunggu. Gimana maksud kamu, Jae?"
"Taraa!"
Jaehyun mengeluarkan selembar kertas HVS dari saku celananya. Kemudian, menunjukkannya pada Hani. Kertas itu memiliki judul "PERJANJIAN" dengan tulisan tebal. Ia mengambil kertas tersebut dan membacanya dengan seksama. Sedetik kemudian, dia tertawa lebar.
---
Perjanjian
Yang bertandatangan di bawah ini, Karlina dan Gerandra selaku orangtua dari Hani Putri Gerandra menyatakan bahwa telah memberikan restunya kepada Jaehyun selaku calon menantu untuk meresmikan hubungan mereka ke jenjang pertunangan. Pembicaraan tentang pernikahan akan dilanjutkan lagi setelah pertunangan Hani dan Jaehyun dilaksanakan.
TTD
Mom Karlina dan Dad Gerandra
---
"Perjanjian Pertunangan? Kok sampai kepikiran bikin gini sih, Jae? Ya Ampun!"
Jaehyun menyengir. "Hehe, biar valid."
Hani tertawa sampai nggak bisa berhenti. Ia yakin, ini pasti idenya Jaehyun. Karena Mom dan Dad nggak mungkin punya ide membuat surat perjanjian begini dengan Jaehyun.
"Mom sama Dad kok bisa mau bikin gini sih, Jae?" tanya Hani heran.
"Malah awalnya aku kepikiran buat proposal," kata Jaehyun dengan entengnya.
Hani menggelengkan kepalanya dan mendecak. "Untung nggak jadi proposal ya."
"Papa kamu itu, lebih serem dari dosen pembimbing aku," kata Jaehyun jadi curhat.
"Masa? Dad baik, kok. Sama sekali nggak pernah ngebentak dan marahin aku. Tapi, Dad memang tegas, sih."
"Nah. Itu," Jaehyun menggelengkan kepala. "Bikin aku senam jantung pokoknya, walaupun cuma duduk dan ngelihatin aja."
Hani menepuk pundak Jaehyun. "Makasih, udah berusaha maksimal sampai dapet tandatangan Dad sama Mom."
Jaehyun tertawa. Ia meraih tangan kiri Hani yang dia gunakan untuk menepuk pundaknya tadi dan digenggamnya sambil mengusap punggung tangan dengan jempolnya.
"Jae."
Jaehyun menoleh ketika Hani memanggilnya. Ia memfokuskan diri sepenuhnya kepada Hani.
"Apa yang kamu sukai dari aku?" tanya Hani tiba-tiba.
Cewek itu sudah penasaran sejak lama. Karena nggak mungkin ada orang yang menyukai dia karena kepribadiannya yang jelas sangat membosankan. Hani sebenarnya menyadari itu.