5. 2018

24 4 0
                                    

Kakiku melangkah kecil, girang mendengar kabar kau akan datang ke kotaku. Badanku bergerak sesuai ritme perasaanku saat itu. Kemudian, saat itu aku masih di semester 5 dan teman-temanku tau mengenai dirimu. Ejekan khas anak-anak seolah masih SMA padahal kenyataannya aku sudah di semester tua perkuliahan.

Satu yang pasti, seorang perempuan tidak menyukai itu. Menebar cerita dan pertikaian yang berujung dengan kehampaan yang kualami saat ini. Tapi, aku tidak merasa sedih. Kehilangan semuanya mungkin menjadi jalan Tuhan bahwa orang disekitarku tidak sebaik ceritaku padamu dulu.

Kurasa 2018 titik terendahku saat berkuliah. Aku sulit bangkit. Denganmu, kau mengajariku melangkah kembali. Memijak dan memilah apa yang seharusnya aku miliki. Bersamamu, aku kembali menemukan artinya hidup. Kuliah saat itu kembali menyenangkan.

Saat itu juga kalau dipikir, kau selalu membantuku bukan? Baik mengerjakan tugas atau sekedar support manja seorang pacar. Kau memberikanku lenganmu untuk menjagaku dari lemparan-lemparan orang yang tidak menyukaiku. Saat itu, kita berdua dimabuk perasaan dan selalu berharap kalau kita bisa bertengkar entah itu untuk masalah kecil ataupun besar. Kamu dan aku tidak pernah kehabisan cerita konyol. Bahkan semua luka dan rahasiamu terbuka. Padahal aku hanya mengenalmu 1 tahun saja saat itu.

Setiap hari kuhabiskan dengan meneguk kisah pahit pertemanan namun kisah manis percintaan. Rasanya dulu aku perempuan paling bahagia saat kita berdua saling mengerti dan memiliki. Pemikiran dangkal kita tentang dunia, bahasan dalam kita mengenai kedewasaan. Mungkin saat itu kita belum terlalu mengenal warna di dunia meskipun kita sudah cukup dewasa, bukan?

2018, aku menghabiskan waktu menjadi wanitamu. Wanitamu yang paling kau bahagiakan. Disaat lelahmu, kau mencari aku. Aku ingin kembali seperti saat itu. Ketika kau sakit, kau mendekati aku hanya untuk perhatianku begitupun sebaliknya. Aku rindu cerita-cerita perkuliahanku bersamamu. Aku rindu disambut lenganmu yang merengkuh segala kesedihanku disaat harapanku dipatahkan oleh orang-orang di sekitarku.

Saat tahun itu, kita jadi salah satu pasangan yang paling banyak mencapai banyak hal. Kau dengan prestasi nasionalmu dan aku dengan memupuk prestasi tingkat perkuliahanku. Memperbaiki nilai untuk mengambil nilai A lurus di ijazah. 2,5 tahun kebelakang, ijazahku memiliki straight A dan itu semua karna dirimu.

Setiap pulang kuliah, aku selalu menceritakan hari-hariku denganmu. Tidak kusangka akhirnya aku menemui hari ketika bercerita denganmu tak lagi mudah, tidak lagi bisa dibalas dengan cepat. Kurasa kau menemukan arti pendewasaan sementara aku terjebak di dunia fana cerita cinta novel yang kita buat selama ini.

Aku rindu kamu, aku merindukan kita. Tapi kenapa kamu membuat keadaan kita tak lagi sama? Membuatku terpuruk dan sulit melepaskan kenangan-kenangan yang menjadi tapakku untuk berdiri tegar.

Kata "mencintaimu" tidak lagi terdengar setiap saat, kau bilang dulu kau menyebutkan itu kalau kau benar-benar mencintaiku. Tapi, apakah saat ini hubungan kita tak lagi istimewa? Apakah diriku sudah tidak seberkesan dulu hingga kau melepaskan genggamanmu untuk merengkuh sisa-sisa kebahagiaan itu?

Aku masih mencintaimu, dan akan selalu mencintaimu, B.

1095 Days, The 18 LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang