23. Minggu ke 157

12 2 0
                                    

Akan kubulatkan tekad, selayaknya permintaanmu sebelumnya. 157 minggu, itu jumlah akhir kita. Saat ini aku tengah terbuai oleh perasaan cinta dan sayangku, tapi kan ini semua hanya buatan bukan?

Masih kuingat jelas sekali kau ketakutan dan berkata akan sesuai pada keinginanku. Mungkin buaian-buaian semu ini adalah kenyataan. Saat ini aku kembali membangun realitas hampa tanpa kejelasan lagi. Hatiku sakit melihat postingan instagramnya, memang selayaknya ia seperti itu. Tapi rasanya hancur sekali. Aku tak tau kalimat apa yang bisa aku rangkai.

Tanganku gemetar, pandanganku buram terhalangi bulir air mata. Tuhan, aku yang jahat tapi kenapa aku masih terus menyaksikan hal-hal yang menyakiti hatiku? Jadi garis mana lagi yang sedang kau tarik untukku saat ini?

***

157 minggu, kurang dari beberapa minggu lagi kita berakhir. Sudah jelas dan pasti karena itu maumu, kau tak akan peduli lagi alasanku. Tapi -- rasanya sungguh berat sekali. Aku belum bisa melepaskanmu namun aku harus untuk kebaikan kita masing-masing.

Melihatmu mengucapkan keinginanmu dengan enteng, kurasa hubungan kita hanya sekedar pertemanan biasa bukan? Tanpa ada hal istimewa, tak ada lagi perasaan sayang yang nyata. Kau tak lagi paham mengenai perasaanku yang berharap hanya ada kau dan aku di waktuku saat ini.

157 minggu, kucukupkan cerita kita. Tulisan ini janji nyata padamu dan pada diriku. Aku tak kuat, batinku hancur membaca kalimat-kalimat penuh harap antara kau dan dia. Aku tak bahagia, sejauh apapun kebahagiaan itu, aku cepat tersadar kau bukanlah kebahagiaan nyata. Hanya buatan hasil dari sebuah ancaman semu.

***

Tuhan, kalau ini benar kesalahanku - mengapa kau jadikan ia tempatku bergantung hingga saat ini? Ketika aku bersimpuh dan bersujud dalam panjatan doaku, mengapa hanya wajah ia yang kau tunjukkan? Aku tak muncul dalam doanya, pun tak muncul dalam impiannya. Lalu mengapa jalan pahit ini kau berikan padaku?

Ketidakadilan ini akan berlangsung hingga kapan? Janji padaku ya? Agar semua tuntas di minggu 157 aku bersamanya. Ia mungkin mencemooh tulisan penuh nestapa ini, saat ia sedang bahagia aku justru seperti wanita bodoh yang terduduk menuliskan ratusan kata untuknya yang tak lagi ada.

157 minggu, tolong cukupkan dan berikan aku keajaiban dalam takdir nestapaku ini, ya?

1095 Days, The 18 LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang