1095 Days, The 18 Lover

6. Hari Keempat

Aku dihadapkan sebuah pilihan antara menjadi sebuah histori atau menjadi permata yang disembunyikan. Mataku dan sembapku adalah saksi bahwa kau memiliki arti sedalam itu jauh dari pikiran semu bahwa aku tak mencintaimu. Sikap kerasku, kata-kata yang tidak seindah seperti awal kau mengenalku. Semua hanya perlindunganku apabila kau sakiti. Aku mencintaimu, seluruh kata dan untaian ini nyata. Aku tak mampu menggambarkan sikap manis seperti halnya orang-orang di sekitarmu. Aku lahir dan besar di lingkungan yang jarang memujiku. Kau satu-satunya orang yang paling lembut menjagaku dan melindungiku. Namun semua telah berbeda dan terasa sulit.

"Jangan," Aku memandang matamu dalam untuk terakhir kali, "Jangan pernah kamu pergi dariku. Hidupku, bahagiaku ... semua ini, jawabannya hanya kamu." Ucapku seraya menahan bulir air mata pun kau tetap bergeming. Tidak ada lagi cinta, tidak lagi ada kehangatan.

Dimana lelaki yang dulu tak pernah sedikitpun membiarkan aku menangis karena sikapnya?

Nada tanpa suara berdayun mengiringi langkah kakiku. Lemas, semua harapan serta rencanaku hancur. Masa depan yang aku harap dibangun dengan dasar cinta, kebahagiaan, semuanya telah melebur menjadi kenangan. Kau sudah tidak lagi menjadikanku pilihan dalam doamu. Hatimu mantap melangkahkan kaki. Kukira dengan memberikanmu dunia, kau akan mengambil alih menjadi pemimpinku. Tapi, aku tidak mampu berdiri tegap tanpa kau disisiku. Bahkan, tulisan-tulisanku mungkin tak lagi kau kenang. Mataku tak mampu melihat dengan benar, ditutupi bulir air mata yang memaksa ingin turun dari tempatnya.

Kumohon, biarkan ini jadi kenangan abadi kita dan jangan pernah lupakan kita. Bagiku, hari milikku terasa lebih nyata saat aku menghabiskannya denganmu. Lututku tak mampu menumpu, pundakku tak mampu menahan beratnya beban yang kumiliki.

Luka ini, akan abadi. Kau tau itu namun kau tetap tidak bergeming untuk berusaha lebih. Aku telah tau akhirnya akan seperti ini, tapi mengapa aku selalu berjalan beriringan denganmu. Mendengar ceritamu mengenainya dan berharap kau memilihku yang tak pernah muncul dalam doa orangtuamu? Maafkan aku, terlalu mencintaimu saat mestinya aku telah berhenti sejak saat itu tapi kenyataannya aku tak bisa. Aku egois karena berpikir dengan aku yang telah terlanjur mencinta, kau akan memilihku. Tapi tidak ... aku hanya membangun kisah semu. Kita berdua adalah kisah yang tak mungkin bersatu tapi memaksakan untuk berjalan bersama atas nama cinta dan rasa ingin melindungi.

Apa di satu saat kamu akan merindukanku menceritakan resep masakanku yang gagal karena aku sedang sok tau? Apa mungkin kamu merindukanku yang selalu cerewet ketika menceritakan kegiatan sehari-hariku? Apa kau akan merindukanku yang selalu mudah ketakutan ketika suatu hal tak berjalan dengan lancar? Apa mungkin kamu rindu dengan omong kosongku tentang konspirasi dan cerita-cerita larut malammu untuk mengantarkanku tidur nyenyak? Apa kamu akan ingat saat-saat ketika aku sulit dipaksa tidur karena ingin lebih lama bersama denganmu, Bim?

Karena, aku merindukanmu. Menunggumu adalah kegiatan favoritku sejak mengenalmu. Kesibukanmu di dunia dan karir olahragamu sebagai profesional membuatku terlatih untuk menunggumu. Aku merindukanmu yang lelah dan tetap menyempatkan waktu untuk bersama denganku karena kau tau aku selalu menunggumu. Aku merindukan stiker-stiker dan emotmu untuk mencairkan suasana ketika aku kesal terlalu lama menunggumu.

1.095 hari mengenalmu, melangkah, berproses untuk dewasa, kau memberiku arti besar bahwa aku bernilai dan berharga. Apakah salah aku berharap di ujung dunia nanti untuk satu kali lagi saja, bertemu dan merengkuh dirimu di dalam pelukanku kembali? Mungkinkah aku kembali bertemu denganmu Bim di satu saat nanti?

Untukmu,

Bim Archibald Nathaniel.

------ 1905 Days, The 18 Lover ------

P.s;
Since I love gossip girl, I'm gonna use Nate character name for this unreal person. So it could be more real. Oh and "bim" its in Indonesian so yeah it is weird to mix it up.