43. One Sided Feeling

11 2 0
                                    

Apa kau pernah merasa satu ketika dirimu merupakan orang yang paling bahagia tapi kemudian kau hanya berkhayal?

Atau.. Apa kau pernah merasa seseorang memiliki perasaan yang sama tapi nyatanya tidak? Hingga dianggap temanpun mungkin tidak?

Hmm atau-- Apa kau pernah merasa beberapa bagian hidupmu adalah dia hingga segala hal yang penting kau beritahu paling awal padanya namun ternyata baginya kau hanya sekedar orang tak penting yang butuh pertolongan?

Kalau kau belum tahu, mari aku ceritakan sedikit bagaimana rasanya. 

Sudah jelas malu bukan kepalang, tentunya. Kau terlanjur percaya bahwa seseorang tersebut begitu berarti hingga mungkin bagimu dia adalah duniamu, mungkin aku belum setua itu tapi perasaan ini rasanya nyata. Hanya, untuk apa kau berpikir kau milik seseorang ketika orang itu tak sudi berpikir untuk memberimu lebih?

Rasa malu yang menggerogoti dalam diriku seolah berteriak, "Mati saja kau betina jalang." Perasaan benci terlahir di dunia yang tak adil ini rasanya semakin besar, penyesalan untuk mengiyakan pertanyaan malaikat mengenai apakah aku kuat hidup sebagai diriku sekarang. 22 tahun hidup dan mengalami gagal berkali-kali. Hingga tak memiliki muka untuk menunjukkan rasa sedih itu lagi.

Kekasih? Bukan. Baginya aku tak pernah dianggap hal seistimewa itu. Layaknya perempuan yang melintas di jalannya, aku hanya parasit yang harus dibasmi dan diminta pergi sesegera mungkin.

Bagaimana mungkin aku bisa menghadapi hal-hal sebodoh ini dan berharap dia memiliki perasaan yang sama? Bahkan ketika aku membeberkan semua rahasiaku, bagimu hidupku tak bernilai barang sebentar. Bagimu aku mungkin hanya borok yang harus sesegera mungkin ditutup dan dihilangkan.

***

Entah bagaimana perasaan kalian membaca ceritaku ini, pahit dan menjijikkan untuk diakui namun inilah kenyataannya. Aku tak menulis diksi berirama indah, aku hanya mengubah diksi muram durjana menjadi sesuatu yang layak dibaca. Tak perlu berepot-repot mengasihaniku. Cepat atau lambat tulisan nista ini sudah dijadikan bahan obrolan dari mantan orang kepercayaan.

Kukira hidupku berwarna saat aku bersamamu, nyatanya bagimu aku bukan hal yang menyenangkan. Seolah ujian matematika yang ingin segera kau selesaikan. Bagiku dan pandanganku kau hanya menganggap aku beban. 

Kepada aku dan muram durjanaku, berhentilah berharap. Semua orang membencimu, semua yang mendekatimu hanya ingin mengetahui rahasiamu dan menjadikan kelemahanmu sebagai alasan mereka meninggalkanmu agar kau makin membenci diri dan kehidupanmu.

Mungkin aku dilahirkan untuk jadi orang-orang yang dibenci dan mengakhiri semua kehidupan ini sendiri?

1095 Days, The 18 LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang