19. Api Kecil

13 2 0
                                    

Ribuan kata bergema mengelilingi pikiranku. Dibalik tubuh yang terkulai lemah porak poranda tanpa ada keinginan lanjut. Muncul sedikit api dalam hidupku, meskipun api itu tidak sebesar sebelumnya kurasa api itu menyulut sedikit bagian di dalam harapanku.

Nafas berat kutarik, menguntai jalanan kecil di kota yang tak kukenal ini. Ia bahagia, kenyataan itu sudah cukup menamparku keras. Dari awal tak pernah ada alasan bahwa aku bagian dari kebahagiaannya. Aku hanya singgungan garis takdir yang muncul tidak tepat. Rona hitam dalam perjalanan hidupnya. Sebanyak aku menyangkal, sebanyak itu pula sikapnya ia tunjukkan bahwa aku hanya titik hitam kesalahan di dalam buku putihnya.

***

Aku ... mungkin bukan sebuah harapan indah seperti kebanyakan cerita pada umumnya. Di dalam duniaku, aku hanya sekedar tonggak kayu kosong dengan ribuan cerita nestapa. Aku tak mengganggap ini sebuah hal memalukan, hanya saja ketika orang-orang mengetahui hal ini, mereka mundur perlahan. Kau tau saat seseorang mundur, rasanya semangat untuk bersamanya perlahan padam. Entah itu kekasih, atau hanya teman.

Jangan sia-siakan aku, atau memadamkam api kecil di harapan gelap ini.

Aku tau permintaan ini sulit pun jika sulit kau harus mencoba, hidupku terlalu kelam. Karenamu, aku ada di lubang ini. Ajaibnya kau mampu merangkak naik sementara aku tak bisa merangkak karna lubang itu ditutup habis oleh semua orang.

***

Seolah api ini akan padam, aku berusaha sekuat tenaga menjalani hal hampa nan kosong ini. Memaksakan tertawa sementara hati tak lagi satu dengan logika. Aku berharap, dengan api kecil ini aku mampu kembali naik mencari secercah cahaya dalam kegelapan ini.

Mungkin suatu saat ketika aku lebih dewasa nanti, aku akan menemukan penggantimu. Yang tidak merusak aku dan ketulusanku, yang tidak menutup kesempatan ketika kau bahkan belum memberikannya. Meskipun aku hanya titik hitam, aku ingin lima tahun lagi kau kembali membuka tulisan ini dan lihat aku ada dimana.

Kalau-kalau saat itu buku dengan catatan putihmu bernoda dan hancur. Kau tau pasti, api dan harapan siapa yang pernah kau hancurkan dengan dalih takdir. Takdir itu bisa kau pilih, omong kosong belaka dengan melibatkan dalil dari Tuhan. Kau hanya ingin melihatku menerima "takdirmu" dengan dalih pilihan Tuhan.

Kau pernah jadi surga dan duniaku, namun dengan sebutan itu kau hancurkan aku berkali-kali seolah aku tak layak menerima belas kasih. Seolah kapal yang karam, aku dihantam gelombang di dorong hingga bebatuan garis pantai menyobek dan mengoyak lumbungku.

Kau ingat satu hal pasti, api kecil ini akan membawaku ke tempat tertinggi dan menyaksikanmu menikmati karmamu. Bukan perempuan itu yang salah, namun kau yang tak pernah sadar diri akan menerima akibatnya.

Seperti takdir yang diberikan Tuhan. Kau akan merasakan itu dan ingat ocehanmu mengenai dalil Tuhan tentang takdir. Duniaku, duniamu -- saat itu pasti terhubung kembali setelah saat ini terputus.

Ayo api kecil, bantu aku membuat kapal baru dan berlayar jauh menggapai tujuan dan mimpiku kembali.

1095 Days, The 18 LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang