13. Dear Bii

16 2 0
                                    

Dear Bii,

Aku harusnya tau kalau waktu kita pasti akan datang. Karena sejak awal cerita kita ada melalui beberapa hati yang kita patahkan. Pilihan kita untuk bersama justru menyakiti beberapa orang lain tanpa kita sadari. Mungkin salah mereka, namun aku merasa aku diberikan karma karena mereka.

Bii, tidakkah kau berpikir kalau kau terlalu muda untuk melangkah lebih jauh? Kau masih bersinar, kau masih seterang bintang untuk berhenti di perjalanan ini. Kau harusnya tau, saat kau memilih jalan ini kau pasti akan menghancurkanku bukan?

Mungkin salahku, mungkin aku yang menjadi penghalang. Aku melihat ke belakang dan menyesali banyak hal dengan sibuk bertengkar denganmu dan saat kembali ke masa ini aku baru sadar kalau aku telah kehilanganmu seutuhnya.

Bukan aku menutup mata dengan keadaanmu yang sama sendiriannya di dunia ini. Bukan aku menutup mata dengan situasimu, tapi kamu ahlinya menjadi kuat. Karena kamu adalah kamu, yang mengajarkan aku buku hitam dan putih di dunia ini. Mengajarkanku bahwa tak ada api sebelum ada remah-remah kayu untuk dibakar. Kau tau? Rasanya seperti terbakar ketika melihatmu pergi. Seolah, aku kemarin masih bersama denganku dan keesokannya kau pergi dengan gadis bergaun putih.

Mungkin kau yang tak berpikir aku masih terlalu muda untuk mengejar definisi kesempurnaanmu kan?

***

Aku berjalan dan terus berjalan hanya untuk merasa lebih baik lagi. Di kota yang tak kukenal, tanpa teman yang menghubungi, tanpa kamu yang ada 24/7. Semua orang mendadak pergi, atau sebenarnya mereka tidak mendadak pergi? Hanya aku yang terlalu buta dan tidak mendengarkan ketika mereka semua memilih pergi. Aku tak paham, kenapa mereka semua jahat?

Bii, mungkin mereka menertawaiku bukan? Aku jatuh ke kubangan seperti mereka dahulu. Aku merasa banyak tatapan melihatku yang jatuh ini. Seolah mereka menang dariku, padahal mereka tidak tau itu bukan? Kenyataan bahwa aku terjatuh dan kau tidak ada di sampingku membuatku kalut. Padahal, dari awal aku telah tau kenyataan yang aku jalani ini adalah resiko akhirku saat memilih dirimu.

Tapi dasar manusia, kalau tidak mengalaminya langsung mereka akan terus berjalan menuju kehancurannya sendiri. Bila satu saat kau merindukanku setelah pilihanmu saat ini mengecewakanmu, aku pasti sudah baik-baik saja 'kan? Aku berharap di masa depan tak ada lagi "kita". Ketimbang melewatimu, aku lebih baik menghindarimu di masa depan nanti. Aku kalah, bahkan aku tak bisa menang dari pilihanmu itu. Ternyata hati memang tak sanggup menyimpan rasa ini.

Pun hidupku akan terus berjalan, dengan atau tanpa adanya kamu. Hanya babak kisah menarik hidupku telah habis. Kalau saat hancur aku dibiarkan, apalagi saat aku hanya sekedar bermuram durja. Aku tak tau lagi arah dan kabarmu disana karena kau tak lagi bercerita. Aku masih ingin menghubungkan duniaku dan duniamu tapi tali yang kubuat dan kupancang di dalam dirimu seolah diputus dan dibakar habis olehmu. Kau sadar itu 'kan?

***

Bii, sekarang jawab dengan jujur ... jujur ya, mengesampingkan apapun yang ada di pikiranmu saat ini.

"Apakah kau masih memikirkan aku?"

Pertanyaan ini akan kuakhiri dengan senyum tipisku yang sangat kamu sukai dulu, iya dulu ... Kalau sekarang, aku sudah tidak tau lagi apakah kamu masih sama. Karena, seminggu saja berhasil merubahmu menjadi orang yang tak kukenal.

1095 Days, The 18 LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang