💗 Delapan 💗

48.6K 4.2K 49
                                    

Fokusku yang sedang menonton televisi tiba-tiba buyar saat Mas Bima meletakkan sebungkus makanan di depanku. "Makan," perintahnya.

Aku membuka bungkus makanannya, nasi goreng. Bukannya aku tidak bersyukur, tetapi saat ini aku tidak bernafsu untuk makan menu itu. "Aku ga mau, ga nafsu," ucapku sambil menutup bungkusnya kembali.

"Makan aja."

"Tapi enggak nafsu," jawabku tidak mau kalah.

"Yaudah." Dia melangkahkan kakinya menuju kamar kami. Meninggalkanku yang masih menatapnya dengan tatapan sebal.

Kenapa sih Mas Bima setiap hari selalu bikin sebal. Aku menatap kembali bungkusan itu lalu dengan perasaan malas mulai memakannya dengan perlahan. Setelah selesai aku kembali ke kamar dan menemukan Mas Bima yang sedang menonton televisi.

Aku mendekatinya, dia menatapku lalu kembali terfokus ke layar televisi. Menonton berita adalah kesukaannya. "Mas, udah aku makan makanannya." Dia hanya mengangguk tanpa mengeluarkan suara.

"Makasih udah repot-repot beliin aku makanan." Dia kembali hanya mengangguk dengan mata yang tidak kunjung menatapku.

"Mas, sini liat aku dulu," permintaanku yang terdengar memaksa, Mas Bima akhirnya menatapku, "tapi lain kali kalau mau beli makanan buat aku, kasih tau aku dulu ya. Biar aku bisa milih, soalnya kadang-kadang aku enggak nafsu sama menunya."

Kali ini dia hanya menatapku saja.

"Iya ya, Mas?"

"Seharusnya kamu bersyukur."

Ih iya tau!

Batinku mulai berteriak, tapi sekuat tenaga aku tidak mengeluarkan emosiku. Kali ini kesabaranku untuk menghadapinya masih ada. Aku menarik napas lalu menatapnya dengan bibir yang tersenyum.

"Aku bersyukur kok, buktinya tadi makanannya aku makan, walaupun enggak nafsu. Mas, tapi lain kali jangan gitu ya? Aku mau milih sendiri menunya."

"Tadi saya lupa nanya kamu."

"Iya, gapapa. Lain kali jangan lupa ya, Mas."

Mas Bima mematikan lampu kamar kami lalu dia menarik selimut dan menutup matanya. Aku juga melakukan hal serupa. Setengah jam kemudian, mataku belum juga terpejam. Tiba-tiba otakku terbayang pisang bakar. Sudah lama aku tidak memakannya.

Mataku menatap Mas Bima yang tampaknya sudah tertidur. Aku menepuk pelan bahunya yang tidak tertutupi selimut, dia merespons dengan gumaman pelan. Aku menepuk bahunya lagi kemudian dia membuka matanya.

"Mas," ucapku pelan. Dia menatapku dengan mata sayunya, menungguku untuk melanjutkan kalimat.

"Cape banget ga?" tanyaku berbasa-basi.

"Mau apa?" Ah, dia tahu saja aku ingin meminta sesuatu.

Aku mendekati tubuhku dengannya. "Mau pisang bakar. Udah lama enggak makan. Sampai lupa rasanya."

Dia kembali menutup matanya. "Sudah malam."

"Ya emang bukanya malam, Mas." Dia tampaknya tidak kembali merespons. Aku menghela napas pelan lalu kembali mencoba tidur, melupakan keinginanku malam ini.

Beberapa saat kemudian, tiba-tiba selimut di sebelahku terangkat. Hawa dingin AC di kamar kami terasa di kulitku. "Kamu ingin sekali?"

HAH?

Aku membuka mataku lalu mengangguk. "Tapi kalau Mas cape banget, ga usah, gapapa kok."

"Saya jadi kepikiran dan enggak bisa tidur."

Ya ampun, baru bilang gitu aja aku sudah senyum-senyum. Kurang perhatian dan kepedulian dari suami ya jadi seperti ini, digituin aja udah senang.

"Yaudah, kita beli yuk. Sekalian nyari ngantuk." Dia mengangguk lalu kami berdua bergegas menuju restoran pisang bakar terdekat.

Sesampainya di sana, Mas Bima menyuruhku untuk duduk dan dia memesan pisang bakar untuk kami. Aku hanya menunggu sambil mengeratkan jaket Mas Bima yang  menempel di tubuhku, udara malam ini sangat dingin, mungkin karena sudah mulai larut malam.

Mas Bima duduk di hadapanku. Dia membuka ponselnya lalu aku menahannya. "Jangan ngurusin kerjaan mulu." Dia kembali mematikan ponselnya. Menurut ucapanku.

Kami tenggelam dengan pikiran masing-masing sampai akhirnya pelayan menghampiri kami lalu meletakkan pisang bakar untukku. Ternyata Mas Bima tidak memesan minuman ataupun makanan untuknya.

Mataku menatap ke pisang bakar dengan toping keju dan coklat. "Mas, aku enggak suka coklat. Mas pesan yang ada coklatnya. Aku enggak suka."

"Saya lupa nanya kamu, lagi."

Aku menghela napas. Seleraku sudah menghilang. Bukan ini yang aku mau. Bukan ini yang sedari tadi aku bayangkan.

"Pesan lagi aja?" tanyanya.

Aku tidak menjawab. Aku memaksakan memakan pisang bakarnya, walaupun tidak berselera.

"Jangan dipaksain."

"Katanya aku harus bersyukur, aku enggak boleh buang-buang makanan," ucapku setelah itu kembali memasukan suapan kedua. Namun, Mas Bima menahannya.

Dia menarik paksa sendok yang aku pegang dan memasukkan ke mulutnya. Aku terperangah seketika, ini maksudnya apa. Dia menarik piring berisi pisang bakar ke meja bagiannya lalu dia kembali memesan pisang bakar kali ini tanpa coklat, sesuai keinginanku.

Beberapa saat kemudian pesanan yang sesuai dengan seleraku datang. Aku menghabiskannya dengan cepat, bahkan Mas Bima belum menghabiskan pisang bakarnya.

Aku menengak teh manisku dan menatap Mas Bima yang terdiam sambil terus memakan pisang bakarnya. "Maaf ya, Mas. Aku juga salah. Seharusnya aku ngasih tahu kalau aku enggak pakai coklat, bukan cuma nunggu Mas nanya."

Mas Bima tidak menjawab. Dia masih asyik dengan kegiatannya. Aku tahu, Mas Bima memang tidak pernah berbicara saat sedang makan. Itu kebiasannya.

Teruntuk yang mau baca cepat, aku sudah publish satu buku full di Karyakarsa

Pembelian juga dapat melalui WA (085810258853)

Terdiri dari:

- Satu buku lengkap Mr. Cool and Our Wedding (71 Part)

- Extra Part (1, 2, 3, 4, 5, 6)

Extra Part 1

Extra Part 2

Extra Part 3 (Spesial Edition Sudut Pandang Bima)

Extra Part 4 (Spesial Edition Sudut Pandang Bima)

Extra Part 5

Extra Part 6

- Bagian tambahan terakhir

- Q and A

Hanya dengan Rp53.000 kalian bisa akses full e-booknya

Cara Pembelian:

1. Masuk ke aplikasi Karyakarsa bisa melalui web atau aplikasi.

2. Cari nama kreator (TheDarkNight_) dan cari judul karya (Full _ Ebook _ Mr. Cool and Our Wedding _ TheDarkNight_)

3. Setelah ketemu, scroll ke bawah sampai menemukan harga jual karya tersebut

4. Ubah harga jika kamu ingin memberi apresiasi lebih.

Pilih metode pembayaran: GoPay, OVO, Shopeepay, Indomart, Alfamart, atau transfer bank.

5. Ikuti petunjuk pembayaran (lihat bagian-bagian yang menerangkan pembayaran dengan Gopay, OVO, Virtual Account BNI, dan Pembayaran QR).

6. Kembali ke laman KaryaKarsa dan ke karya tadi. Pastikan kamu sudah login, ya. Kalau transaksi sudah berhasil, Karya yang sebelumnya bertuliskan "terkunci" akan ganti jadi "terbuka"

Pembelian juga dapat melalui WA (085810258853)

Jika ada pertanyaan boleh chat admin aku 085810258853

Mr. Cool and Our WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang