💗Kelima Puluh Tujuh💗

30.8K 2.8K 179
                                    

Hari ini Mas Bima sudah boleh pulang. Dia tampak begitu gembira, katanya dia tidak sabar untuk berduaan denganku di rumah nanti. Pasalnya saat di rumah sakit adegan mesra kami sering terganggu oleh suster ataupun dokter yang mengurusi Mas Bima.

"Nanti malam kita nonton film ya, La," ajak Mas Bima. Padahal itu kegiatan kesukaanku. Aku hanya mengangguk sambil mengemasi barang-barangnya.

"Aku belum kabari keluarga kalau kamu pulang hari ini."

"Ga usah. Nanti mereka kerepotan buat antar saya. Saya pulang berdua kamu aja, sampai di rumah nanti baru kabarin," ucapnya melarang. Aku hanya menuruti saja kemauannya.

Aku keluar dari ruang inap Mas Bima lalu menemui dokter. Sebelum pulang aku meminta agar kondisi Mas Bima kembali di cek. Beberapa saat kemudian aku dan dokter kembali mengecek keadaanya. Kondisinya baik dan dia disarankan untuk pulang.

"AC-nya dingin banget ya, La," ucapnya saat kami sudah berada di dalam taksi.

"Enggak dingin kok."

"Dingin," tanganku menggapai ke tombol Ac berniat untuk mematikannya, tetapi Mas Bima menarik tanganku pelan, "jangan dimatiin."

"Katanya dingin, gimana sih."

"Peluk saya aja. Kita pelukan, pasti dinginnya berkurangnya." Aku memandangnya dengan tatapan aneh. Bilang saja dia minta dipeluk pakai alasan Ac-nya dingin. Dasar Mas Bima.

"Enggak, " aku menoleh ke arah supir taksi, "malu sama supirnya diliatin."

"Dia pasti ngerti." Mas Bima menarik aku ke dalam pelukannya. Kami berpelukan sampai tiba di depan rumah. Untuk saja disepanjang perjalanan supirnya tidak menganggu atau menggoda kami. Aku malu, sungguh.

Sesampainya di rumah, kami langsung ke dalam kamar. "Kamu selama di rumah Ibu, minum susunya teratur kan, La?" tanya Mas Bima.

Aku memberikannya bantal untuk bersandar. Dia menarikku untuk bersandar di dadanya. Sudah lama rasanya tidak seperti ini. "Iya. Makanan aku juga sehat-sehat. Pikiran aku tenang selama berada di sana," ucapku seraya bercerita.

"Maaf ya sudah menyakiti kamu sedalam ini," ucap Mas Bima parau. Tangannya bergerak mengelus perutku yang mulai membesar.

"Kita movie marathon yuk, Mas," aku berusaha mengalihkan topik pembicaraan itu. Dia mengangguk lalu kami menonton beberapa film sampai malam menjelang.

Pada pagi harinya aku mandi lebih dahulu meninggalkan Mas Bima yang masih terlelap dengan tidurnya. Kami habis olahraga malam, setelah sekian lama tidak melakukan itu. Mas Bima begitu senang dan bersemangat lebih dari biasanya.

"Kamu mau ke mana? Rapi begitu bajunya," ucap Mas Bima saat melihatku sedang berdandan di meja rias.

Aku tersenyum sambil menatapnya lewat pantulan kaca. "Mas udah pulih. Aku mau kembali ke rumah Ibu."

"Setelah beberapa hari ini kita lalui dengan baik-baik saja. Saya kira kamu sudah memaafkan saya, ternyata belum ya?" ada kilat-kilat kesedihan matanya.

Aku menarik napas lalu mengembuskannya perlahan. "Aku masih butuh waktu. Lagi juga kita berjarak belum sampai sebulan," aku berjalan lalu duduk di sebelahnya, "aku mau konsisten sama permintaan aku kemarin."

Dia tampaknya kecewa dengan keputusan yang masih aku pegang teguh. "Kalau itu bisa membuat kamu lebih baik, silahkan." Walaupun kata-katanya mengizinkanku, tetapi di wajahnya tidak menunjukkan hal yang demikian.

"Aku masih butuh waktu."

"Iya."

Aku berjalan mengambil tasku. "La," dia memanggil, "saya belum bisa bawa mobil lagi. Tangan saya belum benar-benar pulih."

"Iya, gapapa. Enggak minta diantar sama Mas juga."

"Saya enggak tenang kamu pergi naik kendaraan umum."

"Aku enggak naik kendaraan umum," aku berjalan ke jendela lalu melirik ke arah bawah, "aku diantar sama Mahen. Sahabatku."

Tiba-tiba wajah Mas Bima berubah, tapi aku yakin dia tidak akan marah. Aku mendekatinya, mencium kening, bibir, dan tangannya. "Kalau mau video call atau telepon aku, boleh." Dia hanya terdiam.

"Aku pamit ya, Mas." Dia mengangguk, walaupun tidak rela aku pergi.

Teruntuk yang mau baca cepat, aku sudah publish satu buku full di Karyakarsa

Pembelian juga dapat melalui WA (085810258853)

Terdiri dari:

- Satu buku lengkap Mr. Cool and Our Wedding (71 Part)

- Extra Part (1, 2, 3, 4, 5, 6)

Extra Part 1

Extra Part 2

Extra Part 3 (Spesial Edition Sudut Pandang Bima)

Extra Part 4 (Spesial Edition Sudut Pandang Bima)

Extra Part 5

Extra Part 6

- Bagian tambahan terakhir

- Q and A

Hanya dengan Rp53.000 kalian bisa akses full e-booknya

Cara Pembelian:

1. Masuk ke aplikasi Karyakarsa bisa melalui web atau aplikasi.

2. Cari nama kreator (TheDarkNight_) dan cari judul karya (Full _ Ebook _ Mr. Cool and Our Wedding _ TheDarkNight_)

3. Setelah ketemu, scroll ke bawah sampai menemukan harga jual karya tersebut.

4. Ubah harga jika kamu ingin memberi apresiasi lebih.

Pilih metode pembayaran: GoPay, OVO, Shopeepay, Indomart, Alfamart, atau transfer bank.

5. Ikuti petunjuk pembayaran (lihat bagian-bagian yang menerangkan pembayaran dengan Gopay, OVO, Virtual Account BNI, dan Pembayaran QR).

6. Kembali ke laman KaryaKarsa dan ke karya tadi. Pastikan kamu sudah login, ya. Kalau transaksi sudah berhasil, Karya yang sebelumnya bertuliskan "terkunci" akan ganti jadi "terbuka"

Pembelian juga dapat melalui WA (085810258853)

Jika ada pertanyaan boleh chat admin aku 085810258853

Mr. Cool and Our WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang