💗 Keenam Belas 💗

42.8K 3.6K 19
                                    

"Pake ATM aku aja, Mas," ucapku mengintruksi saat Mas Bima ingin membayar belanjaan bulanan kami. Aku mengeluarkan ATM-ku, tetapi terlambat. Mas Bima tetap membayar memakai uangnya.

Setelah itu, dia membawa seluruh kantung belanjaan menuju mobil. Aku mempercepat langkahku agar sejajar dengannya. "Mau makan dulu?" tanyaku menawarkan. Pasalnya saat ini sudah menunjukkan jam makan siang.

Dia menggeleng sambil terus berjalan. "Makan di rumah aja, saya mau makan masakan kamu," jawabnya.

Pikiranku melayang pada kejadian beberapa hari yang lalu. Saat itu aku sedang belajar memasak ikan bakar kesukaan Mas Bima, tetapi aku tidak bisa membedakan antara ikannya yang sudah matang atau ikannya sudah gosong. Hasilnya, ikan buatanku terasa pahit dan pastinya masakanitu masuk ke dalam kategori gosong.

Aku sudah berniat untuk membuangnya dan membelikan langsung ikan bakar yang sudah jadi. Namun, Mas Bima mencegahnya. Dia mengambil alih ikan bakar gosongku dan memakannya dengan lahap. Dia bilang, dia tidak begitu mempermasalahkan tentang rasa makanan, yang terpenting aku sudah berusaha untuk membuatkannya makanan. Usaha dan perhatianku dia hargai dengan sangat tulus.

"Nanti aku masak, gosong lagi," jawabku saat kami sudah berada di depan mobil.

Dia memasukan seluruh belanjaan kami ke bagasi setelah itu dia membukakan pintu untukku. "Berhasil atau gagal itu poin nomor dua, poin nomor pertama kamu mau mencoba atau tidak," aku masuk ke dalam mobil lalu dia duduk di kursi kemudi, "takut salah adalah kegagalan yang sering dilakukan. Coba aja dulu. Kalau salah juga enggak ada yang marahin," ucapnya sambil mengendarai mobil.

Aku terdiam sambil menatap jalanan. Beberapa lama keheningan menyelimuti kami. "Mas, aku punya cita-cita," ucapku lebih dahulu membuka pembicaraan.

Mas Bima melirikku sekilas lalu kembali menatap ke depan. "Apa?"

"Aku mau buka bisnis gitu."

"Bisnis apa?" Kalau sudah ditanya-tanya seperti ini aku suka salah tingkah begini. Takut tidak direstui, tetapi aku menguatkan diri untuk mencoba memberitahukan.

"Aku suka berkebun. Aku suka tanaman. Aku mau buka perkebunan," dia kembali menatapku dengan tatapan bingungnya. "Kenapa tatapannya begitu sih? Aku salah ngomong ya?" dia menggeleng lalu menepikan mobil di jalanan yang lumayan sepi.

"Nanti ya kalau finansial kita udah stabil."

Aku buru-buru menggeleng. "Aku punya uang tabungan kok, Mas. Sebenarnya dari dulu aku udah nabung buat ini dan aku juga punya lahan yang mendukung untuk aku buat perkebunan," ucapku menjelaskan.

Dia terdiam seperti memikirkan kembali ucapanku. "Aku selama ini bosan di rumah karena bosan aku suka mikir yang enggak-enggak. Makanya aku sering overthingking."

Dia hanya terdiam. Wajahnya semakin datar dan tidak ada tanda-tanda ingin membalas ucapanku. "Tapi, kalau Mas enggak setuju gapapa kok. Apapun keputusan Mas, aku turutin kok."

"Tunggu finansial kita stabil dulu, nanti saya yang modalin."

"Gapapa, pakai modal uangku aja." Dia menatapku dalam kemudian mengangguk.

Eh? Mengangguk setuju untuk hal apa nih?

"Iya apa Mas?" tanyaku tidak sabar. "Iya disetujuinkan?"

"Kamu ingin sekali memang?" tanyanya sambil menyalahkan kembali mesin mobil.

"Iya. Dari dulu aku ngumpulin duit buat mewujudkan cita-cita ini," ucapku dengan semangat yang menggebu-gebu.

Mas Bima menjalankan mobilnya kembali dan sampai kami berada di bagasi rumah dia tidak berbicara lagi. Sedari tadi di mobil dia hanya diam. Mungkin dia butuh waktu untuk berpikir, aku lebih dahulu masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Mas Bima yang sedang mengambil belanjaan di bagasi.

Aku menganti bajuku dengan baju rumahan setelah itu bergegas menuju dapur untuk menyiapkan makan siang kami. "Mas mau makan apa?" tanyaku kepada Mas Bima yang sedang duduk di meja makan.

"Ikan goreng aja." Aku mengangguk lalu memasaknya dan kali ini ada kemajuan dalam memasak. Masakanku kali ini tidak gosong dan layak untuk dimakan.

Aku menghidangkannya di meja makan. "Kamu enggak makan?" tanya Mas Bima sambil mengambil piring kosong  untuk makannya.

Aku menggeser kursi dan duduk di sana. "Enggak nafsu, nanti aja."

"Ini, makan berdua saya."

"Enggak."

"Kamu kan belum makan siang."

"Iya, gapapa."

Dia menyuapkan nasi dan ikan ke mulutku. Tatapannya kian menajam, suka begini nih suami kalau enggak dituruti perintahnya suka pura-pura galak. "Ih, enggak. Aku enggak nafsu, Mas."

Dia tetap kekeuh. "Makan. Kalau enggak makan, enggak saya setujui pengajuanmu."

Aku yang melongo, tidak mengerti maksud dari ucapannya. "Yaudah ya berarti saya tidak menyetujuinya."

Buru-buru aku menarik tangannya ke mulutku. Dia terkekeh, sebelah tangannya mengelus puncak kepalaku. "Saya lagi mengetes kamu, kalau hal-hal kecil seperti ini kamu menuruti. Berarti untuk hal-hal besar ke depannya, kamu juga akan menuruti." Dia memberi jedah, "kamu saya izinkan," lanjutnya.

Pada malam harinya, aku dan Mas Bima sudah bersiap untuk tidur, walaupun lampu sebelah Mas Bima belum dia matikan. Malam ini kami tidur saling berhadapan. Aku memejamkan mata karena kantukku sudah datang. "Nanti ingatkan saya ya untuk menganti uang kamu yang kamu gunakan untuk modal ini."

Mataku terbuka kembali. "Mas, apa sih?" Dia tidak menjawab. Dia mengecup keningku lalu mematikan lampu dan kami tertidur dengan Mas Bima yang memelukku.

Kok dia jadi manis gini ya?

Teruntuk yang mau baca cepat, aku sudah publish satu buku full di Karyakarsa

Pembelian juga dapat melalui WA (085810258853)

Terdiri dari:

- Satu buku lengkap Mr. Cool and Our Wedding (71 Part)

- Extra Part (1, 2, 3, 4, 5, 6)

Extra Part 1

Extra Part 2

Extra Part 3 (Spesial Edition Sudut Pandang Bima)

Extra Part 4 (Spesial Edition Sudut Pandang Bima)

Extra Part 5

Extra Part 6

- Bagian tambahan terakhir

- Q and A

Hanya dengan Rp53.000 kalian bisa akses full e-booknya

Cara Pembelian:

1. Masuk ke aplikasi Karyakarsa bisa melalui web atau aplikasi.

2. Cari nama kreator (TheDarkNight_) dan cari judul karya (Full _ Ebook _ Mr. Cool and Our Wedding _ TheDarkNight_)

3. Setelah ketemu, scroll ke bawah sampai menemukan harga jual karya tersebut

4. Ubah harga jika kamu ingin memberi apresiasi lebih.

Pilih metode pembayaran: GoPay, OVO, Shopeepay, Indomart, Alfamart, atau transfer bank.

5. Ikuti petunjuk pembayaran (lihat bagian-bagian yang menerangkan pembayaran dengan Gopay, OVO, Virtual Account BNI, dan Pembayaran QR).

6. Kembali ke laman KaryaKarsa dan ke karya tadi. Pastikan kamu sudah login, ya. Kalau transaksi sudah berhasil, Karya yang sebelumnya bertuliskan "terkunci" akan ganti jadi "terbuka"

Pembelian juga dapat melalui WA (085810258853)

Jika ada pertanyaan boleh chat admin aku 085810258853

Mr. Cool and Our WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang