Lupa waktu; Arka

3.9K 444 87
                                    

"Pak ini Yu~ anterin langsung ke rumah ya. Kalo dia minta main kemana-mana jangan dibolehin. Aku mau ada kumpul sama temen dulu. Tolong bilangin sama Bunda juga, tadi sih udah telfon tapi bilangin lagi aja biar Bunda ga khawatir" tutur Arka memberi pesan terlebih dahulu sebelum supir pribadi dia dan Adeknya berangkat mengantar Raka pulang. Di dalam mobil Raka tak hentinya komat-kamit, kesel.

Dia merasa Abangnya curang. Dia ga boleh main giliran Abangnya seenaknya gitu ngumpul sama temen-temennya.

"Iyaa Den nanti saya sampaikan ke  Ibu. Den Arka mau pulang saya jemput atau gimana?" Tanya supir pribadi yang sudah cukup berumur itu. Ya kira-kira 50 tahun-an.

"Ga usah Pak. Nanti aku di anter temen pulangnya. Pokoknya aku titip Yu~ aja ya Pak" tolak Arka halus.

"Oh begitu, baik Den"

"Yaudah berangkat sekarang aja Pak. Hati-hati"

"Iyaa Den"

Namun sebelum itu Arka meminta Adeknya membuka kaca mobil. Ia mengetuk-ngetuk kaca mobil hitam itu. Dengan wajah penuh kejengkelan Raka pun membuka kaca, terpaksa. Ia bahkan tak mengalihkan pandangannya pada sang Kakak.

"Langsung balik"

"Ya" balas Raka acuh.

"Yaudah hati-hati" dan kaca itu pun kembali tertutup. Arka menggelengkan kepalanya. "Dasar bocil wkwk"

***

Raka tengah asik berkutat dengan ponsel pintarnya di kasur kesayangan.

"Aka?"

Tok tok tok

Raka yang tadinya asik dengan ponselnya pun mendengus pelan. Ia mematikan layar ponselnya.

"Iyaa Maa, bentar" balas Raka sambil bergegas membuka pintu kamarnya.

"Abang emang ga bilang sama kamu mau pergi sampe jam berapa?" Pertanyaan tiba-tiba pun langsung menyambut Raka setelah ia membuka pintu. Raut Mama nya terlihat cemas.

"Emang Abang belum pulang Ma?"

"Belum Ka. Kalo udah juga Mama ga akan tanya ke kamu gini"

Raka berdecak. Gini nih, yang bandel tuh sebenernya bukan dia aja tapi Abangnya juga bandel. Kalo udah ngumpul sama temen-temennya pasti lupa waktu.

Raka pun keluar dari kamarnya. Sebentar ia mengambil ponselnya yang ia letakan di kasur secara asal tadi, lalu kembali pada Mama nya. Ia menutup pintu kamarnya.

"Mau aku coba susulin aja atau gimana Ma? Mama udah coba telfon lagi?"

"Mama udah telfon tapi hp Abang ga aktif kayanya. Di chat juga ceklis satu"

"Yaudah aku susulin aja deh ya. Aku tau ko tempat biasa Abang ngumpul" inisiatif Raka.

"Tapi Mama khawatir nanti kamu malah sakit keluar malem-malem gini, udah setengah 10 Ka. Papa juga bentar lagi pulang, takutnya malah marah kalo tau kalian berdua ga ada di rumah jam segini"

"Terus gimana dong. Daripada Abang ga ada kabar gini Maa" ga bohong Raka juga jadi khawatir.

"Kamu ga ada kontak temennya Abang? Coba hubungin mereka aja, siapa tau batre hp Abang abis maka nya ga bisa ngabarin"

Raka berpikir sejenak, mengingat nomor siapa yang ia punya.

"Ooh Aka ada nomor Adek kelas yang pernah "deket" sama Abang. Biasanya sih dia juga suka ikut geng-annya Abang kalo lagi ngumpul. Bentar aku cari dulu..."

Raka men-scroll list kontak di ponsel canggihnya yang memiliki tiga kamera belakang itu. 🙃

"...Z- ah ketemu... bentar aku telfon ya Ma" Raka menekan dual telfon di ponselnya.

Being Twins Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang