Ctass
Sakit.
Perih.
Entah sudah yang keberapa kali, laki-laki itu tidak menghitungnya, sibuk dengan rasa sakit yang ia tahan sendirian. Lagipula, siapa yang ingin menemani anak cacat sepertinya. Bahkan ayahnya saja mungkin sudah membuangnya jika bukan karena pencegahan dari sang Ibu.
"SEMUA ITU SALAHMU!"
Yang dibentak hanya diam sambil terus menggeleng, hidupnya belum pernah berubah sejak kecil. Ayahnya yang bilang kalau dirinya adalah seorang pembunuh, bahkan saat masih begitu kecil. Kejadian yang memang tidak pernah bisa dilupakan, dan malah menjadi kenangan terburuk.
Tapi, bukan berarti semua itu menjadi alasan bahwa kita bisa menyalahkan seseorang yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan hal itu. Hanya amarah yang membuat ia dicap sebagai tersangka, bukan polisi atau pengadilan, tapi hanya ego yang seharusnya cuman kita yang bisa menghentikannya.
"Bukan salahku, ayah. Aku juga ngak mau kehilangan bunda.... ayah aku minta maaf..."
Sanggupnya, hanya menolak melalui bahasa tubuh. Selama enam belas tahun ia hidup, bahkan ia belum pernah bisa mengatakan 'ayah'. Kekurangan yang juga belum bisa diterima sang Ayah.
Tapi, apakah saat dilahirkan Doyoung bisa meminta untuk tidak mau menerima kekurangan ini?
Apakah saat ia dan sang Ibu mengalami peristiwa itu, ia bisa tau jika nanti ibunya akan melindunginya dan malah meninggal di depan matanya?
Takdir itu memang miliknya, tapi bukan berarti ia juga yang bisa membuatnya.
Ini tentang sebuah takdir yang tidak bisa dirubah.
Karena kadang, takdir menyakitkan akan begitu sulit untuk kita terima, haruskah kita membuangnya?
Suka nggak?
Hayooo....yang milih Doyoung tanggung jawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fate •• Kim Doyoung [END]
FanfictionTakdir adalah hal yang tak akan pernah bisa dihindari meski itu menyakitkan. Bukan kemauannya ketika ia dilahirkan dengan segala kekurangan itu. Bukan kemauannya agar setiap detik kejadian itu menjadi detik yang paling menyakitkan. Mereka mungkin ti...