Sejak duduk di ruangan Arka, Bian serasa ingin membanting ponsel sahabatnya itu. Bagaimana tidak? Sedari tadi ponsel Arka itu tidak berhenti berdering. Sementara Arka sendiri tidak pernah membawa ponselnya saat meeting. Jadilah begini, dering ponsel itu jadi mengganggu konsentrasi Bian.
Karena untuk kesekian kalianya ponsel itu masih saja tidak mau berhenti, Bian beranjak dari kursinya dan berjalan menuju meja kerja Arka. Hari ini dia memang sedang mengerjakan sesuatu di ruangan Arka karena pendingin di ruangannya rusak dan sekarang sedang diperbaiki. Dia pikir akan lebih baik dia bekerja di ruangan Arka sementara waktu sampai perbaikan selesai. Tapi ternyata, dia juga terganggu di sini.
"Aletta?" Tanya Bian pada dirinya sendiri setelah melihat siapa nama orang yang tidak berhenti menelpon Arka itu.
Siapa Aletta? Bukankah itu nama seorang wanita? Kenapa Arka dihubungi oleh seorang wanita? Terus menerus pula. Sejak kapan Arka menyimpan nomor seorang wanita?
Pertanyaan-pertanyaan introgasi mulai bermunculan di pikiran Bian saat membaca siapa nama yang membuat ponsel Arka tidak berhenti sejak tadi. Pasalnya, selama ini Bian tahu benar kalau Arka tidak pernah menyimpan nomor seorang wanita manapun. Kecuali, keluarganya sendiri.
Lalu siapa Aletta ini? Kenapa dia tidak berhenti menghubungi Arka sejak tadi?
Tak lama kemudian Bian mengambil ponsel Arka dan mengangkat telpon dari orang yang bernama Aletta itu.
Sementara di sisi lain, Aletta yang sedang menyetir, mendadak menghentikan mobilnya karena akhirnya Arka mau mengangkat telpon darinya.
"Hallo? Arka? Kamu kemana aja sih? Kenapa telfon aku dari tadi gak diangkat?" Ucap Aletta pada sambungan telepon.
Tapi tidak ada jawaban apa-apa dari Bian. Dia sengaja diam untuk mendengar suara penelpon itu. Dia ingin memastikan apakah yang menelpon itu benar-benar wanita atau hanya namanya saja yang seperti seorang wanita.
Dan ternyata benar. Itu suara seorang wanita. Mendadak Bian berpikir keras memikirkan siapa wanita itu. Kira-kira siapa perempuan itu sampai namanya bisa tersimpan di kontak telepon seorang Arka. Sementara Aletta sudah semakin kesal karena merasa Arka mengabaikannya.
"Hallo? Arka?! Kok kamu diem aja sih? Arka? Kamu denger aku gak sih Ka? " Ucap Aletta entah untuk yang ke berapa kalinya.
"Hallo? Ini siapa ya?" Ucap Bian pada akhirnya.
Kening Aletta berkerut mendengar suara yang asing baginya itu. Dia tahu benar itu bukanlah suara Arka. Lalu siapa? Apakah Aletta salah sambung? Tapi hanya ada nomor Arka di ponselnya. Dia tidak mungkin salah menekan nomor. Itu artinya orang yang bicara inilah yang lancang mengangkat telpon darinya.
"Hallo? Harusnya gue yang tanya. Lo siapa? Kenapa handphone Arka bisa sama lo? Maling ya?" Ucap Aletta seenaknya.
Tentu saja ucapan Aletta itu membuat Bian kesal. Bagaiamana mungkin dia dituduh maling saat mengangkat telpon masuk dari handphone sahabatnya sendiri?
"Heh Mba! Kalo ngomong jangan sembarangan ya! Enak aja maling. Situ yang siapa? Main nelpon-nelpon orang aja." Jawab Bian kesal.
"Bi?" Panggil Arka yang baru saja masuk ruangan.
Bian pun menengok saat melihat yang punya ponsel sudah kembali dari ruang meeting.
"Siapa?" Tanya Arka dengan suara berbisik karena melihat ponselnya sudah ada di tangan Bian. Dan sedang didekatkan dengan telinga. Itu artinya ada yang sedang menelpon bukan?
"Aletta." Jawab Bian sama sekali tidak terdengar berbisik.
Bahkan suaranya terdengar sangat lantang sekarang. Perasaan kesalnya karena dituduh maling masih hinggap sekarang. Dia tidak terima karena tuduhan gadis yang sama sekali tidak ada akhlaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arka & Aletta (END-COMPLETED)
General Fiction"Saya hamil anaknya Arka tante." Ucap Aletta pada Ibunda Arka. Degh.. ~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~ Kehidupan yang begitu pelik dialami oleh Aletta sejak kecil. Itulah yang membuatnya tumbuh menjadi seorang perempuan yang tidak bisa diatur. Aletta t...