Belum berhenti Arka mencari jejak taxi yang dinaiki istrinya itu. Ini semakin sulit karena hari sudah malam. Jalanan sudah gelap, dan tak cukup tajam mata Arka untuk melihat dalam kegelapan seperti ini tanpa kacamatanya.
Berkali-kali Arka mencoba untuk menelpon Aletta, tapi tak ada jawaban dari istrinya itu. Bahkan sekarang nomornya tidak aktif.
Kemana Arka harus mencari Aletta? Cuaca sudah menunjukkan akan turun hujan. Dan Arka belum juga menemukan titik terang untuk menemukan istrinya itu.
Arka mulai berusaha mengingat-ingat dan menerka-nerka, kira-kira ada dimana Aletta sekarang. Kira-kira di tempat mana yang bisa dijadikan Aletta sebagai penghibur laranya.
Ya, pasti Aletta sedang sangat sedih sekarang. Ucapan yang keluar dari lisan papanya itu pasti sangat menyakitkan hati Aletta. Arka juga tidak tahu kenapa mertuanya bisa bicara sekasar itu pada putrinya sendiri. Arka juga tidak tahu apakah ini kali pertama atau sudah berkali-kali ayah mertuanya itu mengucapkan kalimat sekasar itu pada Aletta.
Dan ya.. Arka mulai mengingat tempat yang ada kemungkinan didatangi Aletta. Apa mungkin dia pergi ke rumah ibu mertuanya, ke rumah orangtua Arka? Jika benar, Arka pasti akan terkena masalah besar karena ayah dan bundanya pasti akan memarahinya habis-habisan. Walaupun begitu, Arka tidak akan mempermasalahkan itu jika benar Aletta ada di sana.
Namun dari kejadian yang sudah-sudah, Arka rasa Aletta tidak ke sana. Dari beberapa masalah yang sudah terjadi, Aletta tak pernah mengadu kepada orangtua Arka tentang masalah yang mereka hadapi. Bahkan dia terlihat menutupinya. Karena tak pernah sekalipun Arka mendengar Aletta membahas tentang masalah mereka saat di rumah orangtua Arka.
Lalu jika bukan ke sana, apakah dia datang ke klub malam itu lagi? Apa dia akan nekat minum alkohol lagi dan melupakan janin yang sedang ia kandung?
Oh tidak! Itu berbahaya untuk kandungan Aletta. Apalagi dia masih hamil muda. Tentu akan ada resiko lebih besar kalau Aletta benar-benar meneguk minuman beralkohol itu.
Secepat mungkin Arka melajukan mobilnya ke arah klub malam yang ia kunjungi juga beberapa waktu lalu untuk menjemput Aletta. Semoga saja dia belum terlambat.
Tapi di tengah perjalanan, Arka kembali teringat tempat lain. Tempat yang juga ada kemungkinan besar Aletta ada di sana.
Lalu harus kemana Arka sekarang? Harus kemana dia mengarahkan kemudinya ini?
"Bismillah.. " Ucap Arka.
Dengan cepat juga, Arka memutar arah. Ya, Arka rasa dia harus melihat tempat itu dulu. Semoga saja Aletta ada di sana. Semoga saja Aletta masih mengingat kalau dia tengah mengandung sekarang.
📖
"ARGGGHHHHHHH!!!" Teriak Aletta.
Rasanya, kakinya itu sudah tak sanggup lagi menopang tubuhnya sendiri.
Rasanya, hatinya itu sudah tak sanggup lagi menahan rasa sakit yang tak berkesudahan ini.
Rasanya, matanya itu juga sudah tak sanggup lagi untuk membendung air matanya.Lemah..
Aletta berlutut menjatuhkan dirinya merasakan begitu lemahnya kakinya ini. Dia lalu menangis sejadi-jadinya di tempat ini. Tempat yang selalu sepi dan yang selalu menjadi pendengar setia jeritan dari dalam hatinya. Tempat yang tak pernah mengeluh saat Aletta berteriak. Dan.. Tempat yang tak pernah mengatakan kalau Aletta adalah manusia tak berguna, yang tak bisa apa-apa dan hanya bisa berteriak seperti pecundang di sini.
"Kenapa?! Kenapa aku harus ada di dunia ini?! Kenapa Allah kasih aku kesempatan hidup sampai sekarang?! Kenapa?! Hiks.. Hiks.. " Ucap Aletta masih dengan berteriak sambil menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arka & Aletta (END-COMPLETED)
General Fiction"Saya hamil anaknya Arka tante." Ucap Aletta pada Ibunda Arka. Degh.. ~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~¤~ Kehidupan yang begitu pelik dialami oleh Aletta sejak kecil. Itulah yang membuatnya tumbuh menjadi seorang perempuan yang tidak bisa diatur. Aletta t...