13

327 43 6
                                    

Author POV

Setelah lelah dengan kegiatan sebelumnya, Jong In memilih untuk mandi. Kemudian dia pergi untuk bekerja.

Begitulah Kim Jong In. Dia hanya memikirkan harta dan sex. Dia merasa sangat puas jika lelahnya di kantor dapat terobati dengan berhubungan intim.

Tapi walau Jong In gila sex, dia tidak pernah melakukannya dengan wanita malam. Dia hanya akan melakukannya dengan wanita yang telah sah menjadi istrinya.

Dan peraturan dalam rumah tangganya adalah siapapun wanita yang bersedia menjadi istrinya maka wanita itu harus bersedia juga untuk memuaskannya di ranjang setiap hari. Dan dia tidak mengharapkan anak dari hasil pernikahn itu.

"Aku sudah tidak suci lagi. Aku kotor. Aku adalah wanita yang kotor sekarang.", teriak Jennie dengan isak tangisnya.

"Kenapa Tuhan menghukumku seperti ini?", tanyanya ketika dia teringat oleh dosanya terhadap appanya.

"Aku menyesal. Aku sungguh sangat menyesal.", lanjutnya.

Eoh, Jennie sangat menyesal telah berlaku tidak sopan kepada appanya saat di acara pernikahannya.

"Aku ingin bertemu appa. Aku ingin minta maaf kepadanya.", lanjutnya lagi.

Tapi tiba - tiba dia teringat sesuatu.

"Ah, pil itu.", katanya sambil melihat beberapa bungkus pil pencegah kehamilan.

"Aku tidak akan meminumnya.", lanjutnya.

"Aku rela mengandung anak dari iblis itu.", lanjutnya lagi.

Jennie memutuskan untuk membiarkannya hamil. Karena dia takut bahwa suatu saat dia tidak akan pernah bisa hamil.

Dia berpikiran seperti itu karena dia pernah membaca artikel di internet bahwa wanita yang sering berhubungan intim akan mengakibatkan sulit untuk hamil.

Jennie dapat membayangkan kedepannya jika dia tidak segera bercerai dari Jong In. Jennie berpikir bahwa hidupnya akan sia - sia. Dia hanya akan mengabdi sebagai budak sex dari suaminya sendiri. Dia dapat menjamin bahwa hidupnya tidak akan bahagia jika dia tetap bersama Jong In.

"Yang terpenting aku harus pergi dari sini terlebih dahulu. Urusan perceraian itu bisa menyusul.", kata Jennie.

Author POV End

Hanbin POV

Sedari tadi, aku tidak fokus bekerja. Aku terus memikirkan Yeri.
Bukan apa - apa, hanya saja aku penasaran. Apa memang jodohku itu adalah Yeri yang mana dia adalah sekretarisku? Eoh, mungkin memang jodohku adalah sekretarisku sendiri.

Em, ok. Aku akan mencoba untuk mengajaknya makan siang. Mungkin dengan begitu aku bisa semakin dekat dengannya.

"Yeobeoseyo, sajangnim.", sapa Yeri saat aku menghubunginya.

"Em, kau tau kan ini waktunya makan siang?", tanyaku basa - basi.

"Ne, sajangnim.", jawabnya singkat.

"Jadi, apa kau mau makan siang bersamaku?", tanyaku hati - hati.

Aigoo, apa benar seperti ini? Apa tidak terlalu cepat untuknya? Aku yakin dia pasti berpikir bahwa aku ini menyukainya.

"Ne? Kenapa sajangnim tiba - tiba mengajakku untuk makan siang bersama?", tanyanya.

"Em, aku hanya butuh teman saja. Eoh, begitu.", jawabku asal.

Padahal aku bisa makan siang sendiri. Bahkan setiap hari pun begitu.
Tapi, kali ini aku ingin memastikan perasaan kami. Apakah kami memang saling mencintai?
Karena jika iya, maka aku tidak akan menunda untuk menikah.
Iya, jika memang kami berjodoh maka aku akan menikah dengan Yeri.

Because of My DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang