44

272 35 3
                                    

5 Tahun Kemudian

Hanbin POV

"Appa.", panggil seorang anak berusia 5 tahun sambil berlari menghampiriku.

"Aigoo, Young Goo-ya.", jawabku sambil menggendongnya.

"Apa appa lelah?", tanya Young Goo.

"Hem, appa lelah.", jujurku.

"Kalau begitu, turunkan aku appa.", katanya.

"Gwenchana. Appa sangat merindukanmu. Apa kau tidak merindukan appa?", tanyaku.

"Tentu saja aku merindukan appa.", jawabnya.

Yah, seperti inilah kami. Mungkin Young Goo lebih dekat denganku daripada dengan Jennie. Padahal aku ini bukanlah appa kandungnya.

"Eoh, kau sudah pulang?", tanya Jennie.

"Young Goo bahkan lebih tau kapan aku pulang.", kataku sedikit kecewa.

"Ah, mianhae. Aku sedang menyiapkan makan malam, jadi tidak bisa keluar untuk menyambutmu.", sesal Jennie.

"Arraseo. Jadi kau memasak apa malam ini?", tanyaku.

"Hanya masakan sederhana saja.", jawabnya.

Dan aku hanya bisa tersenyum menanggapinya.

"Aku akan tetap memakan apapun yang kau masak.", kataku.

"Jinjja? Bagaimana jika rasanya tidak enak? Seperti asin misalnya?", tanyanya.

"Hem, aku akan tetap memakannya.", jawabku.

"Wae?", tanyanya.

"Karena aku tau, istriku sudah susah payah memasaknya untukku.", jawabku.

"Appa memang romantis.", kata Young Goo.

"Mwo? Kau tau kata itu dari mana?", tanyaku.

Eoh, aku penasaran saja. Dari mana Young Goo tau kata romantis.

"Dari eomma.", jawabnya.

"Yak!", kejut Jennie.

"Hng? Kau mengajarkannya tentang cinta?", tanyaku pada Jennie.

"Eoh, tentu saja. Aku mengajarkannya untuk mencintai kita.", jawabnya.

"Lalu, apa hubungannya dengan kata romantis?", tanyaku.

"Ah, molla.", jawabnya singkat.

"Eomma bilang, appa perhatian dan beraikap romantis. Tapi tidak pernah mengatakan cinta pada eomma.", jawab Young Goo tiba - tiba.

"Yak! Aniya.", elak Jennie.

"Ayo, lebih baik kita makan malam sekarang.", ajaknya untuk mengalihkan pembicaraan.

Baiklah, mungkin sekarang lebih baik kami makan malam terlebih dahulu. Karena aku juga sudah lapar.

Hanbin POV End

Jennie POV

Kulihat Hanbin yang baru saja selesai mandi. Dannkini dia sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.

"Eoh, kau sudah selesai mandi?", tanyaku basa - basi.

"Kemarilah!", perintahnya.

"Hng? Wae?", tanyaku sambil menghampirinya.

Lalu, dia duduk dipinggir ranjang.

"Keringkan rambutku.", perintahnya saat aku sudah berdiri tepat dihadapannya.

"Ah, geurae.", kataku canggung.

Lalu, aku mulai mengusap - usapkan handuk kecil itu pada rambutnya.

"Tidak terasa sudah 5 tahun kita menikah.", katanya tiba - tiba.

"Eoh.", jawabku singkat.

"Dan aku belum pernah mengungkapkan perasaanku padamu.", katanya.

"Ah, ucapan Young Goo tadi tidak perlu kau pikirkan.", lataku.

"Bagaimana bisa? Bukankah sama saja aku menggantungkan perasaanmu?", tanyanya.

"Bagiku yang terpenting adalah status kita. Karena status kita sangat penting juga untuk Young Goo.", jawabku.

"Tanpa kau mengungkapkan perasaanmu padaku, orang lain pasti akan berpikir bahwa kita saling mencintai. Karena nyatanya kita sudah menikah.", lanjutku.

"Mianhae, mungkin dulu aku memang belum bisa mencintaimu. Tapi semakin lama karena terbiasa, aku jadi nyaman denganmu. Nyaman yang selama ini kuartikan hanya karena kita terbiasa tinggal bersama di atap yang sama. Tapi ternyata, nyaman itu karena aku sudah mulai menyukaimu.", katanya.

"Gwenchana, untuk sekarang aku tidak terlalu ingin tau bagaimana perasaanmu padaku. Karena kau perhatian padaku dan Young Goo saja itu sudah lebih dari cukup.", kataku.

Lalu, dengan tiba - tiba Hanbin menahan tanganku agar berhenti mengusap - usap rambutnya.

"Tapi tetap saja aku harus mengungkapkannya padamu.", katanya.

"Jeongmal gwenchana.", kataku bersamaan dengan Hanbin.

"Saranghae.", katanya bersamaan denganku.

Setelah itu, dia menarik tanganku sampai didepan dadanya. Dengan begitu membuat wajah kami saling berhadapan.

"Saranghae.", ulangnya.

Dan detik itu juga Hanbin pun mencium bibirku. Karena terlalu terkejut, aku hanya diam.

"Mianhae, mungkin ini sangat terlambat. Tapi sungguh, aku sudah mencintaimu sejak lama.", kata Hanbin.

"Gomawo.", kataku sambil menangis.

Yah, aku sangat terharu. Kupikir sekarang hidupku sudah sangat sempurna. Aku sudah menikah. Aku sudah memiliki seorang anak. Dan sekarang, suamiku mengungkapkan cintanya padaku walau itu sangat terlambat. Tapi aku tetap bersyukur.

Jennie POV End
.
.
.
TBC.

Gimana part 44nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, di part - part selanjutnya tolong ramein juga. 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all. 🙏

Because of My DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang