15

292 40 0
                                    

Author POV

#Di Mobil Hanbin

"Sajangnim, sedari tadi kau terus melamun. Apa kau memikirkan wanita tadi?", tanya Yeri.

"Eoh, aku hanya kasihan saja padanya.", kata Hanbin.

"Apa kau mengenalnya?", tanya Yeri.

"Ani, aku hanya mengenal suaminya. Dulu, suaminya adalah karyawan di perusahaan kita. Tapi sekarang dia sudah mampu membangun perusahaannya sendiri. Dan juga, dia adalah temanku saat SHS.", jawab Hanbin.

"Ah, begitu?", tanya Yeri.

"Hem.", dehem Hanbin.

"Kupikir, kau memikirkan ucapanku tadi saat di restoran. Karena jika iya, maka aku akan sangat merasa tidak enak hati padamu sajangnim.", kata Yeri.

"Eoh, untuk yang tadi? Gwenchana. Aku juga yakin gadis secantik dirimu pasti sudah memiliki pasangan.", kata Hanbin.

Ne, jadi saat di restoran tadi Hanbin mencoba untuk menanyakan perasaan Yeri padanya. Apakah Yeri menyukai Hanbin atau tidak. Tapi Yeri malah menjawab terus terang bahwa dia sudah memiliki kekasih, bahkan mereka sudah berencana untuk menikah di waktu dekat. Jadi sudah jelas bahwa Yeri tidak memiliki perasaan apapun pada Hanbin.
Dan alasan Yeri menerima ajakan Hanbin hanya karena dia ingin menghargai atasannya.

"Ne. Tapi sajangnim, apa aku tetap bisa bekerja di perusahaanmu walau aku sudah menikah nanti?", tanya Yeri.

"Eoh, tentu saja. Jangan khawatir. Selagi suamimu mengizinkanmu untuk bekerja, maka kau akan tetap bisa bekerja di perusahaanku.", kata Hanbin.

"Ne, gamsahabnida sajangnim.", kata Yeri puas.

#Di Rumah Jong In

"Apa aku harus mengadukan kejadian hari ini pada tuan Kim?", tanya Sehun pada Jennie setelah dia berhasil membawa Jennie kembali pulang.

"Ani, tolong jangan adukan pada Jong In.", kata Jennie masih dengan tangisannya.

"Kalau begitu, jangan coba - coba mempersulit pekerjaanku dengan melarikan diri lagi nyonya!", kata Sehun memperingati.

"Kau tidak merasakan jadi aku! Aku tersiksa, Sehun-a!", teriak Jennie.

"Mianhae, aku memang tidak tau rasanya jadi kau. Tapi aku bisa melihat penderitaanmu, nyonya. Sebenarnya aku kasihan padamu. Tapi aku bisa apa, nyonya? Inilah pekerjaanku. Menjagamu agar kau tidak pergi dari rumah ini.", kata Sehun.

"Kau jahat, Sehun-a!", teriak Jennie.

"Mianhae, nyonya.", sesal Sehun.

"Aku tidak akan mengadukan kejadian tadi kepada tuan Kim.Tapi sepertinya aku harus menyuruh bodyguard yang lain untuk berjaga di depan kamarmu jika tuan Kim tidak ada di rumah. Karena aku tidak ingin lagi dipersulit olehmu.", lanjutnya lalu keluar dari kamar Jennie.

Author POV End

Hanbin POV

"Sajangnim, kau tidak pulang?", tanya Yeri yang tiba - tiba masuk ke ruanganku.

Lalu, aku pun melihat jam tanganku.
Dan ternyata jam menunjukkan pukul 8 malam. Seharusnya aku sudah pulang 1 jam yang lalu.

"Sepertinya hari ini kau sedang tidak fokus.", katanya.

"Apa maksudmu pekerjaanku hari ini berantakan?", tanyaku.

"Em, sedikit.", jawabnya sambil terkekeh.

"Mian.", sesalku.

Aku merasa gagal menjadi pemimpin.

"Arraseo, sajangnim.", katanya.

"Pasti karena kau masih memikirkannya kan?", tanyanya.

"Hng?", tanyaku tidak mengerti.

"Wanita tadi.", katanya.

"Ah, Jennie?", tanyaku.

"Em, mungkin. Aku tidak tau siapa namanya.", jawabnya.

"Eoh, jujur aku masih memikirkannya. Rasanya aku ingin menolongnya, tapi aku sadar bahwa aku ini bukanlah siapa - siapa baginya.", kataku.

"Sajangnim, apa menolong seseorang harus melihat status? Atau harus melihat yang lainnya, seperti umur, jabatan, dan penampilan mungkin?", tanyanya yang membuatku terkekeh.

"Yak! Aniya. Bukan begitu maksudku.", kataku yang masih terkekeh .

Ah, andai saja Yeri belum memiliki kekasih. Karena sepertinya aku merasa nyaman bersamanya.

"Ais, hilangkan pikiran itu Hanbin-a! Kau tidak boleh memiliki perasaan pada seseorang yang sudah memiliki pasangan.", kataku (dalam hati) pada diriku sendiri.

"Ya sudah, ayo pulang sajangnim. Apa kau akan terus berada di kantor?", tanyanya.

Benar, ini sudah waktunya aku pulang. Kenapa juga aku masih setia dengan lamunanku sedari tadi?

"Eoh, kajja.", kataku sambil berdiri.

"Em, tapi kenapa kau belum pulang? Dan kenapa juga kau tiba - tiba masuk ke ruanganku?", tanyaku saat kami berjalan beriringan menuju lift.

"Ah, mianhae sajangnim. Tapi aku biasa memeriksa ruanganmu. Aku hanya takut saja jika ada berkas atau benda penting lainnya yang tertinggal. Dan aku belum pulang karena tadi aku sedang menyelesaikan materi untuk meeting kita besok pagi, sajangnim.", katanya.

"Aigoo, gomawo. Kau ini sangat teliti dan pekerja keras. Tidak salah aku mempekerjakanmu sebagai sekretarisku.", kataku bangga.

Dan Yeri pun tersenyum manis menanggapi ucapanku.

Aigoo, melihat senyumnya seperti itu membuatku ingin terus memandangnya.

Hanbin POV End
.
.
.
TBC.

Gimana part 15nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, di part - part selanjutnya tolong ramein juga. 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all.

Because of My DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang