24

250 46 4
                                    

Jennie POV

"Apa yang kau pikirkan?", tanya Hanbin saat kami sudah berada didalam mobilnya.

"Ah, aniya.", kataku sambil tersenyum canggung.

Saat Hanbin ingin menjalankan mobilnya, tiba - tiba ponselnya berbunyi.

"Eoh, yeoboseyo eomma?", jawab Hanbin.

"...."

"Ah, arraseo. Kalau begitu aku juga akan makan malam diluar.", katanya sambil menatapku.

Setelah itu, panggilan berakhir.

"Kenapa kau ingin makan malam diluar? Eommamu kan sudah menunggu belanjaan itu.", kataku sambil melihat belanjaan yang ada di belakang.

"Eoh, Yeji tidak bisa menunggu kita. Dia merasa sangat lapar. Jadi, sekarang dia dan eomma sedang makan di luar.", katanya.

"Ah, begitu?", tanyaku memastikan.

"Em, menurutmu kita makan diluar atau kita membeli makanan untuk kita makan dirumah appamu?", tanyanya tiba - tiba.

"Mwo? Dirumah appa?", tanyaku terkejut.

"Aku tau, hubunganmu dengan appamu sedang tidak baik - baik saja kan?", tanyanya.

"Yak! Darimana kau tau?", tanyaku.

"Apa kau lupa saat acara pernikahanmu? Saat kau mengusir appamu sendiri, aku ada disana. Aku menyaksikannya.", jawabnya.

Mwo? Ais, memalukan sekali.

"Ah, itu? Aku minta maaf karena kau harus menyaksikan perdebatanku dengan appa.", sesalku.

"Kenapa kau meminta maaf padaku? Seharusnya kau minta maaf pada appamu. Karena aku yakin bahwa appamu pasti merasa sakit hati atas perbuatanmu.", katanya.

"Eoh, aku memang memiliki niatan seperti itu. Tapi tidak sekarang, mungkin besok karena ini sudah malam.", kataku.

"Ini belum terlalu malam untuk bertamu. Kupikir lebih cepat lebih baik.", katanya.

"Apa sebenarnya kau ingin agar appaku memaafkanku lalu aku keluar dari rumahmu setelah itu aku tinggal bersama appaku lagi?", tanyaku tiba - tiba.

Aku benar - benar penasaran. Sebenranya dia ini keberatan atau tidak dalam menolongku?

"Yak! Bukankah aku sudah bilang bahwa keselamatanmu itu yang utama? Jadi, tinggal dirumahku itu adalah keputusan yang paling tepat.", jawabnya.

"Tapi kenapa seakan - akan kau tidak suka aku tinggal di rumahmu? Sikapmu sangat dingin.", kataku.

"Jadi kau ingin aku seperti apa? Apa aku harus super perhatian terhadapmu? Atau aku juga harus mengatakan bahwa aku sangat senang jika kau tinggal dirumahku? Begitu?", tanyanya.

Ey, kenapa dia malah bertanya seperti itu?

"Aniya, lupakan saja.", kataku.

Because of My DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang