Jennie POV
Terdengar suara bel yang terus berbunyi tanpa henti. Aku tau pelakunya. Siapa lagi jika bukan appa?
Dengan terburu - buru, aku langsung keluar dari kamarku untuk membukakan pintu.
Dan saat pintu sudah terbuka, mataku langsung menangkap sosok pria mabuk yang sedang dirangkul oleh seorang wanita yang tak lain adalah seorang jalang.
"Appa.", panggilku.
Eoh, dia benar appaku. Aku tak pernah malu mengakuinya sebagai appaku karena dia memanglah appaku, appa kandungku. Apapun pekerjaannya dan seperti apa kelakuannya, dia tetaplah appaku.
"Menyingkirlah! Appa ingin masuk.", kata appa.
Lalu, jalang itu pun mulai melangkahkan kakinya untuk memapah appa.
"Yak! Biar aku saja yang membawa appa ke kamarnya. Lebih baik kau pulang atau kembali saja ke tempat dimana kau bekerja.", kataku pada jalang itu.
"Kenapa kau mengusirnya? Eoh? Kau tau? Dia ini calon istri appa. Dia akan menjadi eommamu nantinya.", kata appa.
"Appa.", teriakku.
Oh, jinjja mianhae appa.
Tuhan, bukan maksudku ingin berteriak pada appa. Tapi, aku benar - benar tidak terima dengan ucapan appa.
"Eoh, kau berani menentang appa? Jika kau masih ingin tinggal bersama appa, maka kau harus mau menerimanya sebagai keluarga.", kata appa.
"Appa, tapi dia tidak baik untukmu. Dia hanya ingin hartamu.", kataku.
"Yak! Jaga bicaramu!", teriak appa.
"Ne, aku ini sangat mencintai appamu. Aku juga menyayangimu. Kau sudah kuanggap seperti anakku sendiri.", kata jalang itu.
"Mwo? Anak? Yak! Berkacalah, bahkan kita terlihat seumuran.", kataku.
"Sudah! Tinggalkan saja dia, lebih baik kita ke kamar sekarang.", ajak appa pada jalangnya.
"Appa! Eomma akan sangat sedih jika tau kelakuan appa.", teriakku saat appa dan jalangnya sudah hampir sampai di depan kamar appa.
"Eommamu sudah mati, dia tak akan tau.", kata appa.
Jinjja, kenapa appa berubah? Kenapa appa seperti sudah tak peduli lagi dengan eomma?
Aku tau, eomma sudah tak ada lagi di dunia. Tapi, apa appa harus berkata seperti itu?Jennie POV End
Author POV
"Appa, aku akan pergi bekerja sekarang. Aku sudah menyiapkan sarapan untuk appa di meja makan. Dan jangan lupa untuk memakan sup pereda pengar.", kata Jennie saat melihat appanya yang baru saja keluar dari kamar.
"Eoh, Jen. Tunggu sebentar.", kata appa.
"Ne?", tanya Jennie sambil berbalik.
"Apa kau ada uang?", tanya appa Jennie.
"Uang? Untuk apa?", tanya Jennie.
"Appa sangat butuh banyak uang untuk menikah serta membeli rumah baru.", kata appa Jennie.
"Mwo?", kejut Jennie.
"Eoh, appa sangat butuh Jen. Apa kau ada uang? Mungkin kau memiliki tabungan? Bisakah appa meminjamnya dulu? Appa janji akan mengembalikannya.", kata appa Jennie.
"Aniya, aku tak memiliki uang. Appa tau sendiri kan, aku hanya bekerja di toko bunga. Uang yang kudapat dari pekerjaanku tak akan cukup untuk membeli rumah baru yang appa maksud. Lagi pula untuk apa appa membeli baru? Apa appa bermaksud menjual rumah ini?", tanya Jennie.
"Jika appa ingin menjual rumah ini, maka aku tidak setuju. Walau rumah ini sederhana, tapi rumah ini memiliki banyak kenangan bersama eomma. Jadi, aku tak akan mengizinkan appa untuk menjual rumah ini.", lanjut Jennie.
"Dan untuk masalah menikah, aku akan menyetujuinya jika bukan jalang itu yang akan appa nikahi.", lanjut Jennie sambil melirik kamar appanya karena jalang yang dimaksud Jennie ada didalam sana.
"Apa kau tak ingin appa bahagia? Semenjak eommamu meninggal, appa merasa kesepian. Appa butuh perhatian dan kasih sayang, Jen.", kata appa.
"Appa masih memiliki aku.", kata Jennie.
"Ani, kau sudah dewasa. Cepat atau lambat, kau pasti akan menikah. Dan appa akan sendirian.", kata appa Jennie.
"Sudah, jangan dipikirkan. Lebih baik kau pergi bekerja sekarang.", lanjut appa Jennie.
"Eoh. Tapi, aku ingin tau kenapa appa ingin membeli rumah baru.", kata Jennie yang curiga akan sesuatu.
"Eoh, sebenarnya itu adalah syarat agar appa bisa menikah dengan Seulgi.", jawab appa Jennie.
Dan benar saja, apa yang Jennie curigai ternyata memang benar adanya.
"Cih. Apa appa tidak merasa bahwa appa sedang dimanfaatkan?", tanya Jennie.
"Ais, appa tak ingin membahasnya. Sudah, lebih baik kau pergi bekerja. Jika bisa, pinjamkan uang pada atasanmu. Appa benar - benar sangat butuh uang, Jen.", kata appa Jennie.
"Shireo! Aku memiliki prinsip bahwa aku tak akan berhutang apapun dan pada siapapun sampai aku mati.", kata Jennie mantap.
Setelah menyelesaikan kalimatnya, Jennie langsung pergi begitu saja.
Author POV
.
.
.
TBC.Gimana part 01nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, di part - part selanjutnya tolong ramein juga. 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all. 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of My Daughter
Fanfiction"Sungguh, aku sangat bersyukur. Karena anakku, aku memiliki suami sepertimu. Dan karenamu, aku memiliki anakku. Kalian berdua begitu berarti untukku.", Jennie. Cast: - Kim Jennie - Kim Hanbin - Kim Young Goo Other Cast: - Kim Jong In - Kim Dahyun ...