16

274 37 2
                                    

Jennie POV

"Hello, baby.", sapa Jong In ketika dia telah memasuki kamar.

Tapi aku hanya diam.
Aku memang sengaja. Aku hanya ingin dia tau bahwa aku masih kecewa padanya. Kecewa karena dia telah memperkosaku dengan mengikat tangan serta kakiku di sudut - sudut ranjang.

Aku benar - benar membenci iblis itu.

"Yak! Kenapa kau mengabaikanku?", tanyanya marah.

Aku tidak peduli!
Bukankah yang seharusnya marah itu aku? Bukan iblis itu?

"Yak! Kim Jennie!", teriaknya lagi.

Aku tetap tidak peduli!

"Lupakan!", katanya tiba - tiba.

"Aku lelah di kantor, baby. Jadi, aku ingin kau puaskan aku sekarang.", katanya sambil menghampiriku yang berada di ranjang.

Iblis itu memang benar - benar gila. Dia tidak memiliki perasaan serta otak untuk berpikir.
Selangkanganku bahkan masih terasa sakit, tapi dia ingin memperkosaku lagi?

"Kau mendengarku kan, baby?", tanyanya saat dia sudah berada dihadapanku.

"Aku ingin kita bercerai.", kataku mantap.

"Cih.", decihnya sambil menyeringai.

"Cerai?", tanyanya.

"Eoh, aku ingin cerai. Sepertinya aku salah karena setuju menikah denganmu.", kataku.

"Maksudmu, kau menyesal menikah denganku?", tanyanya.

"Hem.", dehemku.

"Kau menyesal?", tanyanya lagi.

"Aku yakin telingamu masih berfungsi dengan baik. Jadi aku tidak perlu menjawabnya lagi kan?", tanyaku.

"Sialan! Kau berani padaku? Ha?", teriaknya.

Dia emosi.
Aku yakin nasibku tidak akan berjalan dengan baik malam ini.
Tapi aku tidak peduli. Aku hanya ingin menunjukkan padanya bahwa aku bukan wanita yang lemah.

"Aku hanya takut pada Tuhan dan kedua orang tuaku.", jawabku.

"Mwo? Orang tuamu? Apa kau lupa bahwa kau telah mengusir appamu saat di acara pernikahan kita?", tanyanya.

"Dan jangan membawa - bawa nama Tuhan. Jangan merasa dirimu suci lalu berani membawa nama Tuhan.", lanjutnya.

Yak! Kenapa dia mengingatkanku akan dosaku terhadap appa?
Memang dasar iblis sialan!

"Untuk itu, biarlah menjadi urusanku.", kataku.

"Yang terpenting, aku ingin kita bercerai.", lanjutku.

"Kau pikir semudah itu bercerai dariku?", tanyanya.

"Aku tidak pernah memiliki pikiran menceraikan wanita yang telah menjadi istriku. Jika kau sangat ingin lepas dariku, carilah cara lain. Karena jika kau meminta langsung dariku, maka jawabannya adalah aku tidak akan menceraikanmu. Aku tidak akan melepaskanmu, Kim Jennie.", katanya.

Mwo? Cari cara lain? Apa aku harus melakukan seperti apa yang istri pertamamu lakukan? Agar aku bisa lepas darimu? Dan bebas dari dunia yang kejam ini?

Jennie POV End

Hanbin POV

Tadi aku sempat mengantarkan Yeri pulang ke rumahnya sebelum aku benar - benar pulang.

Kami bercerita banyak hal, dan dapat kusimpulkan bahwa Yeri adalah gadis yang sangat ceria. Dia bahkan banyak tersenyum yang membuatku juga ikut tersenyum.
Berkat Yeri, aku bisa melupakan Jennie sejenak.

Ah, tunggu. Tatapan Jennie tadi, seperti dia sangat ketakutan. Seperti dia memintaku untuk menolongnya.

"Ais, aku memikirkannya lagi.", kataku lirih.

"Yak! Tapi aku ini siapa? Aku bukanlah siapa - siapa baginya.", kataku sambil berjalan memasuki rumahku.

"Kau benar. Kau hanyalah seorang ahjussi yang sampai detik ini masih belum memiliki kekasih.", kata Yeji yang tiba - tiba keluar dari dapur sambil membawa hot chocolatenya.

"Mwo? Ahjussi? Enak saja. Aku ini masih cukup muda untuk dipanggil dengan sebutan ahjussi.", protesku sambil menghampirinya.

"Ingin apa kau?", tanyanya waswas saat aku sudah berada tepat dihadapannya.

"Aku hanya ingin ....", kataku gantung.

Lalu, aku merebut hot chocolatenya dari tangannya.

"Yak! Oppa!", teriaknya.

Setelah mendapatkan hot chocolatenya, aku langsung meminumnya sampai habis.

"Yak! Itu milikku!", teriaknya lagi.

"Igo.", kataku sambil mengembalikan gelas kosong itu pada Yeji.

"Ais, aku bahkan baru meminumnya sedikit.", kesal Yeji.

"Kau kan bisa membuat lagi.", kataku.

"Gomawo, eoh?", lanjutku sambil mengacak rambutnya sebelum aku pergi ke kamarku.

"Yak!", teriaknya untuk yang kesekian kali.

Dasar dongsaeng tidak sopan! Selalu saja berteriak padaku. Aku ini kan lebih tua darinya. Seharusnya dia menghormatiku.

Hanbin POV End
.
.
.
TBC.

Gimana part 16nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, di part - part selanjutnya tolong ramein juga. 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all.

Because of My DaughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang