Hanbin POV
Sehabis makan malam, eomma memaksaku untuk menceritakan tentang Jennie.
Dan disinilah kami sekarang, di kamarku."Jadi, siapa dia?", tanya eomma.
"Dan kenapa kau membawanya kesini?", tanya eomma lagi.
"Eomma ingat suami Dahyun? Kim Jong In?", tanyaku.
"Eoh, eomma ingat. Wae?", tanya eomma.
"Dia adalah istri kedua Jong In.", jawabku.
"Mwo? Jinjja?", tanya eomma terkejut.
"Hem.", dehemku.
"Lalu, kenapa kau membawanya kesini? Kau bilang dia bukan urusanmu?", tanya eomma.
"Aku tidak tau, eomma. Rasanya aku harus menolongnya walau aku tidak memiliki hubungan apapun dengannya.", jawabku.
"Apa karena saat melihatnya kau melihat bayang - bayang Dahyun?", tanya eomma.
"Eoh, sepertinya begitu. Jadi aku seperti merasa sangat bersalah jika tidak menolongnya.", jawabku.
"Geurae, gwenchana. Apa yang kau lakukan ini adalah suatu kebaikan. Jadi eomma akan mendukungmu.", kata eomma.
"Gomawo, eomma. Aku juga ingin minta maaf karena tidak meminta izinmu terlebih dahulu saat ingin membawanya kesini.", sesalku.
"Gwenchana. Kau sudah dewasa, jadi kau berhak membuat keputusan Hanbin-a. Selagi itu adalah hal yang baik, maka eomma selalu setuju dengan keputusanmu.", jawab eomma.
Hanbin POV End
Jennie POV
"Igo.", kata seseorang yang tiba - tiba duduk disampingku sambil memberikan hot chocolate padaku.
"Eoh? Ah, gomawo.", jawabku sambil menerima hot chocolate darinya.
Yah, dia adalah Hanbin. Dan sekarang kami sedang berada di taman belakang rumahnya.
"Aku tidak sengaja melihatmu di taman. Jadi aku membuatkan hot chocolate itu untukmu.", katanya.
"Eoh, gomawo.", kataku.
"Ini sudah jam 9.30. Sedang apa kau disini?", tanyanya.
"Ah, aniya.", jawabku singkat.
"Menyesali perbuatanmu hari ini?", tebaknya.
"Cih, aku tidak akan menyesal telah melarikan diri. Yang ada, dialah yang akan menyesal karena kehilanganku.", jawabku kesal.
"Tidurlah setelah ini, angin malam tidak baik untuk kesehatan.", katanya tiba - tiba, setelah itu dia bangkit untuk pergi.
Tapi aku menahannya.
"Sebelumnya, kau tidak mengizinkanku untuk tinggal di rumahmu kan? Tapi kenapa kau berubah pikiran?", tanyaku.
"Mantan kekasihku pernah merasakan apa yang kau rasakan. Tapi bukan karenaku. Dan saat itu, aku tidak bisa berbuat apa - apa untuknya. Sampai - sampai aku kehilangannya untuk selamanya. Kupikir, dia akan lebih bahagia bersama pilihannya. Tapi ternyata tidak.", jawabnya.
Lalu, aku melepas pegangan tanganku pada tangannya.
"Ah, pasti karena dia teringat pada mantan kekasihnya jadi dia tidak tega padaku.", kataku (dalam hati).
"Apa nama mantan kekasihmu adalah Kim Dahyun?", tanyaku memastikan.
Lalu dia berbalik menghadapku.
"Kau tau?", tanyanya.
"Hem, eommaku pernah bercerita tentangnya.", jawabku.
"Eommamu? Apa hubungan kalian dengan Dahyun?, tanyanya.
"Ah, sebenarnya dia bukan eomma kandungku. Eomma kandungku sudah meninggal. Eomma yang kumaksud adalah asisten rumah tangga Jong In. Dia tidak memiliki anak, maka dari itu aku menyuruhnya untuk menganggapku sebagai anaknya. Dan tentu saja, dia juga kuanggap sebagai eommaku. Dan kami tidak memiliki hubungan apapun dengan Dahyun.", jawabku.
"Lalu apa saja yang dia ceritakan tentang Dahyun padamu?", tanyanya.
"Banyak. Dan kurasa kita memang sudah ditakdirkan untuk bertemu.", kataku.
"Maksudmu?", tanyanya tak mengerti.
"Eoh, sepertinya aku harus menyampaikan kalimat terakhir Dahyun sebelum meninggal.", kataku sambil tersenyum tipis.
"Mwo? Apa yang kau maksud?", tanyanya penasaran.
"Dia bilang bahwa dia menyesal lebih memilih Jong In daripada kau.", kataku.
Lama Hanbin terdiam dengan pikirannya sendiri.
"Cih, Dahyun-a.", teriaknya tiba - tiba.
Setelah itu dia menutupi wajahnya dengan tangannya.
"Yak! Apa dia gila berteriak malam - malam seperti ini.", kataku (dalam hati).
Ah, tunggu. Dia menangis? Apa dia benar - benar menangis?
"Yak! Gwenchana?", tanyaku.
Lalu aku meletakkan hot chocolateku di bangku taman. Setelah itu, aku memberanikan diri untuk menyentuh lengannya.
"Hanbin-a, gwenchana?", tanyaku lagi.
"Aku menyesal telah melepaskannya. Aku menyesal telah merelakannya untuk menikah dengan Jong In. Aku menyesal tidak bisa berbuat apa - apa untuknya. Aku menyesal telah membiarkannya meninggal.", sesalnya sambil menangis.
"Ey, apa yang harus kulakukan?", tanyaku (dalam hati).
Akupun memilih untuk mengusap - usap lengannya. Kuharap itu bisa membuatnya sedikit tenang.
Tapi, detik itu juga Hanbin malah memelukku.
"Mwoya?", kejutku (dalam hati).
Kenapa dia malah memelukku? Aku harus bagaimana? Apa aku harus membalas pelukkannya?
"Yak! Jangan salahkan dirimu. Aku yakin kau memiliki alasan kenapa kau melepaskannya. Dan aku juga yakin, alasanmu adalah yang terbaik untuknya.", kataku menenangkannya sambil membalas pelukkannya. Aku juga mengusap - usap punggungnya.
Cukup lama kami berpelukan, akhirnya dia melepaskan pelukannya.
"Mianhae.", sesalnya.
"Gwenchana.", jawabku sambil tersenyum.
"Habiskan hot chocolatemu, setelah itu pergilah tidur.", katanya.
Lalu dia pun akhirnya pergi dari hadapanku.
"Kim Hanbin. Semenyesal itukah kau atas kematian Dahyun? Padahal itu semua bukan salahmu. Itu salahnya sendiri yang meninggalkanmu dan lebih memilih Jong In.", kataku (dalam hati) sambil melihat kepergian Hanbin.
"Dan aku? Aku seperti sekarang ini juga karena kebodohanku sendiri. Aku membuat appa sakit hati kerena perbuatanku. Jadi aku pantas mendapatkan karmanya.", lanjutku (dalam hati) sambil menundukkan kepalaku.
"Ah, ampuni aku Tuhan.", mohonku.
Jennie POV End
.
.
.
TBC.Gimana part 21nya all? 😁
Jangan rame diawal aja ya, di part - part selanjutnya tolong ramein juga. 🙏
Ah iya, jangan lupa vote ya sebagai tanda kalian dukung aku. 🙏🏻
Bagi yang belom follow aku, tolong follow ya. 🙏🏻
Gomawo, all. 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Because of My Daughter
Fanfic"Sungguh, aku sangat bersyukur. Karena anakku, aku memiliki suami sepertimu. Dan karenamu, aku memiliki anakku. Kalian berdua begitu berarti untukku.", Jennie. Cast: - Kim Jennie - Kim Hanbin - Kim Young Goo Other Cast: - Kim Jong In - Kim Dahyun ...