Prolog

3.8K 214 8
                                    

23.00 

Seokjin masih setia mendudukan diri di kursi ruang tamu rumah mewahnya. Mencoba tidur namun tak bisa, pikirannya tertuju pada seseorang yang kini tengah ia tunggu. 

Ia bermain-main dengan pikirannya, kenapa bisa kedua orang yang saling mencintai malah saling menyakiti? Parahnya lagi, kenapa ia tak mampu pergi. 

Cinta yang digadang gadang mampu membangunkan seseorang dari mimpi buruk kini terlihat seperti omong kosong di matanya. Tidak, cinta ini mimpi buruknya. 

00.00 

cklek, Suara pintu terbuka. 

Seokjin mendapati sang suami yang baru saja pulang entah dari mana, mau bertanyapun ia tak mau. Takut jawaban yang ia dapat akan menjadi boomerang dan menyakitinya sendiri. 

"maaf aku pulang terlambat" ujarnya. 

Seokjin yang daritadi duduk mematung mulai menghampiri suaminya, membantunya melepaskan jas dan membawakan tasnya. Delapan tahun pernikahan membuat Seokjin sudah terbiasa melayani suaminya. 

Masih dalam keadaan diam mencekam. Seokjin lantas pergi meletakan tas di tempat biasa dan memasukan jas di tempat cucian. 

Seokjin tersenyum pait, parfum manis itu tercium jelas dari jas suaminya. 

Bahkan ia sendiri sudah hafal. 

Setelah mengembalikan semua barang, Seokjin segera masuk ke kamar dan memilih untuk tidur menghadap tembok. Ia sudah merasakan perasaan sakit ini berulang kali, akan tetapi sakitnya masih sama saja. 

Untuk malam ini Seokjin ingin menangis saja, bolehkan? Memang apalagi yang bisa ia lakukan.

Keyakinan itulah yang membuatnya selalu berlari di tempat yang sama, bernyaman-nyaman dalam kotak pandoranya untuk saat ini

Suatu saat ia akan bertindak, harus. 

Beberapa saat kemudian Seokjin merasakan lengan kekar yang melingkar di perut rampingnya, lelaki penuh ego yang sialnya ia cintai ini mendekapnya erat. 

"maafkan aku" bisiknya

Hanya bisikan itu yang bisa Seokjin ingat sebelum menyelami alam mimpi yang mungkin lebih indah dari realita. 

... 

Prolog, end



Morning Dew (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang