"New Clan"

65 9 0
                                    

Lima tahun setelah menetap di Bandung membuat Megumi dan Takeshi betah. Iklimnya yang sejuk membuat mereka tidak terlalu merindukan Jepang. Hanya saja situasi dan masyarakatnya yang sering tidak terduga. Kadang para centeng mendatangi kediaman Megumi untuk meminta uang pengamanan. Kadang juga rumahnya dilempari orang tidak dikenal. Semua serba mencekam.

Megumi bahkan sempat berpikir bahwa kehidupannya akan hancur ketika ia membunuh londo yang sempat hendak memperkosanya itu. Saat itu Megumi sudah siap mengepak barang-barangnya dan pergi ke Jakarta. Namun untung tak dapat diduga. Ternyata ia dihalang-halangi oleh beberapa orang yang datang ke rumahnya sore itu.

"Soko niwa soko ga aru" ujar pria tinggi besar itu dengan bahasa Jepang yang fasih.

Megumi terang saja kaget. Itu Pak Indrajati! Tetangga samping rumahnya yang mengaku orang Palembang keturunan Cina.

"Touzai katei ni masaru tokoro nashi" lanjut Bu Susan.

Megumi kembali terpana. Susan tinggal di jalan depan rumahnya Megumi. Ia mengaku orang Manado.

Ternyata???

Sekitar lima belas orang saat itu berdiri didepan rumah Megumi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sekitar lima belas orang saat itu berdiri didepan rumah Megumi. Semuanya membungkuk 45 derajat melakukan Saikeirei. Megumi tidak tahu harus berbuat apa.

Saat itu pun mereka langsung mendaulat Megumi sebagai oyabun alias pelindung kaum Jepang di Bandung. Dan dengan bergabungnya para keturunan Jepang itu membuat mereka saling melindungi satu sama lain. Berusaha menguatkan posisinya di masyarakat. Hal ini sangat penting karena periode 1950-an memang rawan apalagi dengan adanya peristiwa pemberontakan Ratu Adil yang dipimpin Kapten Westerling pada 23 Januari 1950.

Bandung saat itu adalah ibukota Negara Pasundan. Kemudian berdasarkan Konfrensi Meja Bundar tanggal 2 November 1949 maka Indonesia dibentuk menjadi negara serikat. Artinya, daerah seperti Negara Sumatra Timur, Negara Sumatra Selatan, Negara Pasundan dan Negara Indonesia Timur disatukan dalam satu pemerintahan yaitu negara Indonesia.

Penyatuan negara-negara ini tentu amat rumit dan membutuhkan kesabaran tinggi. Sayangnya dalam situasi genting ini, tenyata Negara Pasundan ditunggangi oleh kepentingan beberapa pihak yang tidak mau melepaskan jajahannya. Mereka menggunakan alasan bahwa tentara KNIL tidak mau bergabung dengan TNI dan tentunya menolak keras pembubaran Negara Pasundan.

 Mereka menggunakan alasan bahwa tentara KNIL tidak mau bergabung dengan TNI dan tentunya menolak keras pembubaran Negara Pasundan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Permintaan mereka tentu tidak bisa dituruti. Akhirnya mereka menyerang pasukan TNI di kota Bandung secara acak. Serangan fajar Ratu Adil kala itu dalam waktu hanya 30 menit berhasil merebut kantor pos, markas polisi dan markas militer. Menembaki para tentara TNI dijalan. Aksi tembak menembak pun terjadi didepan Hotel Preanger. Begitu pula di Braga. Suasana kacau balau. Tidak terkecuali di daerah Dago. Megumi dan kawan-kawannya terpaksa harus berpatroli di depan setiap rumah serta tempat usaha para anggotanya untuk menjaga agar tidak dijarah. Terus begitu sampai berminggu-minggu.

"Sampai kapan kita begini?" keluh Pak Indrajati. Megumi hanya tersenyum.

"Saya kesini untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Bukan seperti ini" kembali Pak Indrajati mengeluh.

"Semua akan baik-baik saja, Pak" jawab Megumi yakin sambil menebarkan pandangannya ke seantero jalanan Dago yang dingin menusuk.

Saat itu memang masih pagi buta. Namun hari itu terjadi gejolak besar karena masyarakat menemukan selebaran yang dijatuhkan pesawat Inggris. Mereka meminta agar warga pergi dari Bandung. Hal ini tentu ditolak masyarakat. Mereka seakan hendak mengingatkan para penjajah itu dengan semangat juang "Bandoeng Laoetan Api". Apalagi dengan pengorbanan M. Ramdan dan M. Toha yang belum hilang dari ingatan.

"Dimana-mana terjadi perang, Pak. Eropa. Asia. Afrika. Memang sedang masanya. Tapi bayangkan jika sudah damai. Negeri ini sungguh indah" ujar Megumi yakin.

"Semua akan baik-baik saja pada waktunya" gumam Megumi pelan sambil tersenyum. Pak Indrajati hanya mengangkat bahu. Hati kecilnya berharap sama.

Megumi terbukti benar. Akhirnya pemberontakan Ratu Adil itu dapat digagalkan. Kapten Westerling yang kabur ke Singapura dengan pesawat Belanda bernama Catalina akhirnya tertangkap pada 22 Februari 1950. Lambat laun situasi menjadi kondusif. Lalu pada 8 Maret 1950 akhirnya masyarakat Bandung sepakat menuntut pembubaran Negara Pasundan sehingga pada tanggal 17 Agustus 1950 terbentuklah NKRI yang bertahan sampai sekarang.

Setelah situasi damai, klan Megumi menjadi semakin kuat dan semakin terkenal didunia underground Bandung dan Jakarta. Bahkan perlahan nama mereka menyebar sampai keluar Jawa. Namun hal ini tidak membuat mereka sombong dan menonjolkan diri. Mereka tetap bersembunyi dibalik nama mereka yang lokal. Berbusana dan berperilaku seperti masyarakat umumnya. Berbaur dengan lingkungan sehingga keberadaan klan mereka tidak terlihat namun tetap terasa.

Waktu pun berjalan. Klan Megumi itu semakin kuat dan semakin kaya raya. Mereka pun menanamkan modalnya ke beberapa perusahaan. 

Sayangnya setiap perkumpulan pasti menyisakan masalah. Beberapa anggota memilih keluar dan membuat perkumpulan sendiri. Akhirnya banyak oknum diluar sana yang membuat kekacauan. Membuat malu Megumi dan klan-nya. 

Sebuah tantangan yang harus dihadapi. Kita pasti bisa melewati semua ini. Semua akan baik-baik saja. Begitu kata Megumi setiap saat.

Megumi tidak tahu....

Footnote:

1. Soko niwa soko ga aru: Selalu ada alasan kenapa kamu melakukan itu semua. There is a bottom under the bottom.

2. Touzai katei ni masaru tokoro nashi: Tidak ada tempat seindah rumahmu.

3. Saikeirei (最敬礼): Membungkuk 45 derajat.

4. KNIL: Het Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda.

5. Pada tanggal 24 Maret 1946, Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3) memutuskan agar Bandung dibumihanguskan agar tentara sekutu tidak bisa memanfaatkan fasilitas kota. Keputusan ini diumumkan oleh Kolonel AH Nasoetion selaku Panglima Divisi III/ Priangan. Sementara itu M.Toha dan M. Ramdan, yang saat itu masih berusia 19 tahun, diutus untuk meledakkan 1.100 ton bubuk mesiu di gudang persenjataan milik Jepang di daerah Dayeuh Kolot. Mereka pun gugur dan nama mereka saat ini diabadikan sebagai jalan di Bandung. Menariknya kedua jalan itu berdampingan satu sama lain.

Sang Pengacara "Yakuza"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang