"The Plan"

36 7 0
                                    

"Sudahlah. Kamu kelihatannya butuh istirahat" ujar Hannah sambil mengenakan kembali jubahnya. Ia melirik Cindy yang langsung sibuk dengan ponsel dan laptop-nya.

 Ia melirik Cindy yang langsung sibuk dengan ponsel dan laptop-nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cindy tidak bergeming. Rencana kali ini tidak boleh gagal.

Hannah nampak menyerah. Sambil mendesah ia beringsut menuju dapur lalu menyeduh kopi hitam. Aromanya kopi itu menyebar keseluruh ruangan. Sontak mengendurkan wajah tegang Cindy. Ia mengangkat muka keruhnya.

"Perkara sudah sampai mana?" tanya Cindy memutar badan.

"Replik" jawab wanita itu singkat.

"Chance-nya gimana?"cecar Cindy.

Wanita hitam manis itu menerawang. "Dasar hukum mereka sangat kuat. Tapi pasti akan dikondisikan" lanjutnya yakin.

Namun Cindy tergelak.

"Buang uang, Hannah" kata Cindy sambil menggoyangkan jarinya.

"Masih ada Banding dan Kasasi" ujarnya sambil menghirup kopi yang disodorkan Hannah.

"Peradilan bobrok karena andil masyarakat yang selalu menganggap uang menyelesaikan masalah" senyum Cindy.

"Bukan sok suci. Tapi harus realistis" ujar Cindy kembali.

"Kita berada pada posisi yang salah. Sampai kapan pun kita akan kalah. Kita akan rugi waktu, biaya dan tenaga"

"Lalu sekarang bagaimana?" balas Hannah bingung.

"Rencanaku adalah Plan B" ujar Cindy dingin.

Hannah tercengang.

'No' batinnya panik.

Tubuhnya bergetar. Ia belum pernah membunuh. Tapi Cindy sudah tidak bisa berubah. Ia sudah mantap dengan pilihannya. Tak ada yang bisa menghalanginya.

TING!!!

Ponselnya berbunyi. Cindy memeriksanya. Ia nampak tersenyum puas. Sambil tersenyum lebar ia menggeser mouse komputernya membuka email. Ternyata ada sebuah file yang baru diterimanya. 

Cindy segera membuka file itu. Perlahan gambar itu mulai nampak. Terlihat seorang pria tinggi besar sedang menjambak rambut Bu Henny. Ia terdengar membisikkan kata-kata yang tidak akan dilupakan Bu Henny seumur hidupnya.

"Tinggalkan rumahmu atau kamu mati"

Kemudian terlihat parang itu dihantamkan ke pintu rumah. Kaca-kaca jendela pun pecah berantakan. Bu Henny menjerit histeris.

Cindy tertawa terbahak-bahak.

Rencana tahap I sudah berhasil dilakukan. Cindy segera melaporkannya ke Kosuke. Chandra dan pengacaranya sudah berhasil dipisah. Begitu bunyi pesannya ke Kosuke. Kini mereka siap untuk rencana kedua.

Kematian Chandra Widjaja.

Kematian Chandra Widjaja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Footnote:

1. Replik: Tanggapan Penggugat atas Jawaban Tergugat.

Sang Pengacara "Yakuza"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang