"Tao Ming Se"

50 7 0
                                    

Mercedez itu berhenti disebuah restoran ramen yang terletak di jalan Riau. Mereka disambut sesosok pria macho yang menebar senyum. 

Nindya seperti meneteskan air liurnya. Ia tidak berhenti menatap pria itu dari ujung kaki sampai kepala. Ia berhenti menatap setelah disenggol kuat-kuat oleh Dian yang memaksa ikut ke Bandung.

"Mirip Tao Ming Se ga sih yaoloooo" desah Nindya panik. Dian tertawa terbahak-bahak.

"Bininya ada engga ya?" gumam Nindya masih menatap dan berharap banyak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bininya ada engga ya?" gumam Nindya masih menatap dan berharap banyak. Ia pun bergetar saat pria macho itu mendekatinya.

"Saya Dana" tegur pria itu tersenyum sambil mengulurkan tangannya ke Nindya.

"Shancai" ucap Nindya pelan tak berkedip.

Sayangnya pria macho itu tidak mendengar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sayangnya pria macho itu tidak mendengar. Ia malah menghampiri Alex lalu merangkulnya erat. Nindya pun gigit jari sementara Dian tertawa terbahak-bahak. Nindya kemudian menarik lengan Dian untuk menjauh dari para pria itu. Ia mencubit keras lengan Dian.

"Yaolooooo macho banget sih"

"Belum ada istri deh kayanya" kerling Dian. Nindya hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dengan tatapan yang tak lepas dari pria pujaannya itu.

Sama seperti Dian. Nindya sampai sekarang masih sendiri. Bedanya ia selalu disakiti. Entah itu dimanfaatkan untuk mencari nilai ataukah hanya dipergunakan untuk mendekati Dian belaka. Nindya sudah kebal dengan trik basi seperti itu. Dia pun akhirnya memilih untuk menutup diri sampai sekarang. Berkonsentrasi dengan kuliahnya yang sebentar lagi selesai.

Namun sosok pria macho dihadapannya itu benar-benar membuatnya pusing tujuh keliling. Dengan gemas Nindya tidak melepaskan pandangannya dari Dana yang memang sudah menjadi incaran gadis Bandung sejak tahun 90-an.

Seorang pangeran dari Dago yang mobilnya Genio hitam ceper. Jago main gitar. Anak FH Unpar. Bekas SMA 5. 

Cool abis. Itulah Dana. Rasanya tidak ada gadis Bandung yang tidak kenal Dana Dago.

"Katanya ga boleh main gila sama yang bangkotan?" kedip Dian mengagetkan Nindya yang masih melongo.

"Yeah whatever..." balas Nindya sambil menyeruput es teh manisnya. Matanya masih belum lepas dari Tao Ming Se itu. Dian kembali tergelak.

Sementara itu Alex dan Dana nampak berbincang-bincang di taman depan restoran itu. Antrian yang mengular dan kursi pengunjung yang penuh membuat mereka terpaksa duduk disebuah kursi panjang dibagian luar restoran yang asri itu.

Menurut Dana, animo penikmat ramen dari tahun ke tahun semakin meningkat. Sementara pemain bisnis ramen juga semakin banyak. Membuat Dana dan keluarga harus lebih pintar dan lebih banyak berinovasi.

Alex nampak terkagum-kagum. Ia tidak menyangka Dana memiliki bakat memasak. Dulu ia berpikir Dana akan membuat dojo beladiri karena kemahirannya dalam seni bela diri karate. Atau mungkin studio band karena kemahirannya bermain gitar.

"Bro..." ujar Alex setelah sekian lama memperhatikan restoran itu. Dana nampak mengangkat mukanya.

"Gue lagi handle kasus di Bank Nasional Terpadu..." ujar Alex menggantung menunggu respon Dana.

Namun Dana hanya menatapnya polos. Menunggu penjelasan Alex selanjutnya. Alex agak menyipitkan matanya. 

Kok bisa ga ada respon? batinnya.

Masa dia ga tau? pikir Alex lagi.

"Tanah klien mau dieksekusi. Tapi prosesnya yang bikin kita keberatan" jelas Alex kembali melirik Dana. Pria oriental itu kembali tidak memberikan reaksi apapun.

"Gue baca akta pendirian Bank ternyata ada perusahaan elo disitu, bro" lanjut Alex. Kali ini Dana mengangkat alisnya. Kemudian Alex melanjutkan kata-katanya.

"PT Perdana Matahari tercatat sebagai pemegang saham di Bank itu. Nah kira-kira elo tau tentang proses eksekusi itu ga?"

Dana nampak berpikir keras. Ia menerawang ke arah pepohonan rindang di sepanjang jalan Riau itu. Lalu ia menggelengkan kepalanya. Kebingungan Alex makin bertambah.

"Gue emang beberapa kali tandatangan perjanjian. Tapi gue cuma nominee. Gue ga tau tentang tehnis apalagi eksekusi bank" kekeh Dana sambil mengangkat bahu.

Alex nampak mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti. Masuk akal sih. Batin Alex. Memang resikonya nominee seperti ini. Mereka lebih sering menandatangani setiap dokumen tanpa tahu setiap detailnya.

"Itu perusahaan punya temen nenek gue semua. Gue cuma dapet fee pertahun doang" lanjut Dana sambil tertawa.

Footnote:

1. Tao Ming Se: Peran salah satu tokoh dalam serial Meteor Garden yang diperankan Jerry Yan.

 Tao Ming Se: Peran salah satu tokoh dalam serial Meteor Garden yang diperankan Jerry Yan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2. Kisah selengkapnya Dana Dago dapat dibaca di Sang Pengacara "Sembilan Naga"

3. Dojo: Sasana olahraga beladiri.

4. Nominee: Perjanjian pinjam nama. Biasanya pemilik modal tidak mau terlihat sebagai pemilik sehingga menggunakan nama orang lain.

Sang Pengacara "Yakuza"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang