Malamnya Sisca datang menjenguk Alex. Ia terlihat sangat cantik. Mengenakan long dress berwarna hitam dengan rambut yang dibiarkan terurai. Ia menghampiri Alex yang sedang terbaring.
"Sudah lebih baik, yang?" tanya Sisca lembut sambil mengecup kening Alex.
"Aku bawa oleh-oleh untuk kamu" bisik Sisca didepan wajah Alex. Harum tubuhnya membawa Alex kekenangan masa lalu. Ia membelai pipi Sisca.
"Nih!" ujar Sisca menyodorkan sebuah buku tebal.
Alex sontak melonjak kegirangan.
"DAN BROWN!!!" pekik Alex.
"Makasih sayang..." cium Alex mesra.
Memang sudah lama Alex ingin membaca The Lost Symbol namun ia belum sempat membeli buku itu.
Novel Dan Brown, walaupun berbeda karakter, memberikan gairah yang sama seperti ia membaca novel Hilman Hariwijaya.
Tangkaplah Daku Kau Kujitak, Cinta Olimpiade, Topi-topi centil, Tragedi Sinemata.
Lupus memang pahlawan masa kecil Alex. Tengil tapi polos. Tokoh itulah yang pertama kali menginspirasi Alex menjadi seorang penulis novel. Sayangnya Alex tidak punya bakat.
Alex menarik nafas dalam-dalam. Mengumpulkan keyakinannya. Lalu ia meletakkan novel Dan Brown itu disampingnya. Ia menatap wajah Sisca dengan lembut. Kenangan masa lalu kembali berputar. Kemudian ia memegang tangan Sisca lembut.
"Aku sudah bicara dengan orang tuaku" ujar Alex pelan.
"Minggu depan aku melamar kamu..."
Sisca meneteskan air mata dan memeluk Alex erat. Pria itu hanya tersenyum.
Ia harus tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Pengacara "Yakuza"
AcciónEdisi Yakuza ini berkisah saat Alex Prasasti membongkar sindikat Yakuza yang melakukan pemerasan dan penipuan terhadap kliennya. Namun Alex disandera. Akhirnya Dana, sahabat Alex, terpaksa mengeluarkan kemampuan beladiri yang selama ini disembunyika...