"Keluarga Bu Henny"

63 6 0
                                    

Dian berjalan cepat meninggalkan halaman kampusnya. Ia jengah dengan semua tatapan yang mengikuti setiap langkahnya. Ia memang cukup terkenal melalui film-filmnya yang belakangan ini beredar. Apalagi foto untuk promo film "Kiss Me" yang sangat dibencinya itu.

"Sok seksi banget" begitu pikirnya.

"Sok seksi banget" begitu pikirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cepetan Nindya..aku laper niiih!" sungut Dian sambil menarik Nindya. Ia nampak tidak sabar. Beberapa pasang mata tidak lepas memperhatikan Dian yang sangat merasa terganggu.

Akhirnya Nindya terpaksa menyeret langkah lebih cepat. Namun air mukanya nampak sedih. Dian menangkap dari sudut matanya saat Nindya menengadahkan kepalanya menahan tangis.

"Kamu kenapa sayang?" cicit Dian sambil mendekatkan hidungnya ke pipi Nindya yang besar. Namun Nindya malah mengeluarkan air mata. Ia tersedu pelan.

Dian tersenyum sambil membelai lembut rambut sahabatnya itu. Kesedihannya memang tidak main-main. Rumah warisan ayahnya akan dieksekusi oleh Bank.

"Sabar Nind...semuanya pasti akan membaik" ujar Dian lembut sambil terus mengusapi rambut Nindya. Namun Nindya menggeleng sambil tersenyum kecut.

"Kamu tau khan kalo semua ga semudah itu" lirihnya pelan. Ia hanya berusaha realistis. Dian hanya mendesah.

Nindya baru saja menerima sms dari ibunya. Pihak Bank meminta mereka keluar dari rumahnya minggu depan. Tawaran untuk melunasi hutang pun ditolak Bank.

Nindya jadi bingung sendiri. Hukum memang selalu dijadikan alat penguasa. Jika semua ini perjanjian hutang piutang. Lalu kenapa pelunasan hutang ibunya ditolak bank?

Seluruh langkah persuasif Bu Henny menemui jalan buntu. Dari menyambangi rumah pribadi kepala cabang Bank itu sampai mengirimkan surat permohonan penangguhan eksekusi. Semua tidak ditanggapi. Akhirnya semua kebingungan ini membuat Bu Henny memutuskan untuk berkonsultasi dengan pengacara.

Namun jujur saja Nindya keberatan. Pengacara belum tentu bisa menolong mereka. Nindya khawatir jika uang tabungan keluarganya akan habis dikeruk oleh pengacara.

Posisi Nindya saat ini memang sulit. Ia mungkin harus berhenti kuliah demi melunasi hutang ibunya. Padahal ia bercita-cita untuk meneruskan berkuliah diluar negeri. Hidup dan menikah disana.

Tapi Nindya tahu ia tidak boleh egois.

Nindya ingat kejadian tadi malam. Ibunya tampak sedang membuka album foto keluarga. Ayahnya yang pilot tampak gagah dengan seragamnya. Ibu nampak memeluk foto itu erat. Ia tampak sangat terpukul ketika mengucapkan permohonan maaf karena tidak mampu mempertahankan rumah warisannya.

"Di...makan disini aja yuk. Gue laper" bisik Nindya melirik bakso dihadapannya.

"Iya sayang. Ayuk..." jawab Dian lembut sambil mengambil tempat duduk yang kosong di dekatnya. Pelarian Nindya memang selalu makan kalau sedih. Setidaknya ia tahu caranya untuk selalu happy. Batin Dian sambil menatap sahabatnya itu penuh kasih.

 Batin Dian sambil menatap sahabatnya itu penuh kasih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nindya adalah sahabat Dian dari kecil. Mereka bahkan tinggal bersama saat ini. Bertiga bersama ibunya Nindya di sebuah rumah yang terletak di Pondok Cabe. Tidak jauh dari lapangan terbang.

Mereka berarti segalanya bagi Dian. Mereka mengajarkan arti kehidupan. Arti ketulusan. Arti cinta. Arti keluarga. Merekalah yang membuat Dian merasa hidup kembali dan dicintai. Kariernya pun tak lepas dari dorongan dan semangat mereka. Mama Henny yang mendaftarkannya pada setiap kontes kecantikan dan menyeretnya ikut casting. Dian tidak akan bisa melupakan jasa wanita itu.

Makanya, kepusingan mereka dirasakan juga oleh Dian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Makanya, kepusingan mereka dirasakan juga oleh Dian. Namun tidak ada yang bisa dilakukan Dian kecuali menyakinkan Nindya bahwa konsultasi dengan pengacara adalah langkah terbaik.

Untungnya Nindya masih mau mendengar. Sore ini pun mereka akan menemani Bu Henny yang dijadwalkan bertemu pengacara yang direkomendasikan om Salomo, adik Bu Henny.

Sang Pengacara "Yakuza"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang