"Sempurna"

40 5 0
                                    

Waktu masih menunjukkan pukul 7.30 ketika mereka menyantap sarapan di pagi yang mendung ini. Diluar hujan masih mengguyur pelan. Dian sudah mandi. Sementara Alex sudah mengenakan baju kantornya. Laporan Anton dan Gilby akan diterimanya pagi ini. Ia harus segera menentukan strategi selanjutnya.

"Pak Alex..." panggil Dian.

"Ya..." jawab Alex tanpa menoleh. Matanya masih tertuju pada dokumen.

 Matanya masih tertuju pada dokumen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terima kasih..." kata Dian perlahan sambil melirik Alex. Namun mata pria itu malah tertumbuk pada ponselnya. Ia sedang membaca beberapa email.

"Terima kasih sudah mau menampung aku..." ujar Dian sambil tersenyum manis.

"Ok..." gumam Alex sekenanya.

"Aku merasa beruntung bisa mempunyai..." ucapan itu terhenti sejenak. Dian menunggu respon Alex yang sekarang terlihat menonton TV.

Ternyata nihil.

Pria itu tetap tidak perduli. Dengan sedikit menarik nafas sebal Dian melanjutkan kata-katanya.

"uhm...beruntung bisa...uhm..."

"...mempunyai kakak, mentor dan seorrr..."

BRAKKKKKKK!!!

Kursi itu terpental kebelakang. Alex terlihat berlari kecil ke kamar lalu kembali sambil menenteng gitar akustik. Wajahnya nampak sumringah. Kemudian pria itu duduk didepan TV. Matanya menatap lurus menghadap layar.

Dian mendengus kesal. Sambil cemberut ia memperhatikan sosok pria tak punya perasaan itu.

 Sambil cemberut ia memperhatikan sosok pria tak punya perasaan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ternyata ia sedang mengikuti sebuah lagu di TV dengan gitarnya. Perlahan Dian beringsut ke depan ikut menonton.

Kemudian ikut berdendang mengikuti lagu...

Kau begitu sempurna. Dimataku kau begitu indah. Kau membuat diriku akan slalu memujamu...

Lagu yang indah...

Disetiap langkahku. Ku kan slalu memikirkan dirimu. Tak bisa kubayangkan hidupku tanpa cintamu...

Dian melirik Alex disampingnya. Pria itu memetik gitar sambil memejamkan mata.

Janganlah kau tinggalkan diriku. Takkan mampu menghadapi semua. Hanya bersamamu ku akan bisa...

Wajah pria itu terlihat cerah. Awan kelabu yang menggayuti wajahnya nampak hilang. Pria itu terlihat sangat menghayati lagu sambil terus memetik gitar tuanya yang penuh coretan.

"Gragas Boys"

"Pemuda Idaman Cari Kebebasan"

"Kutunggu Jandamu"

Dan lainnya...

Dian menahan tawa sambil mengalihkan pandangannya ke Alex. Diluar hujan semakin deras. Membuat suasana semakin syahdu. Video klip itu telah usai. Tapi pria itu masih terus memetik gitarnya.

"Aku ga tahu Bapak bisa main gitar..." ujar Dian memecah hening.

"Aku ingin jadi musisi dulu" kekeh Alex.

"Lho...kenapa ga dilanjutin?"

"Ga bakat" jawab Alex sambil menyeringai lucu.

Diluar hujan seakan tidak mau berhenti mengguyur. Angin berhembus pelan melalui celah jendela. Udara terasa makin dingin menggigit. Petikan gitar itu kembali mengalun syahdu. Dian pun bernyanyi.

Janganlah kau tinggalkan diriku. Takkan mampu menghadapi semua. Hanya bersamamu ku akan bisa...

Kau adalah darahku...Kau adalah jantungku...

Suasana syahdu itu membuat Dian terbawa perasaan. Suaranya terdengar sangat lirih. Lalu ia menunduk sambil meneteskan air mata.

"Kau adalah hidupku...lengkapi diriku...
oh sayangku kau begitu...sempurna..."

Mereka saling bertatapan lalu tersenyum. Alex memeluk Dian hangat. Ia hendak mencium kening gadis itu. Namun Dian mengangkat wajahnya.

Bibir mereka pun bertemu.

Sang Pengacara "Yakuza"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang