DUA

328 36 48
                                    

Festival bunga sakura memang tidak pernah sepi. Mereka selalu berhasil menarik pejalan kaki untuk berjalan-jalan dibawah pohon sakura sambil mengambil beberapa foto. Bahkan ketika senja datang, tempat ini masih ramai oleh pejalan kaki. Langit jingga yang mengudara di atas semakin membuat suasana tenang dan damai.

“Wah, kalau lihat gambaranmu, aku percaya kalau kau sekarang sudah jadi arsitek sukses.” komentar Chaeyeon terpukau oleh gambar potret Winwin.

Winwin terkekeh, “Kan aku sudah bilang, tujuanku ke Seoul tidak hanya mau datang reuni, kebetulan aku dapat proyek pembangunan homestay.”

“Sukses selalu ya, Winwin-ah.” ucap Chaeyeon bangga.

Winwin hanya berdeham. Kedua mata sipitnya lalu tertuju pada lukisan Chaeyeon. Gambaran gadis itu juga bagus. Daripada menggambar wajahnya sendiri, Chaeyeon hanya menggambar pohon sakura yang kelopaknnya berjatuhan. Kini gadis itu sedang memberikan warna pada gambarnya. Ya, saat ini mereka sedang iseng mengikuti kontes menggambar yang diadakan di tepi danau Seokcheon.

“Chaeyeon-ah, kamu yakin nggak mau datang ke reuni?”

Satu hembusan napas berat keluar dari bibir Chaeyeon. Rupanya Winwin masih belum menyerah membujuknya agar ikut acara reuni yang diadakan teman-teman SD-nya. Bagi Chaeyeon sudah cukup ia bisa bertemu dengan Winwin, teman sebangkunya kala itu.

“Pergilah sendiri, Winwin-ah. Aku lebih suka dengan ketenangan disini. Lagipula sebentar lagi aku juga mau buat vlog.” jawab Chaeyeon sambil tersenyum tipis memandang arus tenang air jernih danau.

“Chaeyeon-ah, banyak yang mengharapkan kedatanganmu di obrolan grub chat alumni.” pinta Winwin.

Mendengar ucapan Winwin, Chaeyeon hanya tersenyum getir. Apa yang dipikirkan Winwin tidaklah seperti yang ia pikirkan, “Aku tidak berharap bertemu mereka. Pergilah, jangan sampai telat datang ke acara reuninya.”

Winwin menatap Chaeyeon. Gadis itu sepertinya sudah tidak bisa dibujuk lagi.  Ia harus bersiap pergi datang ke tempat reuni. Cukup semalam saja Winwin membuat Chaeyeon marah karena ia terlalu keras membujuk gadis itu.

“Mau aku titipkan salam sama teman-teman yang lain nanti?” tanya Winwin beranjak dari duduknya.

Chaeyeon menggeleng, “Tidak perlu. Pura-puralah tidak pernah bertemu atau menjalin kontak denganku jika ada yang menanyakan tentangku.”

“Ya sudah, aku pergi dulu ya. Selamat bersenang-senang, aku akan sering-sering lihat vlog-mu di Youtube.” ucap Winwin sebelum akhirnya pergi.

Chaeyeon tersenyum tipis, akhirnya Winwin dapat memahaminya. Lebih bersyukurnya lagi, Chaeyeon lega Winwin tidak bertanya lebih jauh tentang alasannya tidak datang ikut reuni. Pertemuan mereka hanya sekedar melepas rindu dan bertukar kabar.

“Hati-hati ya..” ucap Chaeyeon melambaikan tangannya.

Pandangan Chaeyeon mengikuti kepergian Winwin. Punggung lebar yang semakin menjauh itu menjadi fokus utamanya. Dulu setiap kepergian lelaki itu adalah malapetaka. Chaeyeon ingat, dulu saat ia kelas 6 SD, Winwin adalah siswa pindahan dari China di sekolahnya. Saat itu Chaeyeon duduk sendirian dan hanya bangku di samping Chaeyeon yang kosong, sehingga guru meminta Winwin untuk duduk di samping Chaeyeon.

“Gendut! Beliin kami roti sama susu cokelat di kantin!”

Bel istirahat baru saja berbunyi, Winwin sudah pergi ke kantin bersama teman laki-lakinya. Tinggal Chaeyeon seorang di bangkunya. Setiap ia mau makan bekalnya, selalu ada mereka yang mengganggunya. Satu geng berisikan tiga perempuan yang mengganggunya, menngejeknya, bahkan tidak segan bermain fisik.

Flower Path (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang