Sambutan hangat yang menyebalkan. Dua orang wanita dan juga seorang gadis yang sedikit lebih muda dari Rose, menemaninya untuk masuk ruangan Park Seojoon–ayah Rose–di rawat. Rose menghentikan langkahnya, tatapan tajamnya secara bergulir menatap ketiga wanita yang ada di dekatnya.
"Cukup sampai di sini. Aku mau berbicara berdua dengan appa." ucap Rose menepis semua tangan yang menggenggam lengannya.
Menjijikkan sekali. Mereka semua yang menyita kebahagiaannya tiba-tiba bersikap baik seolah tidak menyadari bahwa sedari tadi Rose sudah menunjukkan bahasa tubuh tidak suka. Oh lihatlah, ketiga wanita itu sekarang menatap Rose dengan penuh belas kasih.
"Selama ini aku sudah menjaga appa-mu dengan baik." ucap wanita dengan paras jelita dan riasan tipis di rumah sakit.
"Masih sempat-sempatnya ahjumma ini dandan dan berpakaian modis di rumah sakit. Mau tebar pesona selama appa sakit?'"batin Rose dalam hati.
"Rose, cepat masuk. Oppa sudah menderita karena berpikir putri sulungnya ini melupakannya." kali ini wanita bersurai pendek dengan tatapan tajam yang membuka suara.
"Appa pasti suka melihat eonni datang menjenguk." gadis berambut kecoklatan itu rupanya juga tidak mau kalah dalam membuka suara untuk Rose.
"Minyoung ahjumma, Dami eonni, dan Park Jiwon. Tidak usah banyak bicara lagi, aku muak mendengarnya." ucap Rose sambil menarik kenop pintu.
Rose kemudian masuk ke dalam ruang ayahnya di rawat. Di ruang VIP itu sang ayah terbaring lemah. Pria itu terlihat semakin renta. Rose mengambil duduk yang ada di sisi ranjang. Ayahnya sedang tidur.
"Perhatian macam apa yang mereka berikan hingga kau jatuh sakit?" gumam Rose menatap nanar sang ayah.
"Menjaga ruangan ini saja tidak becus."
Tatapan tajam Rose menangkap jendela yang masih terbuka di malam hari. Rose bangkit dari duduknya untuk menutup jendela serta tirai. Menyumbat semua ventilasi agar udara dingin tidak masuk. Rose juga merapikan beberapa barang yang tercecer di atas nakas.
"Rose.."
"Itukah kau? Putriku Rose?"
Suara rintihan itu menghentikan kesibukan Rose membereskan beberapa hal yang ada di dalam ruangan. Atensi Rose langsung beralih ke Seojoon. Ayahnya sudah terbangun. Tangan Seojoon yang terselubung infus terangkat dan meraih-raih udara, memberi isyarat agar Rose duduk di dekatnya.
"Rose, apa kamu hidup dengan baik selama ini? Kenapa tidak pernah pulang, menghubungi appa saja tidak pernah." lirih Seojoon saat Rose hanya duduk diam di dekatnya sambil menggenggam tangannya.
"Untuk apa pulang dan kasih kabar? Wanita-wanita di luar itu sudah membuat appa lupa padaku kan?" ketus Rose pada ayahnya.
Seojoon mengeratkan genggamannya pada tangan Rose, "Di antara mereka semua hanya kau yang paling cantik dan kusayang dengan sepenuh hati, Rose.."
Rose tertawa renyah mendengar penuturan lemah ayahnya. Sedang sakit masih sempatnya merayu dengan kata-kata manis yang mampu membuat wanita manapun terbuai. Dulu Rose sangat mencintai ayahnya namun sekarang gadis itu sangat membenci pria paruh baya yang telah mengabaikannya demi wanita dan anaknya yang lain.
"Yang paling cantik hingga kurang perhatian." sarkas Rose.
"Karena itu appa ingin lebih memperhatikanmu sekarang." lirih Seojoon dengan senyum tipisnya.
"Bagaimana bisa appa memberi perhatian sementara appa sendiri sakit? Yang ada aku yang memberi perhatian." keluh Rose memutar bola matanya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower Path (√)
FanfictionTanpa sadar kedua mata itu bertemu. Baik Chaeyeon maupun Jaehyun saling melempar senyum. Senyuman manis dan takjub. Jarak mereka saat ini cukup jauh mengingat keduanya sama-sama duduk di ujung bangku. Tetapi getaran dari wajah bahagia yang terpancar...