TUJUH

199 32 0
                                    

Don't forget to vote and comment
Happy reading!

Pintu apartemen terbuka. Kedua tangan Chaeyeon langsung menutup mulutnya. Gadis itu sangat terkejut mendapati Jaehyun berdiri di depan kamar apartemen. Lelaki itu memasang senyum manis dan membawa sebuah kotak doshirak di tangannya.

"Chaeyeon-ah, bagaimana keadaanmu?"

Chaeyeon melihat ke arah luar pintu kamar apartemen. Keadaan di luar sedang sepi. Chaeyeon menghela napasnya lega. Pikiran Chaeyeon selalu dipenuhi oleh kekhawatiran sejak Jungwoo menuduhnya menyukai Jaehyun. Ia takut interaksi kecil diantara mereka menimbulkan kesalahpahaman. Chaeyeon hanya ingin berteman baik dengan Jaehyun.

"Jaehyun-ah, bagaimana kalau kita bicara di dalam saja?" usul Chaeyeon.

Jaehyun hanya menganggukkan kepalanya. Jaehyun mengikuti Chaeyeon masuk ke dalam apartemen. Chaeyeon mengajaknya duduk di ruang tamu kecil nan minimalis. Pandangan Jaehyun menyapu seluruh ruangan. Kamar apartemen yang Chaeyeon tempati terlihat rapi dan bersih dengan dominasi warna putih. Di dekat jendela juga ada beberapa tanaman hijau di dalam pot kecil.

"Jaehyun-ah, maaf ya sudah membuat khawatir kemarin."

"Tidak apa, aku justru merasa bersalah telah mengajakmu keluar saat kamu tidak enak badan." ucap Jaehyun.

"Aku sekarang sudah baikan, kok." ucap Chaeyeon menatap Jaehyun sekilas.

"Kamu sudah makan belum? Kalau belum aku membawakanmu doshirak. Aku membuatnya sendiri selesai mengajar di tempat kursus barusan." ucap Jaehyun memberikan doshirak yang tadi dibawanya.

Isi dari kotak doshirak itu terlihat cantik dan enak. Ya, di dalam kotak doshirak bening itu ada beberapa potongan kimbab, telur gulung, dan buah apel. Namun, tampilan cantik itu tidak bisa menggugah nafsu makan Chaeyeon. Chaeyeon sadar ia tidak bisa menghabiskan semua itu.

"Terima kasih, Jaehyun-ah. Tetapi aku baru saja makan. Aku akan memakannya untuk makan malam nanti." ucap Chaeyeon menatap kotak doshirak itu sendu.

Getaran suara ini, Jaehyun sangat membencinya. Jaehyun menatap Chaeyeon. Benar saja, gadis itu sedang melamun sambil menatap kotak doshirak di meja. Sudah kesekian kalinya Jaehyun mendapati Chaeyeon melamun selama mereka berteman. Gadis itu seperti memiliki banyak pikiran, namun semua pikiran itu hanya disimpan tanpa diungkapkan.

"Chaeyeon-ah.." panggil Jaehyun.

Chaeyeon menoleh. Tatapan tenang yang biasa Chaeyeon rasakan saat bertatapan dengan Jaehyun kini terasa dingin. Jaehyun menatapnya serius. Chaeyeon gugup. Tanpa sadar Chaeyeon meremas ujung bajunya erat.

"Chaeyeon-ah, kau menganggapku teman, kan?" tanya Jaehyun.

"Tentu saja." jawab Chaeyeon cepat.

Jaehyun menghela napasnya kasar, "Kenapa kau berbohong padaku?"

DEG!

Jantung Chaeyeon seakan berhenti memompa untuk beberapa sekon. Chaeyeon menatap Jaehyun takut. Tatapan dingin itu telah melunak menjadi sayu. Tangan Chaeyeon berkeringat. Di hatinya, Chaeyeon bertanya-tanya bagaimana Jaehyun tahu bahwa ia berbohong.

"Kau belum makan Chaeyeon-ah.." lirih Jaehyun.

Chaeyeon menundukkan kepalanya gelisah, "Apa yang kau bicarakan? Aku sudah makan."

"Aku tahu kau berbohong, Chaeyeon-ah. Aku bisa membaca pikiran orang. Aku indigo." jelas Jaehyun mengungkapkan rahasia terbesar dalam dirinya.

Kedua mata Chaeyeon membola sempurna. Perlahan Chaeyeon menatap Jaehyun. Gadis itu mencoba mencari kebenaran dalam binar matanya, namun tatapan lelaki itu serius.

Flower Path (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang