DELAPAN

214 31 4
                                    

Seperti biasa,  tolong vote dan komentar
Happy reading!

Cuaca hari ini cerah. Angin lembut musim semi berhembus membawa kesejukkan. Jaehyun mengalihkan pandangannya dari ponsel. Kedua netranya mengedar ke sekitar seperti sedang mencari sesuatu. Sepasang sneakers putih mengetuk permukaan jalan dengan pelan.

Jaehyun berbalik. Ia menatap bangunan di depannya. Sebuah bangunan berukuran sedang bertingkat dua, bernuansa putih, dan kombinasi kaca. Di pintu kayu bercat hijau tua itu tertempel selebaran dengan tulisan rumah dijual serta nomor pemilik bangunan.

"Kalau aku bisa mencapai kesepakatan membeli bangunan ini, aku harus berterima kasih dengan Taeyong hyung yang sudah memberi rekomendasi." gumam Jaehyun sudah tidak sabar untuk melihat-lihat bagian dalam bangunan.

"Maaf, dengan Jung Jaehyun?"

Seorang lelaki datang bertanya pada Jaehyun. Dalam sekejap atensi Jaehyun tertuju pada seorang lelaki berambut biru yang berdiri di dekatnya. Jaehyun tersenyum ramah kepada lelaki itu sambil mengangguk. Pemilik bangunan itu terlihat masih muda.

"Apakah anda Xian Kun?" tanya Jaehyun memastikan.

"Iya, aku Kun. Pemilik rumah ini." jawab Kun menjabat tangan Jaehyun, "Ayo kita bicara di dalam."

Dengan langkah bersemangat Jaehyun mengikuti Kun yang mengajaknya masuk ke dalam rumah bergaya minimalis itu. Sesampai di dalam, Jaehyun dengan mudahnya dibuat jatuh cinta dengan arsitektur dalam rumah. Berbagai konsep unik tentang restoran impiannya sudah melintas di pikiraan Jaehyun saat ini.

"Maaf ya, sedikit berdebu." ucap Kun sembari membuka satu-satunya jendela berukuran besar di dalam rumah.

"Wow.. kita bisa langsung melihat taman dari sini." gumam Jaehyun terpesona.

"Kamu suka dengan rumahnya?" tanya Kun terkekeh melihat reaksi Jaehyun.

Dengan cepat Jaehyun mengangguk, "Aku ingin segera membelinya dan menjadikan rumah ini sebagai restoran."

Di dudukan jendela Jaehyun dan Kun berbincang. Keduanya menghadap taman yang sudah tidak terawat itu. Mereka bernegosiasi tentang harga rumah yang ditawarkan. Jaehyun mencoba menawar harga rumah itu sesuai dengan jumlah tabungan yang dimilikinya. Lelaki itu bahkan membujuk Kun untuk memberinya keringanan harga.

"Sebenarnya aku tidak ingin menjual rumah ini dari awal. Terlalu banyak kenangan yang kuhabiskan bersama nenekku, tetapi aku juga membutuhkan uang untuk biaya pengobatan ayahku yang sedang sakit di China." jelas Kun dengan tatapan menerawang, mengingat kenangan indahnya di dalam rumahnya.

"Bagaimana dengan nenekmu? Apa dia mengetahui kamu akan menjual rumahnya?" tanya Jaehyun bersimpati.

"Nenek dan kakek sudah meninggal sejak lama. Mereka mewariskan rumah ini ke ayah dan satu bulan yang lalu ibu memintaku untuk menjual rumah ini. Keluargaku membutuhkan banyak biaya. Ayah harus segera di operasi karena penyakit jantung koronernya, belum juga untuk biaya sekolah adikku."

Jaehyun menundukkan kepalanya. Ia merasakan kesulitan yang dihadapi Kun hanya dengan mendengar ceritanya. Jaehyun kemudian berpikir, bagaimana caranya ia bisa membeli rumah itu tanpa membuat keadaan Kun semakin sulit.

"Kun-ssi, apakah kamu tidak keberatan jika aku membeli rumah ini dengan membayar tujuh puluh persen harga dan aku akan membayar sisanya satu bulan lagi? Aku harus menunggu tabungan deposito lain yang kumiliki untuk jatuh tempo dan menerima gaji bulanan." usul Jaehyun.

Kun merenungkan ucapan Jaehyun. Sebenarnya saran dari Jaehyun juga tidak buruk. Lagipula kalau diingat lagi Kun juga tidak memiliki banyak waktu di Korea. Ia harus pulang ke China dan menggantikan posisi ayahnya sebagai tulang punggung keluarga. Setelah cukup berpikir, Kun akhirnya mengangguk. Ia setuju dengan saran Jaehyun.

Flower Path (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang