Bagian 2. Berita Pernikahan

582 42 3
                                    

Satu minggu setelah kepulangan. Aku bertemu dengan Yumna di sebuah kafe. Pertama kali yang mengajak bertemu adalah aku. Sejujurnya, aku penasaran dengan Yumna yang sekarang. Selama aku berada di luar negeri, kami jarang bertukar pesan. Yumna juga sudah jarang bercerita, tentang apapun itu. Sebenarnya, bukan hanya Yumna yang sudah jarang bercerita, tetapi aku juga. Terutama perihal Radit yang melamar diriku.

Kami telah memesan makan dan minum. Sejak datang, kami saling terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Terasa canggung. Selesai makan pun kami masih terdiam. Aku pun berinisiatif untuk memulai percakapan. Namun, Yumna sudah lebih dulu berbicara.

"Aku akan menikah." katanya.

Aku terkejut yang mendengarnya. "Dengan siapa?" tanyaku.

"Pak Ramdan."

Aku langsung tidak bisa berkata apa-apa. Aku terdiam cukup lama sampai Yumna melambaikan tangannya di depan wajahku.

"Rahma?"

"Ya?"

"Kok, malah melamun?"

Aku tersenyum kikuk.

"Aku akan menikah dengan pak Ramdan," katanya lagi.

"Selamat, ya?"

"Kok, terdengar tidak tulus, ya?"

"Tulus, kok."

Kini gantian Yumna yang terdiam. Namun, tidak lama kemudian, tiba-tiba Yumna tertawa. Aku menatapnya heran.

"Kenapa?" tanyaku bingung.

"Kamu percaya aku akan nikah sama pak Ramdan?" katanya dengan sisa tawanya.

"Ya, kalaupun kamu beneran nikah sama pak Ramdan, ya, aku tidak apa-apa. Lagi pula, itukan hak kamu, Yum."

"Rahma, Rahma." katanya sambil menggeleng. "Aku hanya bercanda. Kenapa kamu serius sekali?"

Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Aku melihat Yumna mengeluarkan sebuah undangan pernikahan dari dalam tasnya.

"Ini, untuk sahabatku," ucapnya sambil memberikan undangan tersebut kepadaku. Aku menerimanya dan membukanya. Aku membacanya dengan saksama. Kemudian, aku menutup mulutku karena terkejut.

"Kak Zaki? Kamu akan menikah dengan kak Zaki? Ini beneran, Yum?" kataku. Yumna mengangguk. "Kak Zaki belum memberitahu apapun tentang ini kepadaku. Begitu juga dengan keluargaku."

"Mungkin mereka ingin memberi kejutan. Tapi, aku sudah mendahuluinya. Kalau begitu, nanti kamu pura-pura terkejut, ya?" ucap Yumna.

"Ya ampun, Yumna. Tabarakallah, Yumna." Aku memeluk Yumna. "Aku ikut senang. Dari dulu, aku berharap kamu mendapatkan laki-laki yang baik, yang mencintaimu. Tapi, aku tidak pernah menyangka kalau laki-laki itu adalah kak Zaki. Masya Allah, Yumna." kataku sambil menguraikan pelukan.

Yumna terkekeh. "Semoga kamu cepat mendapatkan lelaki yang baik juga, ya, Rahmaku."

"Aamiin." ucapku. "Kapan kak Zaki melamar kamu? Kenapa tidak cerita?"

"Dua bulan yang lalu. Untung saja kamu sudah kembali ke sini, Rahma. Senang deh aku, jadi kamu bisa menemani aku nanti."

"Acaranya masih satu bulan lagi. Tapi, kamu udah kasih aku undangannya?"

"Iya. Gimana? Bagus, nggak?"

"Bagus banget, Yum. Sesuai dengan keinginan kamu dan kak Zaki."

Yumna terkekeh.

Aku melihat betapa senangnya Yumna. Tidak ada kesedihan sama sekali. Terlihat berseri. Aku yang ingin membahas Radit pun harus aku urungkan. Aku tidak ingin mengganggu kebahagiaan Yumna.

***

"Mengapa kak Zaki tidak memberitahuku? Umi dan Abi juga tidak memberitahuku. Kalian jahat sekali," kataku pada kak Zaki yang sedang terlihat sibuk sekali di kamarnya.

Kak Zaki tidak menghiraukan aku. Aku pun masuk ke dalam kamarnya. "Kak Zaki sedang apa, sih?" tanyaku.

"Mencatat apa yang harus kak Zaki siapkan nanti. Supaya tidak ada yang kurang satupun dihari H nanti, dek."

Aku duduk di kasur kak Zaki. "Kalau kak Zaki sudah menikah, aku akan sendiri dong di rumah. Sudah tidak ada lagi yang akan menjagaku. Uuhh ... Aku iri dengan Yumna yang mendapatkan seorang laki-laki seperti kak Zaki."

Kak Zaki berhenti mencatat. Ia bangun dari tempat duduknya dan berpindah duduk di dekatku. "Suatu saat nanti, pasti akan ada lelaki baik yang akan datang kepadamu, Rahma. Percayalah."

Aku tersenyum sambil mengangguk. "Oh iya, apa kak Zaki sudah hafal kata-kata yang akan diucapkan saat akad nanti?" tanyaku.

"Ijab Qabul?" Aku mengangguk. "Sudah dong," jawabnya sambil tersenyum bangga.

"Yumna adalah sahabat baikku. Jadi, tolong jaga Yumna dengan sebaik mungkin, ya, kak?"

Kak Zaki mengangguk. "Tentu saja. Kakak akan menjaga wanita pilihan kakak dengan sebaik mungkin."

Aku memeluk kak Zaki. "Aku senang lihat kak Zaki senang. Aku juga senang kak Zaki memilih wanita yang tepat untuk dijadikan pendamping hidup kak Zaki."

"Kakak minta maaf, ya, kalau selama ini belum bisa menjadi kakak yang baik buat kamu. Kakak senang bisa memiliki adik seperti kamu, Rahma. Kakak janji, meskipun kakak sudah menikah, kakak akan tetap selalu ada untuk kamu, Rahma." ucap kak Zaki sambil mengelus kepalaku.

"Terima kasih telah menjadi kakak yang baik bagi aku dan Hafidzah, kak Zaki." kataku tulus.

Bersanding Denganmu 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang