Bagian 16. Pak Ramdan

331 24 5
                                    

Robi sudah pulang sejak satu jam yang lalu, namun perkataan Robi padaku di dalam mobil sejam yang lalu masih terngiang-ngiang. Adikku Hafidzah, belum menjemputnya karena sudah ke malaman dan aku tidak enak dengan Robi, rumah nenek lumayan jauh, daerah Bogor.

Aku pergi ke meja telepon rumah. Aku menelepon nenek. Aku minta tolong ke nenek untuk menyuruh paman mengantar Hafidzah pulang besok pagi. Selesai menelepon nenek, aku pergi ke kamar abi dan umi untuk membersihkannya. Setelah itu, aku pergi ke kamar mandi untuk merendam pakaian kotor abi dan umi sebelum aku mencucinya besok pergi, supaya lebih bersih. Selesai merendam pakaian, aku pergi ke kamar. Aku menelepon Yumna. Aku menceritakan tentang Robi yang menjanjikan sesuatu padaku.

[Terus, lo jawab apa?]

"Aku cuma bilang, akan aku serahkan semuanya pada Allah, Yum. Jujur, aku masih takut membuka hati."

[Rahma, Robi itu baik. Kalau dia sudah berjanji seperti itu, dia akan menepatinya. Dia serius sama lo. Tapi, karena mantan istrinya balik, dia selesain masa lalu dia supaya dia nggak nyakitin elo . Ya, gue nggak nyuruh lo buat percaya sama dia seratus persen. Tapi, lo harus coba buka hati lo buat Robi.]

"Akan aku usahakan. Oh iya, besok abi sudah diperbolehkan pulang, tolong sampaikan ke kak Zaki, ya?"

[Iya, akan gue sampaikan.]

"Kalau gitu, aku sudahi ya, Yumna."

[Iya, Rahma. Lo istirahat. Besok gue sama kak Zaki yang jemput abi sama umi di rumah sakit.]

"Makasih, Yumna. Assalamu'alaikum."

[Wa'alaikumussalam.]

Telepon pun berakhir.

Aku menaruh ponselku di atas meja belajarku yang kini menjadi meja kerjaku. Sebelum tidur, aku mengambil air wudhu. Rasanya segar sekali dan aku menjadi lebih tenang. Setelah itu, barulah aku pergi tidur.

***

Masakanku sudah matang. Cucian pun sudah selesai aku cuci, tinggal dijemur saja. Sebelum menjemur pakaian, aku mencuci peralatan masak yang kotor. Selesai mencuci peralatan masak dan menaruhnya kembali di tempatnya, aku pergi menjemur. Aku menjemur pakaian di halaman belakang rumah. Selesai menjemur, aku duduk di bangku, mengistirahatkan tubuhku sebentar.

Aku mengecek ponselku. Ada notifikasi pesan dari Robi dan juga ... Pak Ramdan. Tak lama, notifikasi pesan dari kak Zaki muncul. Aku segera membuka isi pesannya. Kak Zaki bilang, aku tidak usah ikut pergi ke rumah sakit untuk menjemput abi. Aku segera membalasnya.

Ya.

Read.

Kemudian aku beralih ke room chat aku dengan pak Ramdan. Pesan pak Ramdan menyatakan, dia ingin bertemu denganku sekarang. Katanya, ada sesuatu yang ingin dibicarakan olehnya kepadaku. Kami akan bertemu di sebuah taman. Dan aku, menyetujuinya.

Setelah itu, aku segera bersiap-siap. Aku ingin tahu apa yang ingin dikatakan oleh pak Ramdan. Setahuku, pak Ramdan sudah mengatakan semuanya. Terlebih lagi, tentang masa lalu kami berdua.

***

Aku sudah berada di sebuah taman, tempat janjian antara aku dan pak Ramdan. Tetapi, aku tidak melihat keberadaan pak Ramdan. Tidak mungkin dia terlambat. Pak Ramdan bukan tipe orang yang mudah datang terlambat. Sembari menunggu, aku duduk di bangku taman yang kebetulan sedang tidak ada orang yang menempatinya.

Bersanding Denganmu 2 ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang