CH 15/ Sakit, tapi Tak Berdarah

60 21 160
                                    

Freya berjalan gontai tepat setelah bel istirahat berbunyi. Hari ini wajahnya memang kelihatan tertekuk semenjak makan malam kemarin. Pembicaraan tentang Namjoon bersama orang tuanya benar-benar membuat Freya harus berpikir dua kali. Antara melepasnya atau tetap mengejarnya.

Tetapi tidak hanya itu saja yang membuat hatinya gundah. Semalam ia juga menemukan sebuah dompet yang entah milik siapa tahu-tahu ada di tas sekolahnya. Padahal sebelum ia meninggalkan benda itu di lokernya, ia tidak melihat dompet atau apapun di dalamnya.

Freya was-was, ingin mengembalikan dompet itu kepada pemiliknya namun ia takut disangka yang tidak-tidak. Sampai pada akhirnya, ketika ia tidak sengaja mengantri minuman di warung bu Wulan, netranya sontak membola.

"DOMPET GUE ILANG BENERAN ANJIR"

Suara bass seorang cowok dengan posturnya yang tidak terlalu tinggiz tengah berdiri tak jauh dari tempat Freya membuat jantungnya berdegup kencang.

"KAMANA DOMPET AING KAMANA?!" Asep berteriak lantang. Wajahnya terlihat panik saat tidak menemukan benda yang ia cari-cari.

Agus yang baru saja datang membawa sepiring seblak mengernyitkan keningnya. "Udah lo cari di tas belum, Sep?" Ujarnya seraya mendudukkan dirinya disamping Jungkook.

Asep mengangguk lemah. "Udah atuh Gus. Tapi tetep teu aya" jawab Asep kemudian menggeleng.

Agus menghembuskan napas samar. Ditatapnya kedua teman sebangkunya yang lain, yaitu Namjoon dan Jungkook yang malah terdiam menatap kosong ke arah perhatiannya masing-masing.

Menggeleng pelan, Agus pun menggebrak meja cukup keras.

"Woy!" Sentak Agus disusul masing-masing dari mereka mengerjapkan matanya.

Baik Namjoon dan Jungkook seketika tersadar dari lamunan mereka. Tertarik kembali pada alam hampa yang membawa mereka pada kenyataan pahit kehidupan sebenarnya. Entah ada sesuatu apa yang mengganggu benak keduanya, Jungkook dan Namjoon terlihat lesu. Bahkan suara kepanikan Asep pun mereka biarkan.

"Kenapa sih lo berdua?" Agus mendecak gusar. Menatap masing-masing temannya yang hanya berpangku tangan.

"Tuh dompet Asep ilang. Lo pada nggak mau bantuin nyari apa?!" Lanjutnya seraya mengalihkan tatapannya pada Asep yang malang.

Mereka berdua saling pandang, namun setelahnya mereka mengalihkan netranya menatap Asep yang kini hanya bisa tertunduk.

"Lu kenapa Sep?" Namjoon berujar, ditatapnya Asep yang masih dalam posisinya.

Lantas saking kesalnya, Agus langsung menoyor kepala Namjoon seraya mencebik, "Pake nanya lagi! Bantuin nyari dompetnya Asep tuh, kasihan duitnya ilang dari kemaren, mana dia bendahara kelas"

Mendengar itu, Namjoon hanya mendengus sebal. Ia mengusap kepalanya yang terasa berdenyut lantas beralih untuk menggeledah meja.

"Yaudah, lu butuh berapa Sep? Biar gue bayarin" Bukan Namjoon yang menyela melainkan Jungkook.

"Si anying" Agus menggelengkan kepalanya meratapi kedua sikap temannya itu. Yang satu berpura-pura bego dan yang satu lagi kebanyakan gaya. Iya, Agus tahu kalau kedua orang itu sedang tidak dalam kondisi mental yang baik-baik saja lantaran besok adalah hari-H. Tetapi mau bagaimana lagi? Satu temannya sedang mendapat musibah.

Sesaat, Asep mengangkat kepalanya kembali. Ia pun menatap Jungkook yang kini sibuk mengeluarkan dompetnya lalu mulai menghitung uang.

Mikrokosmos ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang