Revisi ✓
Selamat membaca ❤️
•••
07 : Terlalu Baik Tidak Baik
Kini Flori berada di kamarnya menatap lurus keluar jendela yang menampilkan matahari sore yang menyinari taman komplek. Perkataan kakaknya terus berputar di telinganya, dan membuat hatinya sesak.
'Biasa, rumah sakit. Memperlambat ajal menjemput'
Bi Ani yang berada di depan pintu tanpa sepengetahuan Flori. Bi Ani menarap sedih ke arah Flori.
"Non Flori ...." panggil Bi Ani. Flori membalik badannya menatap Bi Ani dengan senyuman hangat. Flori pindah duduk nya menjadi keranjang yang biasa dia tiduri.
"Sini bi," ucap Flori seraya menepuk-nepuk sebelah kasurnya yang kosong Bi Ani pun menurut.
"Non ... Non jangan sedih ya ...." ucap Bi Ani. Flori yang mendengar ucapan Bi Ani perlahan senyumnya memudar percuma dia memakai topeng di hadapan Bi Ani. Dengan cepat topeng itu runtuh begitu saja.
Flori menangis memeluk Bi Ani. Bi Ani mengelus pundak anak dari majikannya ini, mencoba untuk menenangkan hati dan perasaan Flori yang sudah terlanjur di rusak oleh keluarganya sendiri.
Namun ... hati itu masih menyimpan perasaan sayang kepada keluarganya.
Sebrantakan, sebejat, sejahat-jahatnya keluarga, mereka tetap keluarga kerana itu yang tertulis di garis takdir dan karena ini sudah ditetapkan dan takmungkin berubah dalam sekejap.
•••
Kini Bi Ani dan Flori berada di taman komplek. Flori memakan makanannya dengan di suapi oleh Bi Ani. Flori duduk di bangku taman seraya memakan makanannya dan mendengar cibiran para tetangga.
"Itu udah gede juga masa masih di suapin?"
"Anaknya Bu Ratna memang manja. Katanya anaknya itu penyakitan."
"Sakit apaan sih emang? Masa makan sendiri aja enggak bisa."
"Pake acara berhenti sekolah lagi alesannya cuma gara gara penyakit."
"Gitu amat jadi anak. Itu mah manja enggak ketulungan."
"Penyakit kok dimanja? Penyakit tu dilawan."
"Itu anak Bu Ratna sama Pak Ridwan kan?"
"Ih kok gitu banget sih?"
"Pucet kaya mayat idup."
Niat Flori dan Bi Ani kesini untuk menenangkan diri Flori tapi malah mendapatkan cibiran para tetangga.
Saat Bi Ani mau melawan Flori mencegahnya dan menggelengkan kepala Bi Ani kembali menyuapkan makanan ke mulut Flori dengan penuh kasih sayang.
"Non Flori kalo jadi orang jangan terlalu baik ya," ucap Bi Ani seraya menyuapkan makanan ke dalam mulut Flori.
"Enggak ah! Mau terus tetep jadi orang baik," ucap Flori mengelak ucapan Bi Ani.
"Bukan begitu maksud Bibi. Maksud Bibi, Non Flori kalo jadi orang jangan terlalu baik nanti perasaan kita sendiri yang tersakiti pasti lebih sakit dari pada kena pisau," ucap Bi Ani lalu kembali menyuapkan makanan ke dalam mulut Flori.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Menuju Kematian [✓]
Teen FictionFlori dan Flian Si pecinta senja, dan si malam yang tidak bisa hidup tanpa rembulannya. - Ini kisah Flori Altrian Bastara, 30 hari menuju kematiannya. Tidak banyak waktu yang dia miliki, tapi dia akan selalu berusaha mengambil hati Kakak dan keluarg...