24 : Operasi? Atau Pergi?

33.4K 4.4K 331
                                    

Revisi ✓

Selamat membaca ❤️

•••

24 : Operasi? Atau Pergi?

Sekarang sudah pukul 16:00 Dokter Raka dan Bela sudah sampai di rumah Flori.

Mereka kesini atas keinginan Bela, katanya Bela merasa ada yang menjanggal di hatinya dan dia meminta untuk berkunjung ke rumah Flori. Dokter Raka sebagai suami yang baik hanya bisa menuruti kemauan sang istri.

Dokter Raka masih dalam masa cutinya. Dia ingin menghabiskan waktu bersama istrinya dan juga menenangkan pikirannya yang kacau balau. Dokter Raka mengetuk pintu lalu dibukakan oleh seorang pelayan di rumah ini.

"Florinya ada Bi?" tanya Dokter Raka.

"Non Florinya ...." Terlihat pelayan itu gugup dan itu sukses membuat Bela semakin cemas juga membuat Dokter Raka penasaran penasaran dengan kelanjutannya.

"Kenapa Bi sama Florinya?" tanya Bela cemas, Dokter Raka menenangkan istrinya dengan cara mengelus kepala sang istri.

"Non F–florinya ke rumah sakit ...." cicit pelayan tersebut. Mata Bela yang berkaca-kaca lalu menatap mata Dokter Raka yang terlihat tenang.

"Sst ... Flori akan baik-baik aja oke? Eumh ... Bi, Flori kenapa pergi ke rumah sakit?" ucap Dokter Raka, dia mencoba menenangkan istrinya supaya tidak mengganggu baby kelimanya.

"Bi–bibi enggak tahu kalau itu ...." cicit pelayan tersebut dengan kepala yang tertunduk.

"Mas ...." rengek Bela yang semakin khawatir dan takut secara bersamaan.

"Florinya ke rumah sakit mana Bi?" tanya Dokter lagi. Pelayan itu terlihat semakin gugup dan takut.

"E–enggak tahu juga kalau itu, t–tadi perginya sama Bi Ani," jawab Pelayan tersebut. Bohong jika Dokter Raka tak khawatir dengan Flori, wajahnya memang tenang, tapi tidak dengan perasannya.

"Tuh kan mas! Gimana ini mas? Aku takut," keluh Bela. Dokter Raka mengusap puncak kepala istrinya untuk mencoba menenangkan istrinya yang keras kepal ini.

"Sst, gak apa-apa oke? Kamu harus tenang ya? Jangan banyak pikiran? Ini biar aku aja yang mikir? Kamu jaga Dede bayi yang ada di dalam perut kamu aja oke?"

"Tapi mas–"

"Sst, Flori pasti baik-baik aja. Jangan berpikir yang tidak-tidak dulu ya. Nanti kasihan baby kita. Jadi tenangin diri kamu dulu ... baru kita cari Flori, oke?" Bela menghela napasnya dan memejamkan matanya, mencoba mengatur emosinya supaya tidak terlalu panik.

Setelah tenang Bela menatap suaminya lalu mengangguk pertanda kalau Bela sudah mulai tenang.

Dokter Raka tersenyum lalu membawa istrinya kedalam mobil dan mulai mencari ke rumah sakit terdekat di daerah sini. Semoga saja dia akan menemukan keponakannya itu. Jika tidak menemukannya bisa-bisa Bela tidak ingin tidur untuk hari ini.

•••

Mata Flori masih terpejam. Dia tidak sendiri didalam ruangan nya. Bi Ani pergi ke kantin rumah sakit untuk mengisi perutnya, Bi Ani sebenarnya enggan meninggalkan Flori, tapi Dokter Riqo memaksanya supaya Bi Ani bisa selalu berada disisi Flori.

Dokter Riqo masih memegang tangan Flori, berharap Tuhan tidak akan mengambil Flori dari sisinya, berharap anak kecil yang berada didepannya kembali membuka mata dan melihat cahaya. Dokter Riqo menundukkan kepalanya, air matanya terus menetes.

Jadwalnya hari ini cukup padat, namun seharian dia menghabiskan waktu dengan Flori, dia ingin selalu berada di dekat Flori, Flori yang sudah dia anggap sebagai anaknya, dia sangat menyayangi Flori. Untung saja ada temannya yang berbaik hati mau menggantikan posisinya untuk sementara.

30 Hari Menuju Kematian [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang