Revisi ✓
Selamat membaca ❤️
•••
10 : Rumah Ponakan! Dia?
Dokter Raka memasuki rumah saudaranya itu tanpa mengetuk di ikuti oleh keluarga kecilnya dan Dokter Riqo dengan rambutnya yang acak-acakan karena menuruti permintaan istri dari sahabatnya itu. Rumah ini sepi.
"PERMISI!!!" teriak Dokter Raka menggema seisi rumah.
Seseorang bernama Ridwan pun keluar dari kamarnya di lantai atas di ikuti istrinya. Dokter Riqo mengernyit heran wajah mereka seperti tak asing.
Saat dia sedang berfikir tiba-tiba Bela menjambaknya.
"Akh!" pekik Dokter Riqo.
Reno, Reni, Selo, Seli, dan Dokter Raka mencoba menahan tawanya.
Sedangkan sepasang suami istri yang turun dari tangga itu terkejut melihat kelakuan kakak iparnya itu.
"Anak gue yang pingin," ucap Bela lalu melepaskan jambakannnya.
Tidak ada rasa bersalah di wajah Bela.
Bela berjalan kemudian menduduki sofa single seolah dia adalah pemilik rumah. Dokter Riqo hanya mengusap kepalanya, ada rasa sakit tapi dan juga kesal menjadi satu.
"Sabar ya," ucap Dokter Raka menepuk pundak sahabat yang umurnya lebih muda darinya itu.
Dokter Riqo hanya mencibir seraya mengusap kepalanya yang sakit. Mereka semua mengambil posisi masing masing di sofa.
"Lori mana? Ini dedek bayi nya minta di elus!" ucap Bela langsung pada intinya seraya mengelus perut buncitnya. Sang suami istri yang bernama Ridwan dan Ratna itu saling menatap.
"YUHU LORI DATANG," jerit seorang anak kecil berjenis kelamin perempuan yang berada di lantai dua seraya berlari kecil menuruni anak tangga.
Suara itu?
Suara itu tak asing!
Tapi siapa?
Suara siapa itu?
Dokter Riqo menoleh ke asal suara.
Terkejut!
Untuk saat ini jantungnya berdetak kencang.
Nadinya tak beraturan.
Pikirannyaa melayang kemana mana.
Mata anak itu menatap kembali Dokter Riqo dengan senyum.
Mengapa anak itu tak terkejut?
Sungguh aktris yang handal!
Dokter Riqo mengerjabkan matanya berkali kali mencoba merubah raut wajahnya, dia akan mengikuti alur yang dibuat anak itu.
•••
Flori duduk di depan jendela kamarnya, menunggu kehadiran tamu yang sudah lama ia tak temui. Rindu? Tentu saja, karena mereka memberikan bibir ini mengulas senyum indah di kulit pucat.
Dia melihat mobil yang memasuki daerah rumahnya. Senang? Tentu saja. Dia melihat orang orang yang menumpangi mobil tersebut turun dari kendaraan tersebut. Perlahan senyumnya memudar melihat seorang laki laki yang terlihat seumuran dengan om nya itu.
Itu Dokter Riqo?
Ya itu Dokter Riqo!
Air matanya jatuh, terkejut adalah perasaannya saat ini. Dokter Riqo mengetahui segalanya! Berbagai macam pertanyaan muncul dari otak Flori.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Menuju Kematian [✓]
Novela JuvenilFlori dan Flian Si pecinta senja, dan si malam yang tidak bisa hidup tanpa rembulannya. - Ini kisah Flori Altrian Bastara, 30 hari menuju kematiannya. Tidak banyak waktu yang dia miliki, tapi dia akan selalu berusaha mengambil hati Kakak dan keluarg...