29 : Bertemu atau Berpapasan?

30.4K 4K 220
                                    

Revisi ✓

Selamat membaca ❤️

•••

29 : Bertemu atau Berpapasan?

"Ada hasilnya?"

"Sebenernya disini itu, yang bego itu elu! Istri lu itu bener! Dia enggak berkhayal!"

"Hah?"

"Otak Lo isinya apaan sih? Gue itu udah ngomong singkat padat dan jelas!"

"Langsung intinya bisa?"

"Ck! Istri Lo itu enggak berkhayal! Dia beneran liat Flori di rumah sakit tempat Lo kerja!"

"Hah?"

"Ampun gue punya temen kaya Lo! Ponakan Lo dirawat di rumah sakit tempat Lo kerja! Dan yang ngerawat Flori itu-."

"A-apa?"

"Lo tuli? Tau ah gue tutup!"

Dan panggilan berakhir karena teman Dokter Raka yang kesal terhadap sifat Dokter Raka yang sedikit lemot. Dokter Raka terdiam, tadi ... dia tidak salah dengarkan?

Atau dirinya juga ikut-ikutan berkhayal?

Ah tidak-tidak!

Tadi dia sepenuhnya dalam keadaan sadar!

"Mas kenapa?" tanya Bela menatap wajah suaminya dengan wajahnya yang kusut karena menangis.

"F–flori–"

"Flori kenapa Mas?" tanya Bela khawatir.

"F–flori ... dia–"

"Kenapa Mas?! Jangan buat aku khawatir!" ucap Bela dengan mata yang berkaca-kaca.

"K–kamu enggak berkhayal," ucap Dokter Raka. Bela sedikit kurang mengerti dengan kalimat yang lontarkan dari mulut suaminya itu.

"A–apa maksud kamu Mas? A–aku berkhayal apaan?" tanya Bela. Dokter Raka kembali memeluk istrinya.

Sial!

Dirinya memperumit masalah! Sekarang bagaimana dengan kesehatan janin yang berada didalam kandungan Bela.

"Tenang dulu ya ... baru aku kasih tahu," ucap Dokter Raka dan Bela menurutinya.

Bela mencoba menenangkan dirinya. Dia harus menjaga emosinya supaya tidak berpengaruh buruk terhadap baby nya yang kelima.

"Udah tenang Mas. Ada apa Mas? F–flori kenapa?" cicit Bela.

"Mas yang salah, jadi kamu benar. Kamu benar-benar melihat Flori waktu itu. Flori dirawat di sana, dia enggak hilang ataupun diculik. Maafin Mas ya ...." Dokter Raka semakin mengeratkan pelukannya, dia takut Bela akan marah padanya.

"Maafin Mas," ucap Dokter Raka lagi. Bela terdiam. Dia menghela napas lega. Setidaknya keberadaan Flori sudah dia ketahui. Dan itu membuatnya sedikit tenang.

"Kita makan dulu ya? Setelah itu kita langsung ke rumah sakit? Oke? Kasihan baby nya," ucap Dokter Raka.

"Tapi aku enggak laper Mas!" ucap Bela menolak ajakan suaminya untuk makan. Padahal belum ada rasa lapar sama sekali diperutnya. Mungkin karena pikirannya selalu tertuju pada Flori untuk saat ini.

"Tapi ini udah siang, waktunya baby kita makan. Kasihan dia ...." ucap Dokter Raka memohon. Bela menghela napas, suaminya benar. Dengan pasrah, Bela hanya mengangguk, mengiyakan ucapan sang suami.

30 Hari Menuju Kematian [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang