Revisi ✓
Selamat membaca ❤️
•••
13 : Khawatir dan Peringatan
Kini Flori dan Bi Ani berada di sebuah gubuk yang dibuat asal dan ditempeli oleh kardus dan koran.
Awalnya Bi Ani terkejut karena Flori mengajaknya ketempat seperti ini. Flori sedang bermain bersama anak yang seumurannya yang terlihat kurang terawat.
Flori sesekali tertawa saat sedang ngobrol dengan gadis yang seumuran dengannya.
Bi Ani hanya diam dan memeperhatikan Flori seraya memegang kantong plastik berisi banyak roti itu.
Bahkan dia tak tahu apa tujuan Flori membeli banyak roti. Dia membutuhkan penjelasan tapi hanya dia pendam.
Flori memang misterius. Mereka semua duduk di lantai beralaskan koran kumuh.
"Bibi, ini namanya Vina. Dia temen Flori pas SD. Dia juga enggak ngelanjutin SMP karena alasan ekonomi," ucap Flori. Bi Ani sedikit terkejut namun dia hanya membalas dengan anggukan. Dia melihat sekeliling, apa gadis bernama Vina itu tinggal sendiri?
"Oh iya Vina, tante Elvi mana?" tanya Flori kepada Vina. Tante Elvi yang Flori maksud adalah ibu dari Vina.
"Ibu lagi mulung," jawab Vina yang diangguki oleh Flori dengan senyumnya. Bi Ani justru terkejut mendengar kata 'mulung' yang keluar dari mulut Vina.
"M–mulung?" tanya Bi Ani terkejut namun masih mencoba mengatur raut wajahnya agar terlihat biasa.
"Iya mama kerjanya mulung," jawab Vina dengan melempar senyum ke Bi Ani. Bi Ani hanya mengangguk dan juga membalas senyum kepada Vina, sedikit canggung memang.
"Oh iya ini untuk kamu," ucap Flori dengan mengambil kantung plastik merah yang berisi banyak roti itu dari Bi Ani, lalu memberinya ke Vina. Vina menerima dengan senang hati, karena Vina tahu kebiasaan Flori dan mereka berteman cukup dekat.
Jika kalian bertanya mengapa Flori tidak memberi nasi, beras, atau semacamnya, mengapa hanya memberi roti? Jawabannya karena Vina pasti akan menolak secara halus.
Entah bagaimana pun caranya agar Vina menerima, namun Vina akan tetap menolak dengan halus.
"Itu roti sebanyak itu, hanya untuk kamu dan ibu kamu?" tanya Bi Ani yang mendapatkan gelengan dari Vina. Bi Ani bingung dengan pertemanan Flori dan Vina.
"Adi, Dimas, Fael," panggil Vina tak lama terdapat 3 anak kecil laki laki. Vina hanya menampilkan senyum. Bi Ani merasa tak enak kepada Vina. Bi Ani merutuki ucapannya yang baru saja ia keluarkan dari mulutnya.
"Ouh itu adik kamu? B–banyak juga ya hehe," tanya Bi Ani yang mendapatkan anggukan dari Vina. Ketiga anak laki laki yang kecil kecil itu mendekat, di antara mereka bertiga yang paling kecil adalah Fael.
"Ada apa kak?" tanya anak laki laki yang bernama Adi yang hanya menggunakan baju yang warnanya sedikit lusuh, bukan hanya adi, Vina, Dimas, dan Fael juga sama.
"Enggak, udah kamu masuk lagi," ucap Vina dengan senyumnya lalu diangguki oleh ketiga adiknya. Dan ketiga adik Vina kembali masuk kedalam kamarnya.
"Bi, Flori ngantuk," ucap Flori lalu mengambil posisi di pangkuan Bi Ani dan memeluk leher Bi Ani, menggunakan pundak Flori sebagai tumpuan kepalanya.
"Mau pulang Non?" tanya Bi Ani. Flori hanya menggeleng lalu diam dan perlahan terlelap dalam posisi seperti itu.
"Bibi, mau aku cerita Flori kalo di sekolah?" tawar Vina. Bi Ani hanya mengangguk seraya mengelus kepala Flori agar tak terganggu dengan pergerakannya ataupun suaranya.
![](https://img.wattpad.com/cover/233144756-288-k633709.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Menuju Kematian [✓]
Teen FictionFlori dan Flian Si pecinta senja, dan si malam yang tidak bisa hidup tanpa rembulannya. - Ini kisah Flori Altrian Bastara, 30 hari menuju kematiannya. Tidak banyak waktu yang dia miliki, tapi dia akan selalu berusaha mengambil hati Kakak dan keluarg...