17 : Rembulan dan Senja

30.7K 4.5K 334
                                    

Revisi ✓

Selamat membaca ❤️

•••

17 : Rembulan dan Senja

Setelah kejadian Bela yang ingin bermain tebak-tebakan kini Dokter Riqo memilih memisahkan diri dari pasangan gila yang bersetatus sahabatnya itu.

Dokter Riqo berada di kantin, masih menunggu kedatangan Flori dan Bi Ani. Jadwal Dokter Riqo hari ini juga tidak padat.

"Riqo!" panggil seorang laki-laki yang juga seorang Dokter sedang berjalan ke arahnya. Dokter Riqo menoleh ke asal suara. Dokter laki-laki itu berjalan ke arahnya lalu mengambil posisi duduk tepat di depannya.

"Kenapa Do?" tanya Dokter Riqo kepada Dokter laki-laki itu.

Dokter laki-laki itu biasa dipanggil Dokter Edo, seorang Dokter kandungan, sebaya dengan Dokter Raka. Karena Dokter Edo, Dokter Raka selalu berhasil menghamili Bela sesuai keinginan.

Dokter Raka selalu bertanya kepada Dokter Edo mengenai pembuahan yang ampuh dan tepat, dan Dokter Raka mematuhinya tanpa ada list yang terlewatkan.

Terdengar gila, tapi itulah Dokter Raka!

Dan dia siap menanggung keinginan Bela yang aneh-aneh itu.

Bukan aneh lagi, tapi sangat aneh!

"Lu kenapa dah? Lusuh amat kayaknya," ucap Dokter Edo seraya menyeruput minuman yang dia beli tadi.

Dokter Riqo hanya mengangkat bahunya acuh.

Ya, seperti Dokter Riqo kepada Dokter Raka, Dokter Riqo kepada Dokter Edo juga tidak memakai embel-embel di depan nama.

"Ah gue tebak! Pasti lo disuruh cepet-cepet kawin lagikan?" tebak Dokter Edo diiringi kekehannya.

Dokter Riqo mendelik sebal ke arah Dokter Edo, memang sebulan terakhir dirinya selalu dihubungi keluarganya untuk cepat-cepat menikah.

Tapi setalah itu Dokter Riqo memblokir kontak keluarganya supaya tidak menerornya lagi. Bukan durhaka atau semacamnya, dia hanya ingin sebulan penuh ini selalu fokus kepada Flori dan pasien lainnya.

"Sok tahu!" elak Dokter Riqo. Dokter Edo masih saja menertawakannya, mengapa memangnya jika seusianya belum menikah? Huh menyebalkan!

"Lo–" ucapan Dokter Edo terhenti kala seorang suster meneriaki namanya, dengan cepat Dokter Edo berlari meninggalkan minumannya.

Dokter Riqo melirik ke arah jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 11:59 namun Floro dan Bi Ani juga belum terlihat.

"Dokter Riqo!" Dokter Riqo menoleh ke asal suara, ternyata itu Flori! Sekarang terlihat sangat cantik dan imut!

Dokter Riqo tersenyum, tapi anehnya tidak ada Bi Ani di sisi Flori. Flori berlari kecil ke arahnya lalu mengambil posisi duduk yang tadi di tempati oleh Dokter Edo.

"Bi Ani kemana?" tanya Dokter Riqo kepada Flori yang sedang menatapnya dengan tatapan ceria.

"Lagi ngambil makanan," jawab Flori dengan wajah ceria dan berseri-serinya.

Tapi mengapa? Dokter Riqo mengagguk mengerti. Tak lama Bi Ani makan dengan membawa nampan yang diatasnya terdapat makanan untuk Flori.

Bi Ani duduk di samping Flori lalu mulai menyuapi Flori. Sedangkan Dokter Riqo mulai memesan makanan untuk makan siangnya.

"Pagi ini kamu kemana? Kamu enggak makan?" tanya Dokter Riqo. Flori yang sedang mengunyah hanya menjawab dengan sebuah anggukan.

"Flori kenapa? Kayanya seneng banget?" tanya Dokter Riqo yang mulai penasaran dengan wajah Flori yang terlihat bahagia.

30 Hari Menuju Kematian [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang