Revisi ✓
Selamat membaca ❤️
•••
16 : Tebak Jenis Kelamin Baby
H-21:)
Semakin hari semakin berkurang angkanya. Detik demi detik berjalan. Jam terus berputar, senja dan fajar datang siling berganti. Langit biru menampakkan awan putih yang terus bergerak.
Sekarang, pagi ini, pukul 08:15.
Flori dengan senyum di bibir yang mulai memucat, dres putih bunga bunga yang melekat di tubuhnya, ditambah bando kelinci putih yang menghiasi kepalanya.
Sangat terlihat imut, cantik, dan manis. Sekarang Flori berada di sebuah mall yang terkenal di kota ini. Yang pastinya ditemani oleh Bi Ani.
"Non kita mau kemana?" tanya Bi Ani. Flori menatap Bi Ani dengan tatapan ceria dan bahagia.
"Bi, kakak kalau beli baju sekolah dimana?" tanya Flori dengan menatap Bi Ani.
"Baju sekolah? Untuk apa non?" Flori hanya tersenyum menanggapi ucapan Bi Ani. Entahlah apa kali ini rencana Flori.
════════════════
Dokter Riqo berada di dalam ruangannya dengan perasaan gundah. Karena Flori maupun Bi Ani tidak terlihat sejak pagi.
Dokter Riqo memijat pelipisnya. Pusing tiba tiba menyerangnya, mungkin karena terlalu banyak pikiran.
Perlahan pintu ruangan Dokter Riqo terbuka, menampilkan Bela dengan perut buncitnya. Dokter Riqo menatap Bela bingung. Bela menatap polos kearah Dokter Riqo.
Tanpa salam serta rasa bersalah Bela masuk begitu saja. Bela duduk di depan Dokter Riqo dengan senyum manis.
"Main tebak-tebakan yuk," ucap Bela dengan dagu yang ditopang oleh tangannya sendiri. Dokter Riqo terdiam.
Pasti aneh, itulah yang dipikiran Dokter Riqo.
Dokter Riqo menoleh kearah pintu yang terdapat Dokter Raka yang terlihat sedang mengatur napas.
Dokter Raka memberi tanda mengangguk kepada Dokter Riqo. Dengan ragu Dokter Riqo mengangguk.
Ah sial!
Dia terjebak.
Terjebak dalam permainan pasangan gila ini!
"A-apa?" tanya Dokter Riqo gugup. Dia takut memperburuk mood istri sahabatnya itu. Senyum Bela terukir semakin manis.
"Tebak jenis kelamin anak gue! Apa hayo? Coba tebak!" Dokter Riqo terdiam.
Sepertinya baru saja Dokter Raka dan Bela mengecek kandungan dan sekalian melihat jenis kelamin anak mereka. Dokter Raka memberi tanda sebuah gelengan kepala.
Maksudnya apa coba?
Apa maksud Dokter Raka, Dokter Riqo tidak boleh menebak?
Atau tidak boleh menebak dengan benar?
Alias Dokter Riqo harus menebak dengan salah? Bahkan Dokter Riqo tidak tahu apa jenis kelamin bayi itu!
"C-cewek?" tanya Dokter Riqo bimbang. Sumpah demi apapun dia takut kalau dia dipukul oleh Bela.
Tangan Bela memang mungil tapi tidak dengan tabokannya.
Ya seperti itulah perempuan.
Wajah Bela dan Dokter Raka berubah. Dokter Riqo hanya mengamati pasangan gila ini yang sayangnya mereka bersetatus sahabat.
Wajah Bela berubah menjadi ingin menangis, wajah Dokter Raka berubah menjadi sendu dan pasrah.
Sepertinya Dokter Riqo salah bicara. Bela menoleh kebelakang yang terdapat Dokter Raka. Dokter Raka jadi gelagapan dan menggeleng. Entahlah ada apa dengan mereka berdua!
"Huaaaaaaaaaa." Pecah sudah tangis Bela. Bela berlari menuju Dokter Raka dan memukul-mukul dada Dokter Raka.
"Mas jahat! Huhuhu," ucap Bela masih memukuli dada Dokter Raka. Sedangkan Dokter Raka mencoba menenangi Bela.
Sepertinya benar!
Dokter Riqo salah bicara.
•••
Sekarang pukul 10:15.
Flori terus berjalan melihat lihat sekitar. Bi Ani terus melangkah, mengikuti langkah mungil Flori. Bi Ani membawa beberapa tas belanjaan.
Bi Ani masih bingung. Untuk apa Flori membeli seragam SMP dan SMA? Flori berjalan menuju bangku yang tersedia untuk umum lalu mendudukinya, begitu pun juga dengan Bi Ani.
"Bi, Flori Haus," ucap Flori menatap Bi Ani. Bi Ani mengangguk namun saat Bi Ani ingin mengambil air minum yang Bi Ani bawa tapi Flori mencegahnya.
"Bi Flori ingin es krim," ucap Flori memelas.
Bi Ani terdiam, apa yang harus dia lakukan?
Yang Bi Ani tahu, sebenarnya Flori tidak boleh makan sembarangan, oleh karena itu Flori selama ini memakan makanan rumah sakit.
"T–tapi non–"
"Untuk yang terakhir Bi ...." ucap Flori memelas. Bi Ani terdiam.
Untuk yang terakhir?
Terakhir kali ini?
Atau ... terakhir selamanya?
Bi Ani tersenyum lalu mengangguk. Apa Bi Ani salah?
•••
Direvisi : 13 Juni 2021
See you ✨
Vote, Comment, and Share ❤️
Follow :
Instagram :
@story.kisamy
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Hari Menuju Kematian [✓]
Roman pour AdolescentsFlori dan Flian Si pecinta senja, dan si malam yang tidak bisa hidup tanpa rembulannya. - Ini kisah Flori Altrian Bastara, 30 hari menuju kematiannya. Tidak banyak waktu yang dia miliki, tapi dia akan selalu berusaha mengambil hati Kakak dan keluarg...